Yoon Suk Yeol: ASEAN-Korsel, Mitra yang Saling Memerlukan dan Menguntungkan
Korea Selatan dan ASEAN akan memperkuat kerja sama praktis yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan ASEAN di bidang ekonomi, sosial-budaya, dan memperluas kerja sama yang saling menguntungkan.
Korea Selatan (Korsel) adalah salah satu mitra utama ASEAN. Terkait tantangan di kawasan dan upaya penguatan kerja sama, Presiden Korsel Yoon Suk Yeol berkenan menjawab pertanyaan yang diajukan Kompas. Berikut petikannya:
Korsel merupakan salah satu mitra utama ASEAN di kawasan ini, di samping Cina dan Jepang. Dari sudut pandang Korsel, bidang kemitraan ASEAN-Korsel apa saja yang dapat dikembangkan, apa saja peluang dan kekuatannya, dan apa saja tantangannya?
Sejak pembentukan hubungan dialog pada tahun 1989, Korsel dan ASEAN terus mengembangkan kemitraan yang seimbang dalam tiga pilar Komunitas ASEAN, yakni politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya. Kini, Korsel dan ASEAN telah menjadi mitra yang saling memerlukan satu sama lain, saling menguntungkan, dan berwawasan ke depan dalam bidang-bidang yang mencakup kerja sama praktis dan strategis.
Korsel adalah negara yang telah bangkit dari kehancuran akibat perang dan berhasil menjadi negara maju hanya dalam waktu setengah abad. Dua tahun yang lalu, Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) mengklasifikasikan kembali Korsel dari kelompok negara berkembang menjadi kelompok negara maju, yang merupakan peristiwa pertama dalam 57 tahun sejarah organisasi internasional tersebut. Korsel menjadi negara yang dalam waktu singkat berhasil mencapai perkembangan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekaligus mencapai demokrasi yang matang, menanamkan kebebasan, hak asasi manusia, dan supremasi hukum. Pengalaman inilah yang ingin Korsel bagikan kepada negara-negara ASEAN.
Korsel juga telah menerima banyak bantuan dari masyarakat internasional di masa lalu. Tidak terkecuali negara-negara ASEAN, yang juga memberikan bantuan tak ternilai selama Perang Korsel berlangsung, melalui pengiriman tentara dan dukungan materialnya. Pemerintah dan rakyat Korsel tidak akan melupakan bantuan tersebut dan akan membalasnya dengan setulus-tulusnya. Berdasarkan kekuatan dan status yang telah bertumbuh dan meningkat di masyarakat internasional, Korsel akan memenuhi kontribusi dan tanggung jawabnya kepada masyarakat internasional di bawah visi “Global Pivotal State”. Dalam proses ini, dengan ASEAN sebagai mitra utama, Korsel akan memberikan dukungan praktis kepada ASEAN secara berkesinambungan.
Kawasan Indo-Pasifik sedang berada di tengah tantangan geopolitik dan geo-ekonomi yang dihadapi masyarakat internasional. Perdamaian dan kemakmuran di Asia Timur Laut dan Asia Tenggara saling berhubungan erat, dan oleh karenanya, Korsel dan ASEAN memiliki kepentingan strategis yang sama. Korsel dan ASEAN perlu memperkuat solidaritas strategis dan bekerja sama dengan erat untuk mengurangi ketegangan di kawasan serta membangun fondasi bagi perdamaian dan kemakmuran bersama.
Pada KTT ROK-ASEAN di Phnom Penh di bulan November tahun lalu, saya telah mengumumkan garis besar Prakarsa Solidaritas Korsel-ASEAN (Korea-ASEAN Solidarity Initiative), Strategi Indo-Pasifik Korsel yang unik, serta kebijakan regional khusus ASEAN. Pada akhir Desember tahun lalu, saya mengumumkan Strategi Indo-Pasifik secara menyeluruh, dan pada bulan April tahun ini, telah diluncurkan rencana implementasi terperinci untuk Kemitraan Korsel-ASEAN, yang menunjukkan komitmen kuat Korsel untuk terlibat dalam kerja sama praktis dan strategis dengan ASEAN, dengan tetap menghormati prinsip dan visi yang dijunjung tinggi oleh ASEAN.
