AS-Iran Bertukar Tahanan dan Cairkan Miliaran Dollar Duit Iran
Amerika Serikat sepakat mencairkan dana hasil penjualan minyak Iran senilai 6 miliar dollar AS yang disimpan di dua bank Korea Selatan. Sebagai imbalan, kedua pihak sepakat bertukar tahanan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
TEHERAN, SELASA — Gedung Putih mengonfirmasi persetujuan pencairan dana penjualan minyak Iran senilai 6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 92,2 triliun. Washington juga akan membebaskan lima warga Iran yang ditahan Amerika Serikat. Sebagai imbalannya, Iran membebaskan lima warga AS.
Iran akan membebaskan semua warga AS itu jika dana pencairan sudah berada di rekening Pemerintah Iran. Teheran memilih rekening di Qatar untuk menampung dana itu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah menandatangani surat persetujuan pencairan dana minyak Iran itu pada Senin (11/9/2023). Ia, menurut juru bicara Departemen Luar Negeri AS, telah memberi tahu Kongres AS soal keputusan Gedung Putih tersebut. ”Proses transfer itu sangat krusial untuk mengamankan pembebasan lima warga AS yang ditahan oleh Iran,” kata juru bicara Deplu AS.
Dana yang akan dicairkan berada di dua bank di Korea Selatan selama dua tahun terakhir. Pemerintahan Presiden Joe Biden berkeras, dana itu hanya bisa digunakan untuk membeli bahan makanan, obat-obatan, atau barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Iran.
Washington menyatakan, meski dicairkan, bukan berarti Iran bisa menggunakan dana itu untuk membeli barang-barang yang masuk dalam daftar sanksi AS. ”Iran masih dikenai sanksi dan jangan dikira mereka mendapatkan keringanan sanksi,” ujar juru bicara itu.
AS masih terus memberi sanksi kepada Iran. Alasannya, antara lain, Iran mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Selain itu, ada pula isu pelanggaran hak asasi manusia di Iran.
Dokumen persetujuan pencairan dana yang tersimpan di Korea Selatan pada Kongres AS menandai secara resmi untuk pertama kalinya Washington mengakui telah menahan lima warga Iran. Mereka segera dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran warga AS yang ditahan oleh Iran. Juru bicara Gedung Putih, Adrienne Watson, mengatakan, tindakan itu dilakukan untuk menjamin pembebasan lima warga AS yang ditahan oleh Iran secara tidak sah.
”Untuk memfasilitasi pembebasan mereka, AS berkomitmen untuk membebaskan lima warga negara Iran yang saat ini ditahan di AS dan mengizinkan transfer sekitar 6 miliar dollar AS dana Iran yang disimpan dalam rekening terbatas di (Republik Korea) ke rekening terbatas di Qatar, di mana dana tersebut hanya akan tersedia untuk membeli bahan-bahan yang berkaitan dengan kemanusiaan,” tertulis dalam dokumen tersebut.
Namun, pandangan berbeda disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasses Kanani. Dia mengatakan, setelah dana itu berada di rekening milik Pemerintah Iran di perbankan Qatar, Iran bisa membelanjakan dana hasil pencairan itu untuk membeli semua barang yang tidak masuk dalam daftar sanksi. Penggunaan dana tidak dibatasi hanya obat-obatan dan bahan makanan semata. ”Kami berharap transfer dana itu akan selesai dalam beberapa hari ke depan dan Iran bisa segera mengakses penuh asetnya,” ujar Kanani.
Pencairan dana perlu dituntaskan sebelum proses pertukaran tahanan terjadi. Setelah Iran bisa mengakses penuh dana dari Korsel itu, baru pertukaran tahanan dilakukan.
Perundingan Teheran dan Washington untuk bertukar tahanan telah berlangsung setidaknya selama beberapa bulan terakhir. Dikutip dari lamanAl Monitorbulan lalu, Teheran telah memindahkan empat warga AS yang ditahan dari penjara Evin ke salah satu hotel yang dirahasiakan. Di sana mereka dijaga oleh petugas keamanan Iran. Satu lagi tahanan telah menjalani tahanan rumah sebelumnya.
Dikutip dari media AS, CBS, nama tiga warga AS yang menjalani pertukaran tahanan adalah Morad Tahbaz, Siamak Namazi dan Emad Shargi, yang ditahan atas tuduhan mata-mata. Nama dua warga AS lainnya belum dipublikasikan atas permintaan keluarga.
Ada satu nama, yaitu Baquer Namazi, ayah Siamak Namazi, yang ditahan oleh otoritas Iran pada tahun 2016 saat mengunjungi anaknya di penjara Iran. Baquer, seorang mantan pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa, dibebaskan dari tahanan pada 2018 karena kesehatan yang memburuk. Namun, setelah dibebaskan, Teheran melarangnya meninggalkan Iran hingga Oktober 2022.
Sementara, lima warga Iran yang diminta dibebaskan adalah Kambiz Attar Kashani, Mehrdad Ansari, Reza Sarhangpour Kafrani, Amin Hasanzadeh dan Kaveh Lotfolah Afrasiabi.
Ketegangan Iran dan Korea
Pembekuan dana hasil penjualan minyak Iran oleh AS yang ditempatkan di dua bank Korea Selatan, yaitu Woori Bank dan Industrial Bank of Korea, telah membuat hubungan Iran dan Korsel memburuk. Di tahun 2021, Garda Revolusi Iran menyita Hankuk Chemi, tanker yang dioperasikan perusahaan pelayaran Korsel, DM SHipping. Saat itu Teheran menuding tanker tersebut mencemari air di perairan Iran dan melanggar sejumlah aturan lingkungan negara itu.
Januari 2023, hubungan kedua negara semakin memburuk setelah Presiden Korsel Yoon Suk Yeol menyebut Korsel dan Uni Emirat Arab berada dalam posisi yang sama dalam menghadapi Korea Utara dan Iran. Bagi mereka, Iran dianggap sebagai musuh utama dan ancaman terbesarnya. Pernyataan itu membuat masing-masing pemerintah memanggil perwakilan diplomatik mereka di setiap negara dan menyatakan protes atas pernyataan itu.
Ketegangan itu berdampak pada perdagangan kedua negara. Data yang dikeluarkan Asosiasi Perdagangan Internasional Korea, dikutip dari Korea Herald, volume perdagangan kedua negara sempat mencapai titik tertinggi pada tahun 2011, yaitu mencapai 17,42 miliar dollar AS atau sekitar Rp 267,7 triliun. Namun, nilai itu merosot menjadi hanya 2,41 miliar dollar AS atau sekitar Rp 37,03 triliun pada tahun 2019 dan 206 juta dollar AS atau sekitar Rp 3,166 triliun pada tahun 2020.
Selama periode tersebut, sebagian besar perusahaan Korea Selatan menghentikan operasinya di Teheran. Hanya empat perusahaan mempertahankan personel di sana sejak September tahun lalu. Sebelum ketegangan terjadi, Iran menjadi pengekspor minyak ketiga terbesar bagi Korsel setelah Arab Saudi dan Kuwait. (AP/AFP/REUTERS)