Bencana ini memperlihatkan dahsyatnya badai sekaligus rentannya Libya, negara kaya minyak yang dibelit konflik sejak 2011. Jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
DERNA, JUMAT — Bulan Sabit Merah Libya menyebut jumlah korban tewas akibat banjir bandang di kota Derna, Libya bagian timur, melonjak menjadi setidaknya 11.300 orang. Sehari sebelumnya, jumlah korban dilaporkan mencapai 5.500 orang. Tim pencari dan penyelamat, Jumat (15/9/2023), meningkatkan upaya pencarian ribuan orang yang dilaporkan hilang.
”Bencana ini sungguh mengerikan dan brutal. Gelombang setinggi 7 meter menyapu bangunan ke laut,” kata Yann Fridez, Kepala Delegasi Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Libya.
Ratusan kantong jenazah berjejer di jalanan Derna yang tertimbun lumpur, menunggu pemakaman massal. Sekitar 3.000 korban sudah dimakamkan pada Kamis dan masih ada 2.000 jenazah menunggu untuk dimakamkan. ICRC menyebut telah menyediakan 6.000 kantong jenazah kepada otoritas setempat, begitu juga obat-obatan, makanan, dan suplai lainnya untuk didistribusikan ke wilayah yang paling terdampak banjir.
Masih banyak korban yang tertimbun di bawah lumpur dan reruntuhan bangunan, termasuk di dalam mobil-mobil yang terbalik dan bongkahan beton. Petugas penyelamat berupaya keras membawa peralatan berat untuk menyingkirkan puing-puing yang menghalangi jalanan menuju daerah bencana.
Pejabat berwenang memperkirakan jumlah korban akan terus bertambah. Wali Kota Derna Abdel-Moneim al-Ghaithi mengatakan, korban yang tersapu banjir bisa mencapai lebih dari 20.000 orang. Banjir bandang terjadi akibat dua bendungan jebol pada Minggu (10/9/2023) malam, dipicu hujan deras yang dibawa badai Daniel.
Badai tersebut juga menewaskan 170 orang di wilayah timur Libya lainnya, termasuk kota Bayda, Susa, Um Razaz, dan Marj. Selain itu, terdapat 84 warga Mesir serta belasan migran asal Sudan yang tewas.
Bencana ini memperlihatkan dahsyatnya badai sekaligus rentannya Libya, negara kaya minyak yang dibelit konflik sejak 2011. Ada dua pemerintahan yang bersaing dan terbagi di wilayah timur (Benghazi) serta barat (Tripoli). Banjir bandang ini setidaknya bisa menyatukan dua pemerintahan di Libya. Pemerintahan di timur memimpin upaya penyelamatan, sementara pemerintahan di barat mengalokasikan dana hingga 412 juta dollar AS untuk rekonstruksi Derna dan kota-kota lainnya di wilayah timur.
Dua bendungan yang jebol di luar kota Derna dibangun tahun 1970-an. Laporan oleh lembaga audit pemerintah menyebut, bendungan itu tidak dipelihara meskipun ada alokasi dana lebih dari 2 juta euro tahun 2012 dan 2013. Perdana Menteri Libya yang berbasis di Tripoli, Abdul-Hamid Dbeibah, mengakui isu buruknya pemeliharaan bendungan saat pertemuan kabinet pada Kamis. Ia meminta jaksa membuka penyelidikan atas jebolnya dua bendungan.
Pada Kamis, Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas mengatakan, banyaknya korban jatuh seharusnya bisa dihindari. ”Jika badan meteorologi beroperasi normal, mereka bisa mengeluarkan peringatan. Otoritas tanggap darurat bisa mengadakan evakuasi,” katanya.
Awal pekan ini, WMO menyatakan, Pusat Meteorologi Nasional mengeluarkan peringatan 72 jam sebelum banjir, memberi tahu semua otoritas pemerintahan melalui surat elektronik dan media. Pejabat di Libya timur telah memperingatkan publik tentang badai yang datang. Pada Sabtu, mereka memerintahkan evakuasi bagi warga di pesisir karena kekhawatiran akan naiknya gelombang laut. Namun, tidak ada peringatan tentang kemungkinan bendungan jebol.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA) mengeluarkan permintaan bantuan darurat senilai 71,4 juta dollar AS untuk merespons kebutuhan mendesak bagi 250.000 warga Libya yang paling terdampak banjir bandang. OCHA memperkirakan hingga 884.000 orang di lima provinsi terdampak langsung hujan deras dan banjir bandang.
PBB menyebut, dengan putusnya sebagian besar jalanan, pemerintahan di Derna mendesak otoritas di pusat untuk membuat koridor laut bagi upaya penyelamatan dan evakuasi. Awal pekan ini, bantuan internasional mulai mengalir ke Benghazi, sekitar 250 kilometer sebelah barat Derna. Beberapa negara juga telah mengirimkan bantuan dan tim penyelamat, termasuk dari Mesir, Aljazair, dan Tunisia. Italia pada Kamis memberangkatkan kapal angkatan laut yang mengangkut bantuan kemanusiaan dan dua helikopter untuk keperluan operasi pencarian dan penyelamatan.
Para pakar iklim mengaitkan banjir bandang di Libya dengan dampak pemanasan global. Badai Daniel mengumpulkan kekuatannya selama musim panas yang menyengat. Sebelum menyapu Libya, badai ini juga menghantam Turki, Bulgaria, dan Yunani. Setidaknya 27 orang tewas dalam bencana tersebut.
”Badai Daniel adalah pengingat yang mematikan atas dampak mengerikan perubahan iklim terhadap dunia kita,” kata komisioner Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk. (AP/AFP)