Anak-anak Teraniaya di Balik Industri Konten Keluarga
Di balik kebahagiaan keluarga di layar media sosial, terdapat anak-anak yang terluka fisik dan batin.
Kasus penganiayaan anak dengan pelaku orangtua terus terjadi di balik layar pembuatan konten bertema keluarga di Amerika Serikat. Sepanjang Januari-September 2023 terdapat sejumlah kasus yang ditangani kepolisian setempat. Di balik kebahagiaan keluarga di layar media sosial, terdapat anak-anak yang terluka fisik dan batin.
Kasus terbaru yang mencuat sejak awal September 2023 melibatkan Ruby Franke (41). Ibu enam anak di Negara Bagian Utah itu dikenal sebagai pembuat konten bertema pendidikan anak di kanal Youtube, yakni 8 Passengers.
Saat ini kanal tersebut telah dihapus. Di kanal dengan 2,2 juta pelanggan itu, Franke kerap merekam keenam anaknya. Mereka mencitrakan diri sebagai keluarga hangat dan bahagia meski dengan aturan ketat.
Dilaporkan Reuters, Franke ditangkap pada Rabu (30/8/2023) dengan enam dugaan penganiayaan anak terhadap dua anak terkecilnya, RF (12) dan EF (10). Kedua bocah itu ditemukan dengan kondisi kelaparan, tangan terikat plakban, serta luka-luka di pergelangan tangan dan kaki bekas ikatan.
Kasus ini mulai terungkap saat RF melarikan diri ke rumah tetangganya. ”Bocah ini sangat kelaparan, ada plakban di pergelangan kaki dan tangan serta banyak luka,” kata tetangga yang tak disebut identitasnya, menggambarkan kondisi bocah itu saat menghubungi pusat bantuan 911.
Pada tetangga itu, RF meminta makanan dan air. ”Bocah ini kelihatan sekali mengalami kekerasan,” kata si tetangga dengan suara bergetar menahan tangis.
Atas keterangan RF, petugas kepolisian menemukan EF dalam kondisi yang sama di ruang bawah tanah di rumah Jodi Hildebrandt (54). Kedua anak itu dibawa ke rumah sakit. Selanjutnya, empat anak termuda dari enam anak Franke ditempatkan dalam perawatan layanan perlindungan anak.
Baca Juga: ”Ayah Sejuta Anak” Dipuji di Media, Kini Berakhir di Jeruji Besi
Bersamaan penangkapan Franke, kepolisian setempat juga menangkap Hildebrant. Ia konselor kesehatan mental, mitra bisnis Franke di berbagai media sosial dalam kanal Connexion yang bertema pengembangan diri.
Kedua perempuan itu diduga melakukan kekerasan bersama-sama pada anak-anak Franke. Kanal Connexion di Youtube juga telah dihapus menyusul dugaan kasus penganiayaan anak itu.
Kanal 8 Passengers diluncurkan Franke dan suaminya, Kevin Franke, pada 2015. Di kanal tersebut, Franke membagikan kiat dan saran pengasuhan anak. Popularitas kanalnya terus berkembang. Menurut situs tz.youtubers.me, kanal itu mempunyai 2 juta pelanggan dan konten-kontennya yang berjumlah lebih dari 1.000 video sudah ditonton lebih dari 1 miliar kali.
Kritik
Warganet sebenarnya mulai mencurigai adanya kekerasan pada anak di balik kanal 8 Passengers pada 2020. Kecurigaan ini muncul setelah Franke mengunggah konten menghukum anak remajanya dengan menyita kasur.
Dikutip dari situs berita NBC News, remaja itu harus tidur di beanbag (sofa berisi bulir-bulir stirofoam) selama tujuh bulan. Kesalahannya hanya karena bercanda dengan adiknya.
Foto ilustrasi: pengguna gawai dengan mudahnya memberikan komentar di media sosial.