Korsel dan ASEAN akan memperkuat kerja sama praktis yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan ASEAN di bidang ekonomi, sosial-budaya, dan memperluas kerja sama yang saling menguntungkan dan berwawasan ke depan di bidang keamanan, seperti keamanan maritim, keamanan siber, pertahanan, dan persenjataan. Pada KTT ROK-ASEAN kali ini, saya akan mengajukan proyek kerja sama masa depan yang didasarkan pada kekuatan Korsel di bidang teknologi digital dan teknologi informasi. Hal ini yang akan menjadi contoh yang baik tentang hubungan dan kolaborasi antara Korsel-ASEAN dan strategi ASEAN terhadap Indo-Pasifik, yakni ‘Sudut Pandang ASEAN terhadap Indo-Pasifik (AOIP: ASEAN Outlook on the Indo-Pacific)’.
Tahun depan adalah tahun ke-35 sejak Korsel dan ASEAN menjalin hubungan dialog. Sejak pembentukan ‘Kemitraan Strategis’ pada tahun 2010, dasar kerja sama antar kedua belah pihak terus berkembang. Sekarang telah tiba waktu yang tepat bagi Korsel dan ASEAN untuk membentuk ‘Kemitraan Strategis Komprehensif (Comprehensive Strategic Partnership)’. Saya berharap bersama para pemimpin negara-negara ASEAN, visi ini dapat didiskusikan agar ditemukan cara-cara bekerja sama yang konkret.
Bagaimana Korsel memandang posisi ASEAN saat ini di kawasan, khususnya dalam hal ketahanan ekonomi dan stabilitas regional? Bagaimana posisi ASEAN dalam ketegangan geopolitik global dan posisinya dalam persaingan kekuatan global? Apa tanggapan atau perspektif Korsel terhadap pandangan Indo-Pasifik ASEAN?
Perekonomian global dicekam oleh ketidakpastian dan ketidakstabilan, dengan bencana akibat perubahan iklim yang terus meningkat, keberlanjutan dari melemahnya perekonomian setiap negara, perang Ukraina yang memperparah krisis energi dan pangan. Namun, di masa-masa penuh tantangan ini, kawasan ASEAN yang beranggotakan 10 negara, tetap tumbuh kuat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 5,5 persen pada tahun 2022.
Kawasan ASEAN merupakan penghubung geopolitik antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, serta memiliki sumber daya alam yang melimpah, khususnya mineral-mineral utama. Di samping itu, kawasan ini juga kaya akan tenaga kerja muda yang adalah pekerja keras dengan keterampilan tinggi. Di Indonesia saja, bonus demografi (demographic bonus) akan mencapai puncaknya pada tahun 2030-an, di mana populasi usia kerja mencapai 68% dari total populasi. Baru-baru ini, ASEAN telah diakui sebagai penggerak pertumbuhan masa depan ekonomi global, dengan percepatan pergeseran rantai pasokan global ke kawasan ini yang diproyeksikan akan membuatnya menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2030. Tahun ini, Indonesia selaku Ketua KTT ASEAN, mengangkat tema ‘ASEAN Matters: Epicentrum of Growth’ yang merupakan tema yang amat tepat.
Sejak didirikan pada tahun 1967, ASEAN telah berkontribusi terhadap perdamaian dan kemakmuran di kawasan ini dengan mempromosikan rasa saling percaya dan saling pengertian melalui dialog dan kerja sama dengan negara-negara di luar dan di dalam kawasan. Saya berencana menghadiri KTT ROK-ASEAN, KTT ASEAN+3, dan KTT Asia Timur pada tanggal 6 dan 7 September mendatang, dan keikutsertaan begitu banyak negara penting di kawasan ini dalam kegiatan-kegiatan kerja sama regional yang dipimpin oleh ASEAN, merupakan bukti dari posisi ASEAN di kancah internasional dan pentingnya ASEAN secara strategis.
