100 ”Perempuan Roket” di Balik Misi Chandrayaan-3 ke Bulan
Di balik kesuksesan pendaratan misi Chandrayaan-3, ada 100 perempuan ilmuwan yang bekerja selama berbulan-bulan mulai dari proses perencanaan hingga mendaratkan wahana Vikram ke permukaan Bulan.

Para siswa sedang memamerkan model misi Chandrayaan-3 saat pameran di sebuah sekolah di Amritsar, India, 29 Agustus 2023.
Beberapa saat sebelum pendaratan wahana ruang angkasa Vikram ke Bulan, Rinku Agrawal dan Harshita Tolani saling berpegangan tangan sambil komat-kamit berdoa. Mereka dua dari sejumlah perempuan ilmuwan yang bertugas di dalam ruang kendali misi Chandrayaan-3. Setelah Vikram berhasil mendarat di Bulan, keduanya berlinang air mata bahagia lalu ikut bersorak-sorai bersama rekan-rekan lainnya.
Misi Chandrayaan-3 berhasil mendarat di dekat kutub selatan Bulan, lokasi yang belum pernah dijelajahi oleh siapa pun pada 23 Agustus 2023. Di balik misi luar angkasa bersejarah India tersebut, ada ratusan perempuan ilmuwan yang bekerja selama berbulan-bulan untuk menyukseskan misi ini.
Baca juga : Belajar dari Pengembangan Teknologi Antariksa India
”Kami yakin pendaratannya akan lancar. Kami hanya terus meyakinkan satu sama lain, semuanya akan baik-baik saja. Ini momen yang patut dikenang. Kerja keras kami sebagai tim akhirnya membuahkan hasil,” kata Tolani, Rabu (23/8/2023).
Wajar saja Tolani dan Agrawal deg-degan karena pada misi Chandrayaan-2 sempat terjadi kesalahan di menit-menit terakhir sehingga gagal. Kesalahan pada sensor dan kamera yang menjadi penyebab kegagalannya kini sudah diperbaiki dan berhasil pada misi Chandrayaan-3.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memiliki tim ilmuwan matematika perempuan Afrika-Amerika yang dikenal sebagai ”Hidden Figures” pada tahun 1960-an. Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) mempunyai tim perempuan ilmuwan di balik kesuksesan misi pendaratan ke Bulan, Chandrayaan-3. Tim perempuan ilmuwan matematika Amerika Serikat juga berhasil membantu misi Friendship 7 ke orbit dan menghitung lintasan penerbangan misi Apollo 11 dan Apollo 13 ke Bulan.

Anak-anak mengibarkan bendera India di sekolah mereka di Mumbai, India, dan bersorak atas keberhasilan pendaratan pesawat bulan India, Chandrayaan-3, di permukaan Bulan, 22 Agustus 2023.
Keberhasilan India mendaratkan wahana di Bulan yang bersejarah ini diharapkan bisa menginspirasi lebih banyak perempuan muda untuk mempelajari sains dan teknologi. Mengakui pentingnya peran perempuan ilmuwan dalam misi Chandrayaan-3, Perdana Menteri India Narendra Modi memberi nama ”Shiv Shakti” pada titik lokasi pendaratan Chandrayaan-3 di Bulan. Nama ini diambil dari konsep energi feminin dalam mitologi Hindu.
”Para perempuan ilmuwan dalam misi ini memainkan peran penting untuk memastikan keberhasilannya. Tanpa kontribusi mereka, misi ini tidak mungkin tercapai. Mereka menginspirasi generasi mendatang,” kata Modi ketika bertemu dengan sejumlah perempuan ilmuwan di ISRO, Sabtu (26/8/2023).
Baca juga : Chandrayaan-3 dan Lompatan Teknologi Luar Angkasa India
Dari sekitar 16.000 karyawan di ISRO, sebanyak 20-25 persen orang adalah perempuan. Lebih dari 100 perempuan ilmuwan dan insinyur terlibat dalam misi Chandrayaan-3. Pada hari peluncuran, banyak perempuan yang berada di dalam ruang kendali yang mengawasi peluncuran sampai pendaratan Vikram.
Kepala ISRO S Somanath menceritakan, para perempuan ilmuwan terlibat pada seluruh proses, mulai dari penyusunan konsep, perancangan, hingga pelaksanaan misi Chandrayaan-3. Beberapa di antaranya bahkan berperan penting dalam navigasi pada saat-saat kritis seperti pendaratan. ”Pendaratan di permukaan Bulan ini sesuatu yang ajaib. Kontribusi perempuan di ISRO menjadi contoh kuat bagi bidang lain,” kata perempuan ilmuwan senior ISRO, Nidhi Porwal.