Di unggahan lain, Franke bercerita soalnya caranya menghukum putri bungsunya, EF, yang lupa membuat bekal untuk makan siang di sekolah. Ia membiarkan bocah itu kelaparan dengan tidak makan siang. Padahal, saat itu, EF masih berusia 6 tahun.
Untuk orang-orang yang benci dan ingin saya menghilang, saya tidak akan pergi ke mana pun.
Warganet lalu membuat petisi di Change.org yang isinya meminta penyelidikan dugaan penganiayaan anak di kanal 8 Passengers. Petisi itu ditandatangani 18.000 orang. Layanan Anak menindaklanjuti petisi itu dan datang ke rumah Franke. Namun, penyelidikan dihentikan.
Ia justru balik menantang kritik-kritik itu. ”Untuk orang-orang yang benci dan ingin saya menghilang, saya tidak akan pergi ke mana pun,” katanya dalam salah satu konten yang beredar di Tiktok.
Baca Juga: Pembuat Konten: Muda, Kaya, dan Menggoda
Pada 2022, putri tertuanya, SF (20), juga menghubungi kepolisian agar memeriksa kondisi saudara-saudaranya di rumah Franke. SF dulu juga kerap muncul dalam konten Ibunya, sekarang telah memutus kontak total dari orangtuanya.
Kekerasan medis
Pada Juli 2023, Jessica Gasser (27), pemilik akun Tiktok, MedicalMamaJess, ditangkap Kepolisian Tarrant di kawasan Rusak, Texas, atas dugaan penganiayaan anak secara medis. Seperti dilansir dari New York Post edisi 19 Juli 2023, Jessica diduga telah berbohong bahwa anaknya menderita beragam penyakit kepada berbagai dokter dan rumah sakit di AS.
Perawat berjalan keluar dari ruangan Unit Perawatan Intensif Anak/Pediatric Intensive Care Unit (PICU) di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak (PKIA) Kiara RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Jumat (21/10/2022).
Akibatnya, anak berusia 3 tahun itu harus menjalani berbagai prosedur medis yang tak perlu, mulai dari 28 kali pengambilan darah, pemasangan selang makanan, hingga konsumsi obat-obatan. Ia lalu membagikan prosedur medis anaknya di akun Tiktok, Facebook, dan Instagram. Pengikutnya di Tiktok mencapai 24.000 orang.
Gasser juga membuat kampanye GoFundMe untuk mengumpulkan uang agar bisa membawa putrinya ke Cleveland Clinic di Ohio untuk perawatan medis. Sepanjang 3 tahun terakhir, Gasser membawa anaknya ke 12 fasilitas medis.
Ia mengklaim anaknya menderita ketotic hypoglycemia, yaitu penyakit kadar gula darah. Di lain waktu, ia mengatakan anaknya menderita gastroparesis, suatu kondisi yang mencegah lambung mengosongkan diri dengan benar.
Kebohongan Gasser mulai terendus oleh beberapa dokter dan staf rumah sakit yang kemudian melaporkan kecurigaan itu pada pihak berwajib. Gasser diduga mempunyai sindrom munchausen by proxy atau sindrom berbohong mengenai kondisi medis agar mendapat empati, baik orang di sekitarnya maupun warganet.
Baca Juga: Moderasi Konten Medsos untuk Cegah Eksploitasi Anak Korban Kekerasan
Pada awal Februari 2023, Taylor Frankie Paul (28), seorang pemengaruh (influencer) Mormon yang dikenal karena konten viral di Tiktok, juga didakwa dengan kasus kekerasan dalam rumah tangga dan penganiayaan anak. Ibu dua anak itu kerap menjadikan dua anak balitanya bahan konten di media sosial. Warga Draper, Utah, itu mempunyai 3,1 juta pengikut di akun Tiktok.