Nilai-nilai keterbukaan, transparansi, dan inklusivitas ASEAN menjadi semakin penting untuk mengurangi konflik dan konfrontasi antar negara serta mendorong dialog dan kerja sama dalam konteks persaingan internasional yang kompleks. Hal ini sejalan dengan inklusi, kepercayaan, dan hubungan timbal balik yang dianjurkan oleh Strategi Indo-Pasifik Korsel sebagai prinsip kerja sama. Selanjutnya, Korsel dan ASEAN juga berbagi pentingnya tatanan internasional berbasis aturan.
Seperti yang saya tekankan pada KTT NATO di Lithuania pada bulan Juli lalu, perdamaian dan stabilitas di wilayah Indo-Pasifik secara langsung terkait dengan perdamaian dan stabilitas di komunitas internasional melampaui Eropa dan Atlantik tetapi secara keseluruhan. Perang di Ukraina dan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara telah mengabaikan norma-norma internasional dan menghancurkan kesepakatan dan komitmen yang sudah ada. Secara khusus, peningkatan provokasi rudal dan ancaman nuklir Korea Utara merupakan ancaman langsung dan eksistensial bagi negara-negara ASEAN. Pada saat seperti ini, sangat penting bagi Korsel dan ASEAN untuk bertindak secara bersatu dan tegas, dan bekerja sama secara erat untuk denuklirisasi Korea Utara. Kita harus lebih memperkuat solidaritas dan kerja sama untuk memastikan bahwa tatanan berbasis aturan berakar kuat di wilayah Indo-Pasifik.
Dalam proses ini, Korsel akan mengupayakan solidaritas dan kerja sama dengan menempatkan ASEAN sebagai pusat dan turut berkontribusi pada persatuan (unity) ASEAN. Strategi Indo-Pasifik Korsel dan Solidaritas Korea-ASEAN didasarkan pada dukungan kokoh terhadap ‘Sentralitas ASEAN (ASEAN Centrality)’ dan ‘Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (AOIP: ASEAN Outlook on the Indo-Pacific)’
KTT ROK-ASEAN akan memilih 'Pernyataan Bersama Pemimpin ROK-ASEAN tentang Kerja Sama AOIP' untuk menunjukkan tekad bersama para pemimpin untuk membangun 'Kawasan Integral yang Bebas, Damai, dan Sejahtera'. Bersama dengan ASEAN, Korsel akan mempromosikan kemitraan yang memiliki pandangan jangka panjang dan mendorong perdamaian dan kemakmuran di kawasan.
Apakah ASEAN+3 akan dapat mendukung Sentralitas ASEAN pada saat berkembangnya minilateralisme di kawasan seperti AUKUS, QUAD, dan apakah langkah-langkah serupa lainnya akan berjalan dengan baik?
ASEAN+3 tidak dapat dibandingkan secara horizontal dengan organisasi multilateral regional lainnya, karena memiliki jumlah negara peserta yang jauh lebih besar daripada AUKUS dan QUAD, dan mengkhususkan diri pada interaksi antara Asia Tenggara dan Asia Timur Laut.
ASEAN+3 diluncurkan pada tahun 1997 sebagai tanggapan bersama terhadap krisis keuangan Asia dan terus berkembang menjadi salah satu organisasi yang paling sukses di kawasan ini. Saat ini, ASEAN+3 merupakan penggerak utama(main vehicle) bagi kerja sama Asia Timur di berbagai bidang seperti keuangan, pangan, kesehatan, dan tanggap bencana melalui lebih dari 60 saluran konsultasi. Saya percaya bahwa ASEAN+3 telah menjadi badan konsultatif yang paling terlembaga di Asia Timur karena dukungan kuat dari Korsel, Jepang, dan Cina untuk ‘Sentralitas ASEAN’ dan komitmen praktis mereka untuk memperkuat kerja sama.
Agar ASEAN+3 dapat terus diperluas dan diperdalam kerja samanya serta mewujudkan visi Masyarakat Asia Timur dalam jangka panjang, kerja sama di antara Korsel, Jepang, dan Cina merupakan prasyaratnya. Agar sistem KTT dengan ketiga negara ini dapat bersinergi satu sama lain dalam keterlibatannya di ASEAN, kerja sama di antara ketiga negara tersebut harus diaktifkan kembali.
