Tampaknya Wagner tidak akan ”terganggu” dalam waktu dekat. Operasi di sejumlah negara terus berlanjut.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
Setelah pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, dilaporkan tewas, muncul pertanyaan tentang nasib kelompok tentara bayaran Rusia itu selanjutnya. Laporan kematian Prigozhin menyisakan spekulasi, tak hanya terhadap dirinya, tetapi juga masa depan Wagner di berbagai medan laga.
Prigozhin membangun Wagner selama hampir satu dekade ini dan banyak membantu militer Rusia dalam operasi di sejumlah negara, terutama secara tak resmi. Namun, reputasinya di mata Pemerintah Rusia ”tercoreng” menyusul pembangkangan singkat Wagner pada 23-24 Juni. Nasib dan keberadaannya tak jelas setelah itu.
Lantas tiba-tiba otoritas Rusia mengumumkan Prigozhin berada dalam pesawat pribadi yang jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya pada Rabu (23/8/2023) di utara Moskwa. Hingga sekarang belum ada bukti definitif Prigozhin termasuk dalam korban tewas. Meski demikian, Kementerian Pertahanan Inggris, Jumat (25/8/2023), menyatakan, kemungkinan besar Prigozhin benar-benar tewas dalam insiden tersebut.
Para simpatisan Wagner berkumpul di markas pusat kelompok itu di St Petersburg untuk memberikan penghormatan. Walau dicap sebagai pengkhianat oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, Prigozhin tetap populer di sejumlah kalangan di Rusia berkat pencapaiannya bersama Wagner. ”Bisa dikatakan ini seperti kehilangan ayah. Dia segalanya bagi kami, setiap orang selalu menanti apa yang akan dikatakan Paman Zhenia (Prigozhin),” kata Igor, salah satu simpatisan.
Pesan video dan audio yang disampaikan Prigozhin melalui media sosial ditunggu-tunggu. Namun, kini mereka tak banyak bercakap soal spekulasi kematian Prigozhin.
Pengganti
Media BBC, Jumat, melaporkan, para pejabat keamanan Barat menduga-duga siapa yang akan mengambil tempat Prigozhin dan memimpin Wagner. Kelompok ini berperan penting dalam upaya menundukkan Ukraina. Di belahan dunia lain, Wagner beroperasi antara lain di Suriah, Mali, Afrika Tengah, dan Libya.
Joana de Debus Pereira, peneliti senior pada Royal United Service Insitute, kepada program BBC World Tonight, mengatakan, kematian Prigozhin tampaknya akan menuju ”pembenahan tertentu” dalam kelompok Wagner. Namun, secara keseluruhan, operasi Wagner tetap akan berjalan seperti saat di bawah kepemimpinan Prigozhin.
”Kelompok itu akan bertahan di masa depan, kemungkinan dengan nama lain, tetapi (Wagner) telah membuktikan kapasitasnya untuk beradaptasi dan bermetamorfosis. Kita harus melihat Wagner bukan sebagai orang tunggal, tetapi sebagai ekosistem, sebagai hidra dengan banyak kepala dan berbagai kepentingan,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Ruslan Trad, analis keamanan pada Atlantic Council. Tempat Prigozhin kemungkinan akan digantikan seseorang yang memiliki koneksi dengan badan intelijen militer Rusia, GRU. Namun, tantangannya adalah menemukan seseorang yang memiliki dana besar untuk membiayai operasi Wagner. Sebab, Prigozhin adalah sosok utama penyandang dana Wagner.
Sejumlah analis meyakini, penggantian pucuk pimpinan Wagner akan dilakukan secara diam-diam. Jika diumumkan terbuka, hal itu justru akan membuktikan keterlibatan Pemerintah Rusia dalam operasi Wagner selama ini—hal yang selalu dibantah Kremlin. Amalendu Misra, profesor politik internasional Universitas Lancaster, kepada Time, mengungkap, sosok baru itu nantinya tentu tidak akan memiliki profil yang sama seperti Prigozhin. Setidaknya itu untuk menghindari terulangnya pembangkangan.
Setelah pembangkangan singkat itu, pasukan Wagner yang bertempur di Ukraina menyerahkan pangkalan kepada pasukan militer Rusia dan mulai relokasi ke kamp militer di Belarus. Selama tahun 2022, Wagner merupakan pasukan tempur Rusia paling efektif. Mereka berhasil merebut kota Soledar dan Bakhmut di Ukraina timur dalam pertempuran sengit.
Emily Ferris dari Royal United Services Institute kepada BBC menyebut, kematian Prigozhin tampaknya tidak memiliki dampak serius terhadap jalannya perang di Ukraina. ”Pasukan Wagner sudah tidak beraksi di Ukraina sejak pembangkangan. Pasukannya direlokasi Belarus atau diserap ke Kementerian Pertahanan sehingga dampaknya pada perang di Ukraina kecil untuk saat ini,” ujarnya.
Dalam jangka pendek, katanya, kelompok Wagner tampaknya tidak akan kembali ke medan laga di Ukraina. Sebaliknya, di Afrika, Wagner mungkin akan bertahan di bawah manajemen baru atau dimasukkan ke dalam kelompok tentara bayaran Rusia lainnya.
”Wagner punya kontrak, itu bisnis, dan harus terus berjalan. Dari sudut pandang kredibilitas, Wagner akan berupaya memperlihatkan semua tetap berjalan normal, mereka tetap mitra,” kata John Lechner, peneliti yang berbasis di Amerika Serikat yang menulis buku tentang Prigozhin.
Di negara lain di mana Wagner beroperasi melalui kesepakatan resmi dengan Moskwa, analis memperkirakan tidak banyak hal berubah untuk saat ini. Di Libya, sejak 2019, sekitar 2.000 anggota Wagner membantu faksi Haftar dalam pemberontakan terhadap Tripoli hingga gencatan senjata pada 2020.
Kantor berita Reuters, Jumat, melaporkan, sehari sebelum kecelakaan pesawat yang menimpa Prigozhin, seorang pejabat Rusia mengunjungi Libya untuk meyakinkan sekutunya bahwa Wagner tetap beroperasi di negara itu, tetapi di bawah kendali Moskwa. Wagner akan melapor ke komandan yang baru, kata seorang pejabat Libya yang mengetahui pertemuan itu.
Trad yakin, Wagner sudah sangat terintegrasi dalam infrastruktur pertahanan di negara tempatnya beoperasi di Afrika. Mereka tidak akan terganggu dengan kematian Prigozhin. (AFP/REUTERS)