Hanya Dalam Dua Tahun, 10 Persen Volume Gletser Swiss Mencair
Swiss kehilangan 10 persen volume gletsernya hanya dalam waktu dua tahun. Situasi ini menjadi bukti mendesaknya penanganan perubahan iklim yang lebih riil.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
GROM, MINGGU - Semakin cepatnya laju pencairan gletser di berbagai puncak gunung di Eropa, termasuk di Swiss, menjadi bukti bahwa dunia membutuhkan cara yang lebih strategis untuk mengendalikan pemanasan global. Situasi ini sejalan dengan pernyataan beberapa ahli iklim dunia dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres yang menyebut saat ini dunia dalam kondisi “mendidih”.
“Hilangnya gletser bukanlah hal yang paling berbahaya dalam perubahan iklim. Hal yang paling berbahaya adalah dampak perubahan iklim pada ekosistem, bahaya alam, dan seluruh proses itu jauh lebih sulit untuk dilihat. Gletser mengajarkan kita cara melihat perubahan iklim,” kata Andrea Fischer, ahli glasiologi dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria, Sabtu (30/9/2023).
Pada awal bulan September lalu, sejumlah ahli pada Pusat Pemantauan Gletser GLAMOS di Swiss menyebut telah terjadi peningkatan suhu drastis pada beberapa gletser. Menurut lembaga tersebut, semua pegunungan di Alpen yang selama ini diselimuti salju, tengah berhadapan dengan suhu yang berada di atas titik beku.
Matthias Huss, salah satu ilmuwan GLAMOS mengatakan, pusat-pusat salju di Eropa tengah berhadapan dengan tingkat pencairan gletser yang tinggi karena suhu hangat atau sangat tinggi dalam jangka waktu lama, termasuk gelombang panas yang berlangsung lebih dari satu pekan.
“Gelombang panas di akhir musim panas sangat berbahaya bagi gletser tahun ini karena suhu tinggi di awal musim panas telah mencairkan hampir seluruh lapisan pelindung salju, yang berarti hampir semua es gletser terbuka,” kata Huss.
Sejumlah peneliti menikmati pemandangan Gletser Aletsch di dekat Grom, Swiss, 14 Juni 2023. Hasil laporan GLOMS menyebut Swiss telah kehilangan 10 persen volume gletsernya hanya dalam waktu dua tahun terakhir.
Pernyataan Huss dan Andrea sejalan dengan hasil riset yang dilakukan oleh Panel Akademi Ilmu Pengetahuan Swiss yang baru dirilis dua hari lalu. Panel tersebut melaporkan terjadinya percepatan pencairan gletser yang sangat masif di Pegunungan Alpen, yang membuatnya kehilangan 10 persen volume esnya hanya dalam waktu dua tahun.
Para ahli juga mewaspadai kemungkinan terjadinya pencairan es ekstrem di tahun ini. Sejumlah indikator memberi peringatan dini tentang kemungkinan pencairan 1.400 gletser lain di negara ini.
Gletser mencair
Swiss, negara pemilik gletser terbanyak di Eropa, kehilangan empat persen dari total volume gletsernya hingga September 2023. Pada tahun sebelumnya, Swiss juga telah kehilangan volume gletsernya sebanyak enam persen dan menjadikan total volume gletser yang hilang hanya dalam waktu dua tahun menjadi 10 persen.
“Percepatannya (pencairan) sangat dramatis. Jumlah es yang hilang hanya dalam waktu dua tahun sama banyaknya dengan jumlah es yang hilang antara tahun 1960-1990. Dua tahun berturut-turut yang ekstrim telah menyebabkan runtuhnya lidah gletser dan hilangnya banyak gletser yang lebih kecil,” kata akademi tersebut dalam laporannya.
Huss, yang juga adalah Direktur GLAMOS, menyebut bahwa Swiss telah kehilangan hingga 1.000 gletser kecil. Kini, Swiss juga tengah berhadapan dengan situasi yang akan mengakibatkan hilangnya gletser besar dan penting.