Sejak bulan Maret lalu, saya telah mengambil serangkaian langkah untuk menormalkan dan meningkatkan hubungan trilateral setelah 12 tahun, yang berujung pada peluncuran kerja sama trilateral tingkat baru di Camp David pada tanggal 18 Agustus, di mana ketiga negara menegaskan kembali dukungan mereka yang kokoh untuk ‘Sentralitas ASEAN’ dan berjanji untuk berkoordinasi dan bekerja sama satu sama lain dalam mengupayakan program-program kerja sama pembangunan dengan ASEAN.
Sekarang, kita perlu mengembalikan kerja sama trilateral di antara Korsel, Jepang, dan Cina ke jalur yang benar. Untuk itu, Korsel, sebagai Ketua Dewan Trilateral dan negara koordinator yang mewakili ketiga negara di ASEAN+3, akan melakukan yang terbaik untuk merevitalisasi kerja sama trilateral di antara ketiga negara tersebut. Jika kerja sama di antara ketiga negara di Asia Timur Laut terevitalisasi, diharapkan kerja sama ASEAN+3 juga akan mendapatkan momentum yang lebih besar, yang akan semakin memperkuat ‘Sentralitas ASEAN’.
Terlepas dari isu Taiwan dan Korea Utara, jika ASEAN, Forum Kepulauan Pasifik (PIF), dan Laut Cina Selatan penting bagi semangat dan prinsip-prinsip KTT Camp David, bisakah Presiden menyampaikan hal-hal berikut ini? Apa manfaat nyata bagi anggota ASEAN-PIF dari KTT (trilateral) ini?
Korsel-Amerika-Jepang bertujuan untuk berkontribusi dalam mempromosikan kebebasan, perdamaian, dan kemakmuran di kawasan Asia-Pasifik dan masyarakat internasional secara keseluruhan, dengan membangun tatanan internasional yang berbasis aturan berdasarkan nilai-nilai kebebasan, demokrasi, hak asasi manusia, dan supremasi hukum. Negara- negara anggota ASEAN dan anggota Forum Negara Kepulauan Pasifik merupakan mitra utama dalam mewujudkan tujuan ini.
Komunike trilateral yang dijuluki ‘Semangat Camp David (The Spirit of Camp David)’ yang diadopsi oleh pemimpin Korsel- Amerika-Jepang pada bulan lalu secara jelas menekankan pentingnya ASEAN dan Forum Negara Kepulauan Pasifik dengan menempatkan kerja sama dengan ASEAN dan Forum Negara Kepulauan Pasifik di atas isu-isu regional lainnya. Secara khusus, komunike ini menegaskan ‘Sentralitas ASEAN’, dukungan penuh terhadap kerja sama yang dipimpin oleh ASEAN dan AOIP, serta komitmen untuk bekerja sama dalam mendukung pembangunan di Sungai Mekong. Berkenaan dengan Kepulauan Pasifik, ketiga negara juga menegaskan komitmen mereka untuk bekerja sama secara transparan dan efektif, konsisten dengan ‘cara Pasifik’ yang mereka utamakan. Sebagai contoh, melalui ‘Kerangka Kerja Sama Keamanan Maritim Trilateral’ yang baru saja diluncurkan, Korsel-Amerika-Jepang akan berkoordinasi dan berkolaborasi secara erat untuk mendukung negara-negara ASEAN dan Kepulauan Pasifik dalam memperkuat kapasitas keamanan maritim dan penanganan terkait iklim.
Yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwa kerja sama trilateral antara Korsel, Amerika Serikat, dan Jepang tidak dimaksudkan untuk mengesampingkan negara tertentu atau untuk melawan kekuatan tertentu. Hal ini juga dinyatakan dengan jelas dalam Strategi Indo-Pasifik Korsel. Dengan mempromosikan nilai-nilai universal dan tatanan internasional berbasis aturan, ketiga negara akan berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di komunitas internasional dan berusaha untuk mewujudkan hasil yang menguntungkan semua negara.
Sebagai kawasan yang diharapkan menjadi salah satu pusat pertumbuhan global, bidang apa yang menurutKorsel perlu diperkuat oleh ASEAN dan mitranya?
