Salah satu cara penyelamatan kapal selam yang tenggelam adalah mengirim kapal selam penyelamat atau SRVS.
Oleh
IWAN SANTOSA
·5 menit baca
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
Anggota TNI AL bersiap mengikuti kegiatan Peringatan 40 Hari Musibah on Eternal Patrol KRI Nanggala-402 di Dermaga Koarmada II, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (3/6/2021).
Pengujung April 2021 menjadi minggu penuh dukacita bagi Bangsa Indonesia, khususnya TNI Angkatan Laut. Setelah dipastikan tenggelam bersama KRI Nanggala 402, sebanyak 53 anggota Korps Hiu Kencana TNI Angkatan Laut ”berpatroli dalam keabadian”. Peristiwa itu menggarisbawahi bahwa operasi militer tidak hanya sangat berbahaya, tetapi juga memerlukan dukungan teknis, sarat infrastruktur pendukung yang memadai, canggih, serta terkini.
Kini setelah dua setengah tahun KRI Nanggala 402 ”berpatroli dalam keabadian”, merujuk laman resmi Kementerian Pertahanan RI disebutkan, TNI AL akan mendapatkan alutsista baru berupa Submarine Rescue Vehicle System (SRVS). Kapal selam itu memiliki fungsi mengevakuasi awak kapal selam yang tenggelam. Kesepakatan yang ditandatangani bersama oleh Kemenhan dan PT BTI Indo Tekno pada Jumat (1/9/2023) itu mencakup kapal selam penyelamat SRV-F Mk.3 serta kapal induk khusus yang dirancang mendukung misi penyelamatan kapal selam darurat.
Alutsista buatan SMP Inggris yang mengusung konsep ”One Out, All Out” itu dirancang mampu menyelamatkan seluruh kru kapal selam dalam satu kali perjalanan saja. SRV-F Mk.3 dioperasikan oleh tiga kru dan mampu menampung 50 penumpang.
Misi penyelamatan
Dalam operasional kapal selam dikenal berbagai cara untuk menyelamatkan diri dalam keadaan darurat. Metode yang umum adalah awak kapal meluncurkan diri dari kapal selam ke permukaan laut jika memungkinkan. Salah satu cara penyelamatan yang lebih aman adalah mengirim kapal selam penyelamat ( submarine rescue vehicle system) atau SRVS. Dalam tayangan di kanal Youtube, kantor berita Reuters tahun 2018 tentang operasional SRVS milik NATO disebutkan, pengembangan SRVS dilakukan tiga negara, yakni Inggris, Norwegia, dan Perancis.
CHIEF MASS COMMUNICATION SPECIALIST JOSHUA KARSTEN/U.S. NAVY VIA AP
Kapal selam Perancis FNS Amethyse (S605) transit di Sungai Thames dalam persiapan tiba di Pangkalan Kapal Selam Angkatan Laut New London di Groton, Inggris, 1 September 2021.
Salah satu misi penyelamatan yang berhasil dilakukan SRVS milik NATO terjadi pada Agustus 2005. Kapal itu mengevakuasi tujuh awak kapal selam Rusia, Priz AS–28, yang tenggelam di kedalaman 190 meter di perairan Pasifik dekat Semenanjung Kamchatka. SRVS itu menyelamatkan seluruh awak yang sudah berada di dasar laut selama tiga hari. SRVS juga memotong kabel yang menjerat baling–baling penggerak kapal selam Priz AS–28.
Keberhasilan itu menjadi harapan baru dalam dunia bawah laut. Sebelumnya, pada tahun 2000, Angkatan Laut Rusia mendapat musibah ketika kapal selam nuklir Kursk tenggelam di kedalaman 108 meter dan telat ditangani. Akibatnya, seluruh awak kapal berjumlah 118 orang gugur.
SRV-F Mk.3 yang dibidik Kemenhan merupakan wahana terbaru kapal selam penyelamat. SRV-F Mk.3 ini disebut bisa beroperasi hingga kedalaman 600 meter di bawah permukaan laut. Kapal selam penyelamat ini bisa diangkut dengan kapal menuju sasaran atau dengan pesawat terbang ke pelabuhan terdekat lokasi kecelakaan kapal selam. Dari laman resmi SMP disebutkan, SRV-F Mk.3 dapat diangkut menggunakan pesawat angkut sedang sekelas A-400M yang kini juga telah dipesan Kemenhan RI.
