Apple Protes Pemerintah AS Gara-gara Google
Google membantah melakukan monopoli dan menyingkirkan para pesaingnya. Google menjadi mesin pencari yang banyak digunakan semata karena produknya lebih baik ketimbang para pesaingnya.
WASHINGTON, RABU — Perusahaan raksasa teknologi Amerika Serikat, Apple, memprotes Departemen Kehakiman AS. Protes terkait pemeriksaan yang sedang dijalani Google oleh Departemen Kehakiman AS.
Dalam pemeriksaan hari pertama, Selasa (12/9/2023), penuntut pada Departemen Kehakiman AS menyinggung tentang Perjanjian Layanan Informasi Google dengan Apple. Dalam pernyataan yang dapat diakses publik, jaksa menyebut ”Google membayar 4 miliar dollar AS hingga 7 miliar dollar AS". Nilai itu setara sekitar Rp 61 triliun hingga Rp 107 triliun pada tahun 2020.
Apple protes karena hal itu melanggar peraturan yang semestinya menjaga kerahasiaan informasi bisnis apa pun yang terkait Google selama persidangan. Departemen Kehakiman AS mengaku ”kelepasan”menyebutkan angka itu. Sementara kelompok aktivis gerakan transparansi juga protes karena proses sidang ini tertutup untuk publik.
Baca juga: Pemerintah AS Gugat Google, Tuduh Jegal Pesaing
Harian The Washington Post, Rabu (13/9/2023), menyebutkan pembayaran Rp 61 triliun hingga Rp 107 triliun itu dicurigai untuk membuat agar mesin pencari Google menjadi mesin pencari utama di ponsel cerdas iPhone dan perangkat Apple lainnya. Namun, baik Apple maupun Google tidak memprotes pernyataan bahwa Google telah membayar lebih dari 10 miliar dollar AS atau sekitar Rp 153,5 triliun per tahun kepada pembuat perangkat dan mesin peramban demi menjegal para pesaing mereka.
Hakim Distrik AS, Amit Mehta, pada akhir persidangan nanti akan menentukan apakah Google telah menyalahgunakan kekuasaan monopoli dalam bisnis pencarian dan periklanan pencariannya dan apakah akan ada hukuman pada mereka. Proses sidang diperkirakan akan sampai sepuluh minggu.
Banyak rincian bisnis Google yang mungkin akan muncul selama proses persidangan sehingga digunakan peraturan untuk menjaga kerahasiaan informasi bisnis mereka. Pengacara yang mewakili Apple, Ryan Travers, yang bukan merupakan pihak terlibat langsung dalam kasus antimonopoli ini, mengeluhkan jaksa yang melanggar aturan terkait Apple.
Angka yang disebutkan secara sepintas dalam sidang pernyataan pembukaan pemerintah federal menimbulkan salah persepsi angka itu diperoleh dari informasi rahasia Apple. Pengacara Google, John Schmidtlein, menimpali, ”Pernyataan yang dibuat akan memberikan kesan kepada publik bahwa angka itu berasal dari Apple atau dari Google.”
Baca juga: Google dan Facebook Diduga Bersiasat Monopoli Pasar Iklan Daring
Jaksa dalam kasus itu, Kenneth Dintzer, menyatakan dua angka yang dia ucapkan dengan cepat, Selasa lalu, itu diperoleh dari sumber eksternal, bukan dari informasi yang diberikan oleh Apple dan Google. ”Informasi angka ini kelepasan,” ujarnya singkat. Tidak ada klarifikasi lebih lanjut dari Departemen Kehakiman AS.
Sebagian besar bukti dalam persidangan berstatus rahasia dagang. Para aktivis gerakan transparansi mendesak proses sidang dibuka. Sebab, kasus ini dapat memengaruhi cara miliaran orang berinteraksi dengan internet. Hanya pada sidang hari pertama saja yang dibuka untuk umum dengan berbagai saluran komunikasi. Namun, persidangan selanjutnya yang akan memakan waktu berbulan-bulan hanya bisa diakses dengan hadir langsung di ruang sidang. Bahkan, kemungkinan akan ada sidang-sidang yang ditutup untuk umum karena khawatir membahas rahasia dagang, terutama ketika mengundang para saksi.
Sidang tertutup ini biasa dilakukan jika terkait kasus yang melibatkan perusahaan. ”Masyarakat punya kepentingan nyata dalam kasus ini. Google dan pengadilan tidak boleh merahasiakannya,” kata penasihat senior di American Economic Liberties Project, Katherine Van Dyck.
Kesaksian
Pada hari kedua sidang, Rabu, diajukan saksi mantan pejabat eksekutif Google pada 2004-2011, Chris Barton. Barton yang terlibat dalam proses negosiasi Google ditanyai tentang kesepakatan dengan perusahaan telekomunikasi dan para pembuat ponsel pada tahun 2000-an. Dia bersaksi memprioritaskan negosiasi agar Google menjadi mesin pencari utama di perangkat seluler. Sebagai imbalannya, penyedia atau produsen layanan telepon ditawari bagian pendapatan yang dihasilkan saat pengguna mengeklik iklan.