ASEAN merupakan salah satu kawasan yang paling dinamis dan berkembang di dunia. Sebagai penghubung strategis antara Laut Cina Selatan, Selat Malaka, dan Samudra Hindia, ASEAN juga memainkan peran penting dalam mendiversifikasi rantai pasokan global.
Agar seluruh anggotanya dapat memperoleh manfaat dari pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kawasan, dan agar ASEAN dapat berkembang menjadi 'komunitas yang kompetitif, inovatif, dan dinamis', adalah penting untuk menjembatani kesenjangan pembangunan dan meningkatkan konektivitas. Untuk tujuan ini, Korsel akan terus memperluas dukungan dan kerja sama pembangunan di berbagai bidang seperti penanganan perubahan iklim, sumber daya air, pertanian, maritim, dan pariwisata, serta kerja sama pembangunan di sub-kawasan seperti kawasan ASEAN-Mekong dan BIMP-EAGA (Brunei Darussalam – Indonesia – Malaysia – Filipina : East ASEAN Growth Area).
Seperti yang saya nyatakan pada KTT ROK-ASEAN pada bulan November tahun lalu, Korsel akan mendukung komitmen ini dengan tindakan nyata. Korsel akan memperbesar kontribusi tahunan kami sebanyak dua kali lipat untuk masing-masing dana kerja sama Korsel-ASEAN, Korsel-Mekong, dan Korsel-BIMP-EAGA pada tahun 2027. Diharapkan negara-negara ASEAN akan terus bekerja sama erat dengan Korsel untuk mendorong perbaikan dan inovasi kebijakan dan kelembagaan, serta meningkatkan efektivitas proyek-proyek kerja sama pembangunan.
Agar negara-negara ASEAN dapat lepas dari jebakan sebagai negara berpenghasilan menengah dan mampu membuat lompatan menjadi negara berpenghasilan tinggi, perlu adanya penggerak pertumbuhan masa depan yang berkesinambungan. Revolusi Industri Keempat, yang dengan cepat menyebar di ASEAN, akan memberikan peluang baru untuk pembangunan ekonomi.
Korsel bermaksud untuk berbagi jalur Revolusi Industri Keempat dengan ASEAN dengan memperluas kerja sama praktis di sektor-sektor masa depan seperti digital, energi terbarukan, kendaraan listrik, dan kota pintar, yang sangat diminati di ASEAN. Seperti yang telah saya nyatakan dalam rencana implementasi khusus Tahun Solidaritas Korea-ASEAN pada bulan April lalu, Korsel akan menggabungkan kerja sama di tingkat ASEAN dengan kerja sama yang disesuaikan yang sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi dan kebutuhan masing-masing negara anggota. Saya mengharapkan kerja sama yang lebih erat antara Korsel dan ASEAN di masa mendatang, sehingga kita dapat bersama-sama mendorong pembangunan dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
Apa saja peluang dan perkembangan hubungan Indonesia-Korsel setelah adanya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (CEPA)?
Perdagangan antar kedua negara telah meningkat lebih dari 140 kali lipat menjadi 26 miliar dollar AS tahun lalu dari 185 juta dollar AS melalui hubungan diplomatik, dan saat ini lebih dari 2.000 perusahaan Korsel aktif beroperasi di Indonesia.
Diberlakukannya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Korsel-Indonesia (CEPA=Comprehensive Economic Partnership Agreement) pada bulan Januari tahun ini secara signifikan telah meningkatkan lingkungan perdagangan dan investasi dengan Indonesia.
Diharapkan perusahaan-perusahaan Korsel akan meningkatkan investasinya secara signifikan di Indonesia, yang diharapkan akan berkontribusi pada pengembangan industri, perluasan ekspor dan lapangan kerja, serta revitalisasi ekonomi lokal Indonesia.
Korsel adalah negara yang telah berhasil melakukan lompatan dari negara berkembang menjadi negara maju.
Saya percaya, bahwa Korsel akan menjadi mitra yang optimal untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan dalam proses pembangunan ekonomi dengan Indonesia.