Operasi
Dalam operasinya, dari lokasi pendaratan SRV-F Mk.3 diangkut ke lokasi kecelakaan. Pada kapal pendukung utama itu terdapat ruangan Transfer Under Pressure (TUP) yang memungkinkan korban yang berhasil diselamatkan dipindah ke ruangan dekompresi ( hyperbaric). Kapal selam yang mengalami kecelakaan meminta bantuan dan mengeluarkan tanda submarine in distress. Lalu pusat kendali di darat mengerahkan SRV-F Mk 3 ke titik sasaran.
Dengan kemampuan mengevakuasi hingga 50 orang dalam satu misi, SRV-F Mk.3 dapat menangani kapal selam kelas Nagapasa dan Tipe 214 yang kini dioperasikan TNI AL.
SRV-F Mk.3 menggunakan sonar dan pinger untuk mencari kapal selam yang mengalami kecelakaan. Melalui pancaran sonar serta menggunakan pinger, SRV-F Mk.3 mendekati sasaran. Selain itu, SRV-F Mk.3 juga menggunakan dukungan suonobuoys untuk deteksi pasif (menangkap suara seperti baling–baling dan mesin) kapal selam yang mengalami kecelakaan.
Setelah lokasi ditemukan dan dimungkinkan evakuasi, SRV-F Mk.3 lantas mendekati sasaran. Wahana tersebut melekatkan diri di atas lubang keluar ( escape hatch) dari kapal selam yang mengalami kecelakaan. Setelah ”melekat” dengan aman, escape hatch dibuka dan bagian bawah pintu masuk SRV-F Mk.3 pun dibuka setelah tekanan disamakan. Selanjutnya proses pemindahan awak kapal dari kapal selam yang naas dilakukan ke wahana penyelamat.
Komandan Komando Operasi Komando Armada RI Laksamana Pertama TNI Indra Agus Wijaya yang dihubungi, Minggu (17/9/2023) mengatakan, disiapkan beberapa pelaut kapal selam TNI AL yang akan belajar mengoperasikan SRV-F Mk.3. ”Pelatihan selama dua tahun sebelum SRVS datang ke Indonesia. Selama ini kita sudah beberapa kali mengikuti latihan dengan wahana serupa di Australia,” katanya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA
KRI Alugoro-405 yang membawa Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Muhammad Ali yang akan memimpin penyematan brevet kehormatan hiu kencana sekaligus peringatan Hari Ulang Tahun ke-64 Satuan Kapal Selam tiba kembali di Dermaga Ujung Koarmada II, Surabaya, Selasa (12/9/2023).
Menurut Indra, prosedur evakuasi dari kapal selam bisa melalui pintu tower dan pintu baterai. Selama ini pelaut kapal selam TNI AL menggunakan escape suite Mk 11 ( submarine escape immersion equipment), yakni baju penyelamat yang mengembang saat meloloskan diri dari kapal selam ke permukaan laut, dan life craft sebanyak dua unit di tiap kapal selam yang ada. Prosedur tersebut bisa dilakukan dari kedalaman 60 meter. Berbagai latihan sering dilakukan untuk menghadapi kemungkinan kecelakaan dalam operasi kapal selam.
Untuk mengoptimalkan misi penyelamatan, sesama pengawak kapal selam juga berbagi pengalaman dalam penyelamatan diri saat terjadi musibah di kedalaman laut. Komandan KRI Alugoro-405 Letkol Laut (P) Topan Agung Yuwono mewakili Koarmada II mengikuti Submarine Abandoned Escape and Rescue (SAER) Subject Matter Expert Exchange (SMEE) yang digelar bersama dengan Angkatan Laut Australia pada 11-15 September 2023 di Surabaya.
Langkah-langkah maju ini tentu memberi dukungan signifikan pada misi TNI AL.