Anak-anak dengan wajah dicat berdiri mengelilingi replika Bulan di lingkungan sekolah mereka di Chennai, India, saat bergembira atas keberhasilan pendaratan misi antariksa India, Chandrayaan-3 di permukaan Bulan, 22 Agustus 2023.
Somanath kepada harian The Times of India, 25 Agustus lalu, menjelaskan, pada setiap tahapan proses misi Chandrayaan-3 pasti ada perempuan ilmuwan yang terlibat. Perakitan, integrasi dan pengujian pesawat ruang angkasa, hingga pembentukan dan pelaksanaan segmen darat untuk operasi misi melibatkan perempuan ilmuwan. Mereka juga mengendalikan navigasi pendarat, panduan, dan simulasi kontrol untuk memastikan kemampuan wahana melakukan pendaratan yang otonom, aman, dan lunak.
Mereka berkontribusi pula terhadap pengembangan dan pengiriman sensor penting seperti laser altimeter (instrumen untuk mempelajari topografi atau bentuk permukaan suatu bidang), laser doppler velocimeter (teknik mengukur kecepatan sesaat suatu medan aliran), dan lander horizontal velocity camera yang berperan penting dalam navigasi selama tahap penurunan daya kritis pendarat.
Baca juga : India, Vikram, dan Peradaban Tinggi
”Siapa pun, terlepas dari hierarki organisasinya, bisa mengajukan argumen teknis yang butuh diskusi. Tidak ada anggota, termasuk pemimpin, yang lebih dari tim. Pemimpin tim tidak perlu dan tidak bisa menjadi ahli di semua disiplin ilmu sehingga setiap anggota harus mengeluarkan potensi yang terbaik,” kata Somanath.
Salah satu pemimpin misi Chandrayaan-3 adalah Wakil Direktur Proyek, Kalpana Kalahasti. Dia berpengalaman dalam misi kedua India ke Bulan dan misi pengorbit Mars. Kalahasti merupakan spesialis satelit dan telah mengawasi perangkat pencitraan canggih yang memungkinkan ISRO menangkap gambar permukaan Bumi dengan resolusi tinggi.

Simulasi lepasnya wahana pendarat Vikram (kiri) dari wahana pengorbit Chandrayaan-3 (kanan) sebelum Vikram mendarat di permukaan Bulan. Vikram akan mendarat sambil membawa wahana penjelajah Pragyan di bagian dalamnya.
Selain itu, ada juga Reema Ghosh, spesialis robotika, yang mengerjakan pengembangan penjelajah ”Pragyan” yang saat ini beroperasi di permukaan Bulan. ”Pragyan itu bagi saya seperti bayi dan sekarang sedang berjalan pelan-pelan di Bulan. Pengalaman luar biasa bisa melihat kendaraan penjelajah diluncurkan di Bulan untuk pertama kalinya,” kata Gosh.
Perempuan ilmuwan senior dan insinyur dirgantara, Ritu Karidhal, yang bergabung dengan ISRO pada 1997, mengatakan, Chandrayaan telah selamanya menorehkan nama India di Bulan. Apalagi kini India menjadi negara pertama yang mencapai kutub selatan Bulan. Karidhal terlibat dalam banyak misi luar angkasa seperti Chandrayaan-2 dan misi pengorbit Mars ”Mangalyaan” dan selama ini dikenal sebagai ”perempuan roket”.
Partisipasi perempuan
Setelah misi Chandrayaan-3, bukan berarti pekerjaan para perempuan ilmuwan selesai. Masih ada misi lain yang segera diluncurkan seperti pendaratan ke Mars dan misi Aditya-L1 yang khusus dilakukan untuk mempelajari atmosfer matahari. Misi Aditya-L1 akan diluncurkan pada minggu pertama September mendatang.

