Pelepasan Air Olahan PLTN Fukushima Tunggu Restu Nelayan
Jepang akan segera melepaskan air olahan dari PLTN Fukushima Daiichi, kemungkinan akhir Desember 2023. Namun, PM Kishida mau bicara dulu dengan para nelayan.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
TOKYO, MINGGU — Pemerintah Jepang belum memutuskan kapan akan mulai melepaskan air olahan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi yang kini lumpuh ke Samudera Pasifik. Laporan sejumlah media Jepang menyebutkan, pembuangan sebagian dari 1,34 juta ton air olahan, yang menurut Pemerintah Jepang aman, akan dimulai paling cepat pada bulan ini.
Padahal, pembuangan air olahan itu masih menjadi kontroversi karena membuat marah China dan menimbulkan kekhawatiran negara-negara lain. Rakyat Jepang pun bahkan belum bisa menerima, khususnya masyarakat nelayan. Nelayan Jepang khawatir apabila air olahan itu dilepaskan, upaya mereka bertahun-tahun untuk memperbaiki ”nama baik” hasil laut Jepang setelah bencana tsunami 2011 akan buyar.
Hal ini dikemukakan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida ketika berkunjung ke PLTN Fukushima, Minggu (20/8/2023). PLTN Fukushima hancur akibat gelombang tsunami pada 2011 menyusul gempa dahsyat. Sebelum memulai proses pelepasan air olahan, Kishida menyatakan akan bertemu dengan para pejabat industri perikanan untuk mendengarkan aspirasi dan kekhawatiran mereka, Senin.
”Saya harus menahan diri untuk tidak mengomentari waktu yang konkret untuk pelepasan ke laut pada saat ini karena keputusan harus dibuat setelah pemerintah melihat semua langkah yang berkaitan dengan kerusakan keamanan dan reputasi. Saya berharap bisa bertemu dengan masyarakat nelayan yang dipimpin Ketua Masanabu Sakamoto dari Federasi Koperasi Perikanan Jepang paling cepat besok,” kata Kishida kepada wartawan.
Kantor berita Kyodo menyebutkan, setelah bertemu dengan para nelayan, para menteri akan memutuskan tanggal pelepasan air olahan PLTN Fukushima. Kemungkinan pelepasan air itu akan dilakukan pada akhir Agustus.
Selama kunjungannya ke Fukushima, Kishida meninjau fasilitas penyaringan dan pengenceran air limbah. Dia mendesak para pengelola PLTN Fukushima untuk memprioritaskan keselamatan dalam pelepasan air olahan dan membantu mencegah kerusakan reputasi perikanan lokal.
Sambil mencari pemahaman dari komunitas nelayan, pemerintahan Kishida juga sudah berusaha menjelaskan rencananya kepada Korea Selatan agar masalah itu tidak mengganggu upaya memperbaiki hubungan bilateral kedua negara. Jepang, Korsel, dan Amerika Serikat sedang berupaya meningkatkan hubungan trilateral dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari China dan ancaman rudal dan nuklir dari Korea Utara.
Pemerintahan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol baru-baru ini menunjukkan dukungan untuk rencana Jepang itu, tetapi dia menghadapi kritikan di dalam negeri. Selama konferensi bersama di tempat peristirahatan Presiden Amerika Serikat, Camp David, Yoon menyatakan mendukung evaluasi keselamatan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) atas rencana Jepang itu. Namun