Bantuan Dana Perang dari AS untuk Ukraina Terancam Mandek
Ukraina berada dalam posisi sulit. Bantuan dana perang dari AS untuk melawan Rusia terancam mandek setelah Kongres AS untuk sementara tidak menyetujui dana bantuan tambahan untuk Ukraina.
WASHINGTON, SENIN — Keberlanjutan dukungan dan bantuan dana untuk Ukraina dari komunitas internasional berada di ujung tanduk. Dalam rancangan undang-undang anggaran belanja Amerika Serikat, tidak dimasukkan bantuan dana tambahan ke Ukraina demi menjaga pemerintahan di AS tetap berjalan dan menghindari ”penutupan pemerintah” (shutdown).
Sementara dari Eropa, dilaporkan bahwa Inggris menyatakan tidak berencana mengirimkan tentaranya ke Ukraina dalam waktu dekat. Di Uni Eropa, perjuangan mempertahankan aliran bantuan bagi Ukraina juga akan semakin sulit setelah pemerintahan baru Slowakia yang pro-Rusia menyatakan bergabung dengan Hongaria dalam menentang pemberian bantuan militer bagi Ukraina.
Baca juga: Ukraina Sudah Dapat Tank Sebanyak Kemauannya
Presiden AS Joe Biden berusaha keras meyakinkan para mitranya di Kongres AS untuk tetap mengalokasikan bantuan keuangan AS untuk perang di Ukraina. Hanya saja, dia mengakui, AS tidak punya banyak waktu. Rancangan UU tentang anggaran belanja sementara itu sudah disahkan, Sabtu (30/9/2023), akan berlaku hingga pertengahan November mendatang.
”Dalam keadaan apa pun, kita tidak bisa membiarkan bantuan untuk Ukraina terganggu. Kita tidak punya banyak waktu dan ini mendesak,” kata Biden dalam sambutannya setelah keputusan kongres menghindarkan penutupan pemerintah dengan mengesahkan paket pendanaan jangka pendek.
Sebagian besar badan-badan pemerintahan AS akan ditutup sementara jika kongres tidak menyetujui rancangan UU belanja negara gara-gara perselisihan antara Partai Republik sayap kanan dan anggota parlemen lainnya. Biden mendesak kongres membahas isu itu dengan serius sambil mengingatkan mayoritas anggota Partai Demokrat dan Republik baik di Senat maupun DPR agar mendukung bantuan untuk Ukraina demi menghadapi agresi brutal Rusia.
”Stop playing games, segera selesaikan ini,” kata Biden.
Baca juga: Bantuan Pertahanan AS ke Ukraina Tetap Akan Mengalir
Banyak anggota parlemen mengakui, upaya mendapatkan persetujuan bantuan untuk Ukraina di kongres semakin sulit. Perlawanan Republik terhadap bantuan itu mendapatkan momentumnya.
Banyak anggota parlemen mengakui, upaya mendapatkan persetujuan bantuan untuk Ukraina di kongres semakin sulit.
Bagi Republik, prioritas keamanan AS saat ini adalah perbatasan AS-Meksiko. Dengan tidak memasukkan bantuan tambahan ke Ukraina, paket bantuan untuk Ukraina sebesar 6 miliar dollar AS atau Rp 93 triliun batal sampai ke Ukraina.
Jumlah paket itu kira-kira sepertiga dari jumlah yang diminta Gedung Putih. DPR dan Senat menyetujui langkah sementara untuk tidak membantu Ukraina demi menghindari penutupan pemerintah yang memakan banyak biaya.
”Kami akan menyelesaikan masalah ini. Saya tidak percaya mereka yang memilih mendukung Ukraina akan membiarkan lebih banyak orang mati sia-sia di Ukraina,” kata Biden.
Kekhawatiran di Eropa
Uni Eropa juga mulai khawatir. Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Josep Borrell, Minggu, berharap sikap AS itu bukan keputusan terakhir dan Ukraina akan terus mendapatkan bantuan dari AS.
Borrell mengaku, UE terkejut dengan kesepakatan yang terjadi pada menit-menit terakhir di kongres dan sangat menyesali keputusan AS. Di dalam lingkup UE sendiri sedang dibahas usulan baru dukungan keuangan bagi Ukraina.
Perjuangan untuk itu mungkin akan lebih berat. Sebab, pemenang pemilu Slowakia yang pro-Rusia dan antiliberal, Robert Fico, akan memulai perundingan koalisi untuk membentuk pemerintahan yang kemungkinan akan bergabung dengan Hongaria dalam menentang bantuan militer UE untuk Ukraina.
”Kami siap membantu Ukraina dengan cara kemanusiaan dan rekonstruksi negara. Namun, Anda sudah tahu pendapat kami mengenai mempersenjatai Ukraina,” kata Fico.
Baca juga: Ukraina dan Permusuhan Lintas Generasi di Eropa
Slowakia adalah anggota aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang mendukung Ukraina melawan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun, banyak warga negara itu bersimpati pada pernyataan Rusia bahwa Barat ingin memusnahkannya.
Fico mengatakan, Slowakia memiliki masalah yang lebih besar dibandingkan masalah Ukraina, termasuk harga energi dan biaya hidup.
Inggris tak akan kirim pasukan
Bantuan dalam bentuk personel tentara untuk Ukraina juga seret. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak menegaskan bahwa dalam waktu dekat tidak ada rencana Inggris mengirimkan tentaranya ke Ukraina, terutama instruktur militer untuk membantu pelatihan pasukan Ukraina.