Pemerintah AS berpandangan Google telah mencurangi pasar dengan mengunci mesin pencarinya sebagai mesin pencari pertama yang dilihat pengguna di perangkat mereka. Ini yang dianggap menghalangi persaingan dan menghambat inovasi.
Google menjadi pemain dominan dalam pencarian di internet dan menguasai sekitar 90 persen pasar. Departemen Kehakiman AS mengajukan gugatan antimonopoli terhadap Google sejak tiga tahun lalu semasa pemerintahan Presiden Donald Trump. Dia menuduh Google telah menggunakan dominasi pencarian internetnya untuk mendapatkan keuntungan yang tidak adil dengan menjegal para pesaingnya.
Baca juga: Google Sepakat Bayar Penerbit Perancis 76 Juta Dollar
Google membantah tuduhan itu dan menyebutkan mereka mendominasi pasar pencarian di internet semata-mata karena produknya lebih baik daripada para pesaing. Lagipula, meski menjadi mesin pencari utama pada ponsel cerdas dan perangkat seluler lain, pengguna masih bisa beralih ke mesin pencari pesaing.
Barton mengatakan, Google bukan satu-satunya mesin pencari yang mencari status default itu pada perusahaan telekomunikasi. Dalam sebuah e-mail tahun 2011, eksekutif Google mencatat AT&T memilih Yahoo dan Verizon yang menggunakan Microsoft Bing sebagai mesin pencarinya.
Untuk menghadapi persaingan, Barton mengaku mencoba meyakinkan calon mitra bahwa penelusuran Google yang berkualitas tinggi akan menghasilkan lebih banyak klik yang juga berarti lebih banyak pendapatan iklan. Bahkan jika operator dibayar dengan persentase yang lebih rendah.
”Google juga membayar sebagian pendapatannya kepada beberapa pembuat ponsel dan operator telekomunikasi sebagai bagian dari perjanjian itu. Hal utama yang menentukan apakah perusahaan lain dibayar adalah apakah perusahaan tersebut setuju menjadikan Google sebagai mesin pencari utama secara eksklusif,” ujarnya.
Selain Barton, jaksa memanggil kembali Kepala Tim Ekonom Google, Hal Varian, untuk memberikan kesaksian tentang cara Google menggunakan data yang dihasilkan oleh klik pengguna untuk meningkatkan proses pencarian dan memperkuat keunggulannya dibandingkan para pesaingnya.
Baca juga: Apakah ”Big Tech” Terlalu Besar?
Jajaran pimpinan Google dan perusahaan induknya, Alphabet Inc, serta perusahaan teknologi lainnya kemungkinan juga akan dipanggil untuk memberikan kesaksian. Di antara mereka kemungkinan besar CEO Alphabet Sundar Pichai yang menggantikan salah satu pendiri Google, Larry Page, empat tahun lalu. Ada juga Eddy Cue, eksekutif senior Apple, yang mungkin akan dipanggil.
Pemerintah menghubungi Antonio Rangel, pakar ilmu saraf dan biologi perilaku di California Institute of Technology, untuk membahas dampak mesin pencari utama terhadap perilaku konsumen. Di sidang, Rangel mengatakan mesin pencari utama, baik itu Google maupun Microsoft Bing, menciptakan bias yang kuat dan dampaknya lebih kuat pada perangkat seluler dibandingkan dengan komputer pribadi.
Mesin pencari utama ini taktif efektif untuk membuat pengguna menentukan pilihan tertentu. Varian mengakui jumlah permintaan pencarian yang diterima Google itu memang penting. Penelusuran yang lebih spesifik penting dalam periklanan karena bisa efektif menyasar orang yang lebih tepat.
Departemen Kehakiman AS memiliki waktu empat minggu ke depan untuk menyampaikan kasusnya, menginterogasi para saksi, dan memberikan bukti. Setelah itu, jaksa agung negara bagian mempunyai waktu dua minggu untuk mengajukan kasus tambahan. Sementara, Google memiliki waktu tiga minggu mulai 25 Oktober mendatang untuk melakukan pembelaannya. Keputusan atas kasus ini kemungkinan besar baru akan diambil pada tahun depan.
Baca juga: ”Deal” Miliaran Dollar Google-Apple di Tengah Pusaran Antimonopoli
Jika Google terbukti melanggar hukum, persidangan berikutnya akan memutuskan langkah apa yang harus diambil untuk mengendalikan perusahaan yang berbasis di California, AS, itu. Mehta mungkin akan memutuskan memerintahkan Google menghentikan praktik yang dianggap ilegal itu atau bisa juga memerintahkan Google untuk menjual aset.
Sidang antimonopoli besar seperti yang dialami Google ini sebelumnya pernah terjadi pada Microsoft yang diajukan pada tahun 1998 dan At&T yang diajukan pada 1974. Pecahnya AT&T pada 1982 dianggap membuka jalan bagi industri telepon seluler modern, sementara perselisihan dengan Microsoft dianggap membuka ruang bagi Google dan lainnya di internet. (REUTERS/AP)