Myanmar Dapat Pasokan Jet Tempur Su-30SME dari Rusia
Rusia mengirimkan dua jet tempur Su-30SME untuk memperkuat armada angkatan udara junta militer Myanmar. Empat unit lagi menyusul, sebagai bagian dari kerja sama persenjataan Rusia yang dikritik banyak pihak.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
VLADIVOSTOK, SENIN — Junta militer Myanmar telah mendapat kiriman dua jet tempur Rusia, Su-30SME. Sebanyak empat jet tempur sejenis akan segera menyusul dikirimkan.
Informasi tentang pengiriman jet tempur Su-30SME ini disampaikan Charlie Than, menteri perdagangan pemerintahan junta Myanmar, kepada kantor berita Rusia, RIA, Minggu (10/9/2023). Than tengah berada di Vladivostok, Rusia, untuk ikut serta dalam Forum Ekonomi Timur, forum ekonomi yang digagas Rusia. ”Dua unit pesawat telah dikirimkan,” kata Than.
Ini adalah fase pertama pengiriman jet tempur multifungsi setelah kedua pihak menandatangani kontrak pembelian pada September 2022. Kontrak itu ditandatangani Rusia-Myanmar 18 bulan setelah kudeta militer terhadap pemerintahan sipil terjadi di Myanmar pada 1 Februari 2021.
Mengutip laman produsen jet tempur Sukhoi (Su), Rosobonero, jet tempur Su-30SME adalah jet tempur multiperan yang memiliki kemampuan menyerang musuh di udara dan darat sangat baik, dalam kondisi cuaca apa pun, siang dan malam. Jet tempur yang diperkirakan berharga sekitar 35 juta dollar AS per unit itu juga memiliki kemampuan pengintaian udara dan mudah untuk digunakan dalam pelatihan personel penerbangan.
Jet tempur Su-30SME merupakan varian ekspor dari Su-30SM yang berbeda dengan versi originalnya. Perbedaannya terutama dalam penggunaan teknologi radar dan persenjataan. Jet tempur ini pertama kali diperkenalkan ke publik saat Singapore Airshow 2016 dan semula dikembangkan untuk digunakan oleh Angkatan Udara India.
Penggunaan jet tempur milik Angkatan Udara Myanmar secara masif dikritik para aktivis hak asasi manusia. Sebab, pesawat-pesawat itu menyasar lokasi-lokasi yang didiami warga sipil Myanmar. Beberapa kejadian, termasuk serangan terhadap sebuah lokasi yang tengah menyelenggarakan konser musik di A Nang Pa, Hpakant, pada Oktober 2022, menewaskan lebih dari 50 warga. Serangan lainnya terjadi pada pekan kedua April 2023 di Desa Pazi Gyi di Kota Kanbalu, Sagaing, Myanmar, Selasa (11/4/2023). Diperkirakan korban jiwa mendekati angka 100 orang, mayoritas adalah warga sipil.
Rusia dan China adalah dua negara pemasok senjata utama bagi Myanmar. Pascakudeta militer, aktivis HAM meminta Rusia dan China menghentikan pengiriman senjata kepada junta. Akan tetapi, Rusia bergeming. Kremlin dan Naypidaw mempererat hubungannya dengan perjanjian penjualan senjata secara bertahap, mulai dari sistem pertahanan rudal Pantsir-S1, 30 jet tempur MiG-29, 12 jet latih Yak-130, serta 10 helikopter Mi-24 dan Mi35P.
Mereka juga telah membeli delapan sistem rudal antipesawat Pechora-2M dan kendaraan udara tak berawak serta sistem pertahanan antitank. Menyusul kemudian, September 2022, adalah kontrak pembelian enam pesawat tempur Su-30SME.
Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.
Para aktivis menilai tindakan negara-negara adidaya yang tetap mengulurkan tangan serta mendapat keuntungan dari konflik di Myanmar adalah bukti bahwa sentralitas ASEAN dalam penyelesaian masalah di negara tersebut telah surut. Dinna Prapto Raharja, pengamat hubungan internasional Synergy Policies, menilai, tindakan yang out of the box, extraordinaries yang diusulkan oleh Presiden RI Joko Widodo saat Indonesia memegang amanat memimpin ASEAN tahun 2023 tidak berhasil dilakukan. Dalam pandangannya, tindakan extraordinaries yang dimaksud Presiden Jokowi adalah mengajak negara-negara adidaya mitra ASEAN, seperti China dan Rusia, menghentikan pasokan senjata bagi junta.
