Buntut Air Limbah PTLN Fukushima, Konsumen China Tolak Produk Kosmetik Jepang
Konsumen China tak mau lagi memakai produk kosmetik dari Jepang. Langkah ini dilakukan setelah Jepang mengumumkan akan membuang air limbah PLTN Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Pembuangan air limbah tiga reaktor nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi di Jepang berbuntut panjang. Langkah Jepang membuang air limbah dari PLTN Fukushima Daiichi ke Samudra Pasifik yang dianggap egois itu membuat negara-negara tetangganya, termasuk China, marah. Bukan hanya hasil laut Jepang, China juga menolak produk-produk kosmetik negara itu.
Bahkan, di platform media sosial China sudah beredar daftar hitam yang berisi lebih dari 30 jenama kosmetik Jepang. Banyak netizen di China yang mengembalikan produk kosmetik Jepang yang sudah dibeli, bahkan mengunggah daftar hitam jenama kosmetik Jepang dan mengingatkan orang untuk menghindarinya.
Harian China, Global Times, Sabtu (26/8/2023), menyebutkan, tren ini membahayakan salah satu ekspor utama Jepang ke China yang mencapai sekitar 4 miliar dollar AS atau Rp 61 triliun pada Januari-November 2022. Jepang memiliki pangsa pasar terbesar kedua di pasar kosmetik China pada 2022.
Anjloknya penjualan kosmetik Jepang di China ini terjadi seiring dengan menguatnya resistansi konsumen China terhadap produk-produk Jepang. Situasi tersebut akan menguntungkan jenama kosmetik dari negara atau kawasan lain, seperti Eropa.
Salah satu daftar hitam di platform media sosial Sina Weibo yang banyak diunggah ulang berisi 31 jenama, termasuk SK-II, Shiseido, dan Muji. Topik produk kosmetik Jepang ini menarik perhatian ratusan juta warganet. Di platform media sosial lain, Xiaohongshu, warganet mengumpulkan daftar kosmetik Jepang dan daftar alternatifnya sehingga semakin menarik perhatian yang lebih luas.
Seorang warga ibu kota Beijing berusia 35 tahun bermarga Huang yang mengaku sebagai pengguna setia kosmetik Jepang, termasuk SK-II, mengaku sudah tidak mau membeli produk itu. Hal ini ia lakukan setelah mendengar berita rencana Jepang membuang air limbah PTLN Fukushima Daiichi ke laut.
Ia mengatakan, banyak temannya kini beralih dari kosmetik Jepang ke jenama Eropa, seperti L’Oréal. ”Faktor keamanannya membuat kami khawatir,” kata Huang.
Huang juga bercerita tentang beberapa temannya yang sebenarnya akan berlibur ke Jepang. Namun, setelah mendengar kabar pembuangan air limbah itu, mereka kemudian membatalkan rencana itu.
Zhou Chen (32), warga Nanjing, Provinsi Jiangsu, China, sudah memutuskan untuk tidak membeli produk-produk yang berhubungan dengan Jepang, termasuk makanan dan kosmetik, untuk sementara waktu. Kini, dia sedang menjajaki produk alternatif dari China dan Eropa.
Tren ini dikhawatirkan akan meningkat terus meski sudah ada penjelasan dari vendor kosmetik Jepang. Seorang karyawan yang menjual kosmetik Jepang di SKP, pusat perbelanjaan mewah di Beijing, menceritakan, ada beberapa konsumen yang datang ke toko untuk menanyakan soal keamanan produk kosmetik Jepang.
Dia menjelaskan, semua kosmetik produksi Jepang yang dijual di outlet itu sudah memenuhi standar keamanan yang ditetapkan Pemerintah China terhadap barang-barang impor.
Dalam pernyataan tertulisnya, pihak SK-II mengatakan, produknya sudah memenuhi standar impor China. Mereka juga memberikan salinan laporan inspeksi yang dikeluarkan bea cukai di Shanghai pada 26 Juli 2023.
Bea Cukai Distrik Shanghai, Juni lalu, mengatakan, pihak berwenang akan meningkatkan pengawasan radiasi nuklir pada produk-produk dari Jepang. Bea Cukai Distrik Shanghai juga akan mengambil tindakan untuk mencegah impor produk-produk dengan radiasi nuklir yang melebihi standar.
Pada 2019-2022, China menjadi pangsa pasar terbesar Jepang. Menurut data resmi Pemerintah China, pada Januari-November 2022, jumlah impor China untuk kosmetik Jepang mencapai Rp 61 triliun dan ini berada di peringkat kedua dalam hal pangsa pasar.
Meski demikian, jumlahnya menurun sejak Mei lalu. Pada Juni lalu, tingkat impor China untuk kosmetik Jepang turun 8,4 persen tahun ke tahun dan pada Juli turun 30 persen tahun ke tahun.
Stop impor ikan
Bea Cukai China, Kamis lalu, sudah terlebih dulu memberlakukan larangan terhadap semua impor produk akuatik Jepang untuk melindungi keamanan pangan warganya. Ini menjadi pukulan serius terhadap ekspor makanan laut Jepang dengan China sebagai pasar utamanya.
”Tindakan Jepang membuang air yang terkontaminasi itu tidak bertanggung jawab, ilegal, dan tidak bermoral. Tidak ada yang bisa membuktikan limbah dan bahan-bahan nuklir itu aman,” kata Jacay Shum (73), aktivis Hong Kong, yang menentang pembuangan air olahan itu.
Menteri Korea Selatan Han Duck-soo melarang impor produk perikanan dan makanan dari Fukushima. Ketentuan ini akan tetap berlaku sampai kekhawatiran masyarakat mereda.
Sementara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuntut agar pembuangan air olahan segera dihentikan. Alasannya, tindakan itu merupakan tindak kejahatan terhadap kemanusiaan. Korea Selatan berbeda. Rakyatnya menentang pembuangan air olahan itu, tetapi pemerintahnya tidak keberatan dari aspek ilmiah dan teknis pembuangan.