“Gletser adalah duta perubahan iklim. Mereka memperjelas apa yang terjadi di luar sana karena mereka merespons dengan cara yang sangat sensitif terhadap pemanasan suhu,” ujarnya. Dia menambahkan, kehilangan rata-rata sekitar dua persen dalam dekade terakhir dipandang sebagai kehilangan yang sangat tinggi. Kehilangan enam persen dalam satu tahun adalah sebuah kondisi yang sangat ekstrim.
Sepakat dengan pernyataan Andrea, Huss menyatakan, laporan penelitian itu menggarisbawahi adanya urgensi besar untuk bertindak sekarang jika dunia ingin menstabilkan iklim dan jika ingin menyelamatkan sebagian gletser.
Gelombang panas di akhir musim panas sangat berbahaya bagi gletser tahun ini karena suhu tinggi di awal musim panas telah mencairkan hampir seluruh lapisan pelindung salju, yang berarti hampir semua es gletser terbuka.
Faktor Panas
Laporan itu sendiri menyebut bahwa hilangnya volume es secara besar-besaran terjadi karena musim dingin tidak cukup menghasilkan es dalam jumlah besar yang bisa menutupi penyusutan atau pencairan yang terjadi Padahal, salju yang jatuh di atas gletser memiliki fungsi memberikan perlindungan dari paparan sinar matahari langsung – dan suhu musim panas yang tinggi.
Seluruh Swiss – tempat Pegunungan Alpen membelah sebagian besar bagian selatan dan tengah negara itu – terkena dampaknya. Gletser di wilayah selatan dan timur mencair hampir secepat rekor pencairan yang tercatat pada tahun 2022.
“Pencairan masif diukur di (wilayah) Valais selatan dan lembah Engadin pada ketinggian di atas 3.200 meter (10.500 kaki), ketinggian di mana gletser hingga saat ini masih mempertahankan keseimbangannya,” kata tim tersebut.
Laporan tim menyebut ketebalan beberapa gletser menyusut hingga tiga meter di beberapa kawasan, seperti Gletser Gries di Valais, Gletser Basòdino di wilayah atau wilayah selatan Ticino, dan sistem gletser Vadret Pers di Graubuenden timur. Meski demikian, di wilayah tengan Bernese Oberland dan Valais, kondisinya masih cukup baik, walaupun tak berarti aman.
Gletser Aletsch di Valais dan Gletser Plaine Morte di kanton Bern, masih cukup terjaga karena, menurut laporan tim peneliti, wilayah tersebut menikmati lebih banyak hujan salju di musim dingin. Akan tetapi, kawasan tersebut juga mengalami penurunan ketebalan esnya yang dinilai cukup tinggi.
Kedalaman salju yang diukur pada paruh pertama bulan Februari umumnya lebih tinggi dibandingkan musim dingin tahun 1964, 1990 atau 2007, yang juga mengalami rendahnya curah salju pada musim tersebut. Namun, tingkat produksi salju diketahui merosot ke rekor terendah pada paruh kedua bulan Februari, yang hanya mencapai sekitar 30 persen dari rata-rata produksi salju jangka panjang.
Lebih dari separuh stasiun pemantauan otomatis yang berada di ketinggian 2.000 meter dan telah beroperasi setidaknya selama seperempat abad mencatat tingkat salju terendah pada saat itu. Setelah itu, bulan Juni yang sangat hangat menyebabkan salju mencair dua hingga empat minggu lebih awal dari biasanya.
Ahli meteorologi Swiss, pada Agustus lalu juga melaporkan bahwa, suhu nol derajat celsius, suhu yang menyebabkan air membeku, tidak lagi terjadi di bawah ketinggian 5.000 meter di atas permukaan laut. Laporan menyebut, saat ini proses pembekuan air baru bisa terjadi di ketinggian 5.300 meter di atas permukaan laut atau 17.400 kaki. Hal itu, menurut laporan tersebut membuat semua puncak Alpen di Swiss menghadapi suhu di atas titik beku. (AP)