Pernyataan Sunak itu membantah pernyataan Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps yang menyatakan akan mengerahkan instruktur militer ke Ukraina, selain melatih angkatan bersenjata Ukraina di Inggris atau negara-negara Barat lainnya.
Hingga saat ini, kata Sunak, Inggris dan sekutunya menghindari kehadiran militer secara formal di Ukraina untuk mengurangi risiko konflik langsung dengan Rusia. Inggris, selama satu tahun terakhir, sudah memberikan kursi pelatihan militer selama lima minggu kepada sekitar 20.000 warga Ukraina.
”Apa yang dikatakan menteri pertahanan itu mungkin suatu hari nanti kami bisa melakukan beberapa pelatihan di Ukraina. Namun, itu untuk jangka panjang, bukan untuk saat ini. Tidak ada tentara Inggris yang akan dikirim untuk berperang dalam konflik saat ini,” kata Sunak.
Perubahan sikap di AS
Perkembangan yang terjadi di Kongres AS menunjukkan tanda-tanda perubahan dalam dukungan untuk Ukraina yang selama ini tidak tergoyahkan. Ini menjadi salah satu contoh paling jelas dari gerakan Republik menuju sikap lebih isolasionis, yakni dengan mengutamakan kepentingan dalam negeri, seperti yang terjadi semasa pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Pengecualian dana untuk Ukraina dari AS terjadi kurang dari seminggu setelah anggota Kongres bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di AS. Zelenskyy berusaha meyakinkan Washington bahwa pasukan militernya memenangi perang, tetapi bantuan tambahan akan tetap sangat penting artinya bagi Kyiv. Tanpa bantuan, Ukraina akan kalah perang.
Baca juga: Mampukah Ukraina Menjalankan Serangan Balik dengan Mulus?
Batas waktu pendanaan berikutnya bagi Ukraina akan ditetapkan pada pertemuan puncak (KTT) para pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di San Francisco, AS, November mendatang. Kemungkinan isu itu akan menjadi perdebatan.
Ini skenario yang coba dihindari Mitch McConnell, pemimpin Partai Republik di Senat, yang memperjuangkan bantuan Ukraina, pada musim panas lalu. Saat itu dia mendesak Gedung Putih untuk tidak mempermasalahkan isu ini dalam debat penutupan pemerintah. Kini, semua pihak saling menyalahkan atas kegagalan itu dan berusaha memikirkan solusinya.
Pemungutan suara di DPR AS pada pekan lalu menunjukkan potensi masalah yang akan terjadi. Hampir separuh anggota DPR dari Republik memilih untuk menghapus 300 juta dollar AS dari anggaran belanja pertahanan untuk melatih tentara Ukraina dan membeli senjata. Dana itu kemudian disetujui secara terpisah.
AS telah menyetujui empat putaran bantuan ke Ukraina sebagai respons terhadap invasi Rusia. Jumlahnya sekitar 113 miliar dollar AS. Sebagian dari dana itu digunakan untuk melengkapi kembali peralatan militer AS yang dikirim ke garis depan. Pada Agustus 2023, Biden meminta kongres untuk menyediakan tambahan 24 miliar dollar AS.
Brett Bruen, mantan diplomat AS dan kini Presiden Global Situation Room Inc, perusahaan konsultan internasional di AS, menjelaskan bahwa keputusan AS itu menjadi sinyal kepada dunia bahwa bukan hanya Republik saja yang bersedia mengorbankan Ukraina demi kepentingan politik AS, melainkan juga sebagian anggota Demokrat. Dan, ini sangat merusak.
Wajar jika, melihat perkembangan di Washington, Ukraina khawatir. Sebaliknya, Rusia bergembira karena dukungan untuk Ukraina berkurang.
Baca juga: Dubes Ukraina: Rakyat Ukraina adalah Pahlawan
Ukraina sudah dengan khawatir dengan kemungkinan Trump kembali ke Gedung Putih lewat pemilu tahun 2024. Sebelumnya, termasuk saat menjadi presiden AS, Trump sering memuji Putin.
Bukan "cek kosong" lagi
Rasa skeptis menyebar dari kalangan Republikan garis keras ke anggota parlemen yang lebih moderat yang mengatakan mereka tidak akan menganggap Ukraina sebagai ”cek kosong”. Yang lebih mengkhawatirkan bagi Biden dan Ukraina adalah para pemilih AS yang terkena dampak inflasi tampaknya memiliki kekhawatiran serupa terhadap Ukraina.
Dalam jajak pendapat ABC/Washington Post yang dirilis, 24 September 2023, sebanyak 41 persen responden mengatakan bahwa AS melakukan terlalu banyak upaya untuk mendukung Ukraina. Jumlah ini naik dari 33 persen pada Februari 2023 dan hanya 14 persen pada April 2022.
Yang juga membuat masalah ini semakin sulit adalah penyelidikan pemakzulan Republik terhadap Biden atas kesepakatan bisnis putranya, Hunter, di Ukraina. Jawaban pemerintahan Biden sederhana saja. Jika Rusia tidak menghentikan invasinya di Ukraina, seluruh dunia bisa berada dalam bahaya.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mendesak kongres untuk ”memenuhi komitmen AS untuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan rakyat Ukraina saat mereka berjuang membela negara mereka sendiri melawan kekuatan tirani”.
Bruen memperingatkan tingginya risiko penundaan sementara pendanaan Ukraina ini karena akan menjadi dorongan bagi para pengkritiknya. ”Dalam jangka panjang, ini akan jadi lebih bermasalah,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)