Thitinan Pongsudhirak, profesor hubungan internasional Universitas Chulangkorn di Bangkok, Thailand, dikutip dari laman The Irrawady, mengatakan, sentralitas ASEAN perlahan menghilang karena ketidakmampuannya menyelesaikan konflik di Myanmar.
Kesehatan Aung San Suu Kyi
Sejumlah laporan menyebut bahwa kesehatan Aung San Suu Kyi, pemimpin gerakan demokrasi Myanmar, menurun. Dia dilaporkan menderita gejala tekanan darah rendah, pusing, dan kehilangan nafsu makan. Akan tetapi, dia tidak mendapat perawatan di fasilitas kesehatan yang memadai untuk mengatasi kondisi kesehatannya.
Informasi itu disampaikan seorang petugas medis yang tidak mau disebutkan namanya dengan alasan keamanan. Suu Kyi, menurut informasi, jatuh sakit akhir bulan lalu. Informasi ini dikuatkan seorang perwira militer yang juga tak mau disebut namanya. Dia membenarkan laporan BBC edisi Myanmar yang menyebut bahwa Suu Kyi mengalami sakit gigi yang parah yang membuatnya tak bisa makan dan menyebabkan muntah.
BBC mengatakan, putra Suu Kyi, Kim Aris, yang tinggal di Inggris, menanggapi laporan tersebut dengan sebuah teks: ”Menolak akses tahanan yang sakit terhadap perawatan medis yang direkomendasikan adalah tindakan yang tidak berperasaan dan kejam.”
Namun, juru bicara junta, Mayjen Zaw Min Tun, mengatakan, Suu Kyi dalam keadaan sehat, kata laporan itu. Upaya kantor berita AP untuk mengonfirmasi hal tersebut tidak membuahkan hasil. Panggilan telepon AP ke otoritas berwenang untuk meminta komentar tidak dijawab.
Suu Kyi menjalani hukuman gabungan 27 tahun penjara setelah dinyatakan bersalah atas serangkaian tuduhan pidana yang menurut para pendukungnya dan analis independen dibuat untuk mendiskreditkannya dan melegitimasi perebutan kekuasaan oleh militer.
Suu Kyi menerima perawatan medis penuh waktu dari seorang dokter selama berada di penjara utama di ibu kota, Naypyidaw. Tugasnya termasuk termasuk mengukur tekanan darahnya setidaknya tiga kali sehari ketika dia jatuh sakit bulan lalu, kata pekerja medis tersebut. Dia juga menerima pemeriksaan kesehatan bulanan dari dokter senior di rumah sakit militer di Naypyidaw.
Junta menutup pintu akses informasi mengenai Suu Kyi rapat-rapat. Tidak hanya rincian mengenai kesehatan Suu Kyi yang tidak jelas, bahkan keberadaannya pun tidak diketahui publik. Ada laporan pada akhir Juli bahwa Suu Kyi mungkin dipindahkan dari penjara Naypyidaw ke tahanan rumah sebagai bagian dari tindakan grasi. Akan tetapi, otoritas militer belum mengonfirmasi hal tersebut.
Pengacara Suu Kyi belum bisa bertemu dengannya tahun ini, kata seorang pejabat hukum yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk memberikan informasi. Pengacaranya dilarang mengungkapkan informasi tentangnya berdasarkan perintah pembungkaman yang dikeluarkan pada akhir tahun 2021.
Mereka telah mengajukan lima kali izin untuk bertemu langsung dengan Suu Kyi sejak mereka terakhir melihatnya secara langsung pada Desember 2022. Akan tetapi, sampai sekarang, belum menerima tanggapan apa pun meskipun mereka diizinkan untuk mengantarkan makanan dan kebutuhan pokok lainnya ke penjara. (AP/REUTERS)