Paul didakwa di Pengadilan Salt Lake City karena telah melempar kursi berbahan metal hingga mengenai kepala putrinya yang berusia 5 tahun. Aksi itu terjadi dalam pertengkaran dengan pacarnya. Paul mengaku bersalah dalam kejadian ini.
Warga menggunakan gawai untuk memantau media sosial di kawasan Menteng, Jakarta, Jumat (10/6/2022).
Di Arizona tahun 2019, warga setempat, Machele Hackney Hobson (48) ditangkap karena penelantaran dan penyiksaan anak. Hobson mempunyai kanal permainan anak di Youtube, Fantastic Adventures. Pengikutnya mencapai lebih dari 800.000 dan konten-kontennya telah disaksikan lebih dari 1 juta kali.
Hobson didakwa menculik, menelantarkan, hingga menyiksa lima dari tujuh anak angkatnya. Ia juga disebut menyiksa dengan menyemprotkan cabai, memukul mereka dengan gantungan baju, menyundut mereka di area sensitif, dan membuat mereka mandi es.
Penyelidikan kepolisian menemukan lima bocah itu dikurung dan tak diberi makan berhari-hari jika menolak membuat video untuk konten. Mereka juga dikeluarkan dari sekolah sehingga bisa terus membuat seri video.
Baca Juga: Apa yang Anda Cari di Media Sosial?
Jaksa Pinal County saat itu, Kent Volkmer, mengatakan, Hobson punya penghasilan sekitar 300.000 dollar AS pada 2018 yang diduga berasal dari kontennya. Sejak kasus mencuat, Youtube telah menghentikan saluran Hobson. ”Kami percaya bahwa sebagian besar adalah keuntungan yang diperoleh secara ilegal dari usaha ilegal, yaitu penelantaran anak,” kata Volkmer.
Demi konten
Pembuat konten dan pemengaruh bertema pengasuhan terus jadi perhatian publik AS karena rentan eksploitasi terhadap anak-anak. Mereka semakin dicurigai sebagai orangtua yang memanfaatkan anak-anak mereka untuk mendapatkan ketenaran dan uang di internet.
Kanal YouTube Ryan Kaji bernama Ryan's World, Senin (2/10/2023). Ryan Kaji merupakan YouTuber cilik dengan penghasilan terbesar di dunia. Menurut Forbes, penghasilan kanal itu mencapai lebih kurang Rp 450 miliar pada 2022.
Anak-anak dinilai sebagai ceruk bisnis yang menggiurkan di internet. Selain sebagai sasaran isi konten, mereka juga menjadi sasaran konsumen konten. Konten-konten seputar anak-anak kian marak, mulai dari ulasan mainan, saran pengasuhan, dan masak-memasak dengan pendapatan ratusan juta dollar AS.
Mengutip media Forbes, Ryan Kaji (11) merupakan pembuat konten anak dengan penghasilan tertinggi, yaitu 30 juta dollar AS atau sekitar Rp 450 miliar pada 2022. Ibu Kaji membuat kanal berisi ulasan mainan saat Ryan berusia 3 tahun dan dalam tiga tahun masuk dalam 10 besar kanal dengan kapitalisasi tertinggi.
Baca Juga: Anak dan Remaja Terpapar Perundungan dan Eksploitasi Daring
Di sisi lain, sejumlah lembaga di Amerika Serikat mencatat peningkatan konten penganiayaan pada anak di media sosial. Pusat untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi (National Center for Missing and Exploited/NCMEC) merilis data kenaikan menjadi 32 juta konten pada 2022 dari sebelumnya 29 juta konten pada 2021. Angka ini berasal dari seluruh dunia.
Pada 2022, negara-negara yang paling banyak dilaporkan sebagai sumber konten penganiayaan dan eksploitasi anak adalah India (5,6 juta), Filipina (2,5 juta), Bangladesh (2,1 juta), Pakistan (2,06 juta), Indonesia (1,8 juta), dan AS (1,56 juta). (AP/REUTERS/AFP)