Seorang ibu dan putrinya ikut menonton siaran langsung pendaratan misi Chandrayaan-3 ke Bulan di Planetarium Nehru, New Delhi, India, 23 Agustus 2023.
Terlepas dari rekam jejak ISRO yang mengikutsertakan ilmuwan perempuan, masih banyak yang harus dilakukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam program sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Ahli biologi India, Vineeta Bal, kepada harian Deutsche-welle, Senin, mengatakan, India perlu memiliki lebih banyak perempuan yang terjun ke dalam disiplin ilmu ini. Bal merupakan anggota gugus tugas perdana menteri untuk perempuan di bidang sains di Kementerian Sains dan Teknologi India.
Baca juga : Kegagalan Luna-25 dan Pudarnya Kejayaan Teknologi Luar Angkasa Rusia
Survei nasional di India baru-baru ini menemukan, perempuan hanya mencakup 13 persen dari keseluruhan ilmuwan dan pengajar sains di lembaga pendidikan tinggi dan penelitian di India. Menurut data Bank Dunia, hampir 43 persen dari total lulusan bidang STEM di India adalah perempuan dan angka ini salah satu jumlah lulusan yang tertinggi di dunia. Namun, jumlah perempuan yang kemudian menjadi ilmuwan, insinyur, dan ahli teknologi di lembaga penelitian dan universitas hanya sekitar 14 persen.
”Melihat lebih banyak perempuan di lembaga-lembaga ilmiah ini jelas menggembirakan. Hanya, ketika menyangkut kepemimpinan kelembagaan, masih ada kesenjangan lebar dan ini perlu dianalisis kenapa. Lebih sedikit perempuan yang ada di komite panel dan ini perlu diperbaiki,” kata mantan kepala ilmuwan di WHO, Soumya Swaminathan.
ISRO menjadi rumah bagi beberapa perempuan ilmuwan India lainnya, seperti Geena Varghese, Beena AP, Athula Devi, Nandhini Harinath, Shivani, Ceena Sunil, Roopa MV, dan Vidya, yang semuanya menjalankan tugasnya untuk mengharumkan nama bangsa. ISRO mengakui kemampuan perempuan ilmuwan dalam mewujudkan impian India untuk mendarat di Bulan.

Rute perjalanan yang akan ditempuh Chandrayaan-3 sejak meluncur dari Bumi, Jumat (14/7/2023) hingga mendarat di Bulan. Wahana pendarat Vikram yang membawa wahana penjelajah Pragyan diperkirakan akan mendarat di kutub selatan Bulan antara 23-24 Agustus 2023.
”Budaya ISRO” yang memungkinkan perempuan bersinar ini yang kerap disebut-sebut para perempuan ilmuwan telah mendorong partisipasi perempuan di bidang STEM. ”Tidak seperti sebelumnya, suasana di ISRO saat ini memungkinkan dan kondusif bagi perempuan ilmuwan untuk berkontribusi lebih besar,” kata Brinda V, ilmuwan senior ISRO.
Dukungan dari Modi juga menginspirasi dan mendorong perempuan India agar lebih berdaya dan mengejar impian apa pun itu. ”PM Modi mendukung kami dan memberitahu kami bahwa langit bukanlah batasnya. PM kami meluangkan banyak waktu untuk menghargai upaya dan pengorbanan kami,” kata Gosh kepada harian Hindustan Times.
Baca juga : NASA-SpaceX Terbangkan Empat Astronot ke ISS
Anggota parlemen India dari Partai Bharatiya Janata, Anil Agarwal, menilai meningkatnya partisipasi perempuan pada bidang STEM, antara lain, berkat inisiatif pemerintahan Modi, yakni ”Vigyan Jyoti” atau Terlibat dengan Sains. Ini pendekatan komprehensif yang mempromosikan pendidikan STEM bagi para siswi.
Vigyan Jyoti yang diluncurkan pada 2019 oleh Kementerian Sains dan Teknologi bertujuan memotivasi anak perempuan untuk mengejar pendidikan tinggi dan karir di bidang STEM. Mereka diberikan berbagai peluang seperti beasiswa, kunjungan ke lembaga ilmiah, kamp sains, ceramah oleh para tokoh terkemuka seperti perempuan ilmuwan, dan bimbingan karier.
”Inisiatif-inisiatif pemerintah seperti ini berupaya menumbuhkan minat dan semangat ilmiah di kalangan generasi muda dan mendorong siswa sekolah menengah untuk mengambil karier di bidang sains dan teknologi,” kata Agarwal.