Beijing mengecam tindakan UE yang melakukan penyelidikan dugaan dumping produk mobil listriknya. Murahnya harga mobil listrik China tak terlepas dari berbagai insentif, mulai dari proses produksi hingga penjualan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
EH
Kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) produksi BYD, ATTO 3, tengah diisi ulang daya baterainya di salah satu dealer kendaraan di Yokohama, Jepang, 4 April 2023. BYD menjadi salah satu produsen otomotif yang diperhitungkan di pasar global bersama beberapa produsen lainnya.
BEIJING, KAMIS — Beijing mengecam Uni Eropa yang menyelidiki dugaan subsidi pada mobil listrik China yang diekspor ke Eropa sehingga mobil listrik Eropa kalah saing. Penyelidikan UE, yang akan berujung pada naiknya bea masuk produk China ke Eropa, akan berdampak buruk pada hubungan dagang China dan UE. Beijing juga menuding UE melakukan proteksionisme.
Kementerian Perdagangan China menyatakan, penyelidikan oleh UE untuk melindungi industri UE dengan mengatasnamakan persaingan sehat. ”Tindakan itu akan berdampak negatif pada hubungan ekonomi dan perdagangan UE-China. Tindakan itu juga akan mengganggu, mendistorsi rantai pasokan industri otomotif global, termasuk UE sendiri,” demikian pernyataan pada Kamis (14/9/2023).
Beijing meminta UE berdialog dan berkonsultasi sebelum memulai penyelidikan. Dialog itu bertujuan untuk menciptakan pasar yang adil, nondiskriminatif, dan bisa diprediksi. Dengan demikian, UE dan China bisa bergandengan tangan menciptakan lingkungan pengembangan kendaraan listrik di masa depan.
Penyelidikan oleh UE dilakukan karena UE meyakini mobil listrik China ke pasar Eropa diturunkan harganya hingga 20 persen. Hal ini membuat para produsen otomotif Eropa yang juga memproduksi kendaraan listrik berbasis baterai (battery electrified vehicle atau BEV) tidak bisa bersaing dengan produk-produk China.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Mobil Penumpang China Cui Dongshu sangat menentang tindakan itu dan mendesak UE bersikap obyektif terhadap perkembangan industri, khususnya otomotif. Dia juga meminta UE tidak sewenang-wenang.
Ia membantah harga BEV China yang diekspor ke Eropa lebih murah dibandingkan buatan Eropa. Harga BEV ke pasar Eropa umumnya lebih mahal dua kali lipat harga jual di wilayah asalnya.
DOKUMENTASI BYTON
Byton, produsen teknologi kendaraan yang bermarkas di Nanjing, China, siap untuk memproduksi massal mobil otonomus Byton M-Byte mulai tahun 2019. Mobil ini akan diperkenalkan di pasar Amerika pada LA Auto Show 2018.
Sementara itu, Eurasia Grup, lembaga kajian di Eropa, memperingatkan potensi tindakan balasan dari China jika Brussel pada akhirnya mengenakan bea masuk tinggi pada kendaraan listrik ”Negeri Tirai Bambu”. Mereka juga mengingatkan bahwa tindakan balasan itu juga akan merugikan perekonomian Eropa.
Saat berada di Berlin, Jerman, Menteri Keuangan Perancis Bruno Le Maire menilai keputusan untuk melakukan penyelidikan dugaan adanya dumping adalah keputusan yang sangat baik. Sementara Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyebut bahwa keputusan itu sebagai sebuah tindakan yang tepat dan tujuannya benar, yaitu mengatasi persaingan tidak sehat.
Kepala Peneliti Pusat Pertukaran Ekonomi Internasional China Zhang Yansheng mengatakan, apabila yang terjadi nantinya adalah menutup pasar UE dari produk otomotif China yang kompetitif, tidak akan mematikan ekonomi China. Sebaliknya, hal itu akan semakin memotivasi produsen otomotif China untuk membentuk industri manufaktur yang lebih kuat.
”Jika UE bertindak atas dasar proteksionisme dan egoisme, tidak berarti kita harus mengambil tindakan serupa dengan menerapkan tarif balasan,” kata Zhang kepada China Daily.
Kompetitif dan berkualitas
Penguasaan China akan pasar otomotif global tidak dilakukan dalam sekejap mata. Lebih dari dua dekade Pemerintah China memulai upaya untuk menguasai teknologi otomotif, mulai dari manufaktur hingga perangkat lunak yang mengiringinya dan kini teknologi baterai, yang menjadi inti dari penggunaan BEV.
Mengutip pandangan John Graham, Keith Belton dan Suri Xia, kesuksesan China untuk bisa menguasai pasar otomotif global dilakukan dengan kombinasi kebijakan yang diatur secara cermat, membuka pasar domestik sambil mempertahankan kontrol pemerintah pusat terhadap perilaku perusahaan yang mencerminkan ”sosialisme dengan karakteristik China”.
Kebijakan industri China dituangkan dalam Made in China 2025 (MIC 2025), sebuah strategi nasional multidekade untuk sektor manufaktur yang diterbitkan pada tahun 2015. Strategi itu bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar global China dengan penekanan pada barang-barang bernilai lebih tinggi.
Jika UE bertindak atas dasar proteksionisme dan egoisme, tidak berarti kita harus mengambil tindakan serupa dengan menerapkan tarif balasan.
Hasilnya, mengutip data Asosiasi Produsen Mobil Tiongkok, dari Januari hingga Juli 2023, ekspor kendaraan energi baru terbarukan atau NEV (sebutan bagi kendaraan listrik) berjumlah 636.000 unit. Angka ini meningkat 150 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
KOMPAS/EDDY HASBY
Mercedes-Benz EQE 350, EQS 450 SUV dan EQS 450+Edition One di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023.
Menurut konsultan otomotif Perancis, Inovev, kendaraan listrik China, dikutip dari laman Xinhua, menyumbang 8 persen dari seluruh kendaraan listrik baru yang dijual di Eropa tahun ini, Porsinya naik dari 6 persen pada tahun 2022 dan 4 persen pada tahun 2021.
Ben Malawu, seorang konsumen kendaraan listrik di Belanda, mengatakan, dirinya beralih menggunakan kendaraan listrik buatan China karena teknologinya tak kalah dengan produk sejenis buatan Amerika Serikat atau Eropa. Pilihannya jatuh pada BYD Atto 3. Ia menyebut, model itu menawarkan kualitas dan fungsionalitas yang lebih baik serta dengan harga yang terjangkau.
”Kami menikmati mobil ini karena layar di dasbor yang besar. Semua hal ada di tempatnya, sangat mudah, sangat nyaman untuk dikendarai,” kata Malawau, dikutip dari Xinhua.
Hasil riset JATO Dynamics, perusahaan riset pasar otomotif global, tahun lalu, menyebut, harga rata-rata kendaraan listrik tahun 2015-2022 di Eropa mengalami kenaikan hingga 7.000 euro atau sekitar Rp 114,99 juta per unit dari semula 48.942 euro menjadi 55.851 euro. Sementara itu, di AS, kenaikannya lebih tinggi lagi, yakni 10.000 euro atau sekitar Rp 164 juta per unit, dari semula 53.038 euro menjadi 63.864 euro per unit.
Sebaliknya, di China, terjadi penurunan harga jual kendaraan listrik hingga lebih dari 40 persen. Dari semula 66.819 euro per unit menjadi hanya 31.829 euro per unit.
Pada saat yang sama, harga kendaraan listrik di Eropa dan AS masih jauh lebih mahal di Eropa dan AS dibanding kendaraan berbahan bakar minyak, yaitu masing-masing sebesar 27 persen dan 43 persen. Sementara, di China, harga kendaraan listrik lebih murah 33 persen dibanding kendaraan berbahan bakar minyak.
Harga kendaraan listrik produksi China bisa menjadi lebih murah karena faktor insentif atau subsidi nasional yang diberikan pemerintah, tidak hanya pusat, tetapi juga daerah. Kombinasi subsidi pemerintah pusat dan provinsi berkisar 10.000-20.000 yuan (Rp 21 juta- Rp 42 juta) per kendaraan, bergantung pada kota dan desainnya.
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI
Mobil listrik murni Citroen e-C4 adalah salah satu model pabrikan asal Perancis yang akan memasuki pasar otomotif Indonesia pada 2023 di bawah Indomobil Group. Model ini diproduksi di Madrid, Spanyol.
Program subsidi ini dibarengi dengan beberapa perubahan penting dalam kebijakan sektor otomotif yang meningkatkan keuntungan perusahaan-perusahaan China, yaitu kerja sama produsen otomotif asing dengan produsen otomotif China; produsen kendaraan harus menggunakan material lokal yang disetujui pemerintah agar memenuhi syarat mendapat subsidi.
Bank pemerintah dan swasta China mendukung para pemasok bahan baku untuk mendapat akses bahan mentah penunjang produksi baterai dan motor listrik. Bank-bank China, yang bekerja sama dengan pemerintah pusat, memungkinkan pemasok lokal memperoleh kepemilikan di pertambangan dan fasilitas pemrosesan bahan baku di Afrika, Australia, Eropa, Amerika Utara, dan Amerika Selatan.
Dengan demikian, secara tidak langsung, China telah mengembangkan jaringan pengaruh yang luas pada mata rantai pasok global, sebuah keunggulan tersendiri dibandingkan pesaing Amerika dan Eropa yang tertinggal.
Selain itu, Pemerintah China juga mendorong produsen otomotif untuk memproduksi mobil kecil dengan harga terjangkau. Untuk mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mendorong agar pajak kendaraan bermotor jenis ini lebih mahal dibanding kendaraan listrik.
Menurut perkiraan ALixPartners, lembaga konsultan ekonomi, Beijing mengeluarkan subsidi hingga 57 miliar dollar AS pada tahun 2016-2022 untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik dan hibrida. Termasuk subsidi senilai 15 miliar dollar AS kepada produsen saat transaksi pembelian terjadi.
Subsidi lain yang tengah dikucurkan oleh pemerintah adalah paket keringanan pajak senilai 520 miliar yuan atau sekitar 72 miliar dollar AS selama empat tahun. Paket itu untuk meningkatkan penjualan kendaraan listrik dan mobil ramah lingkungan lainnya. (AP/AFP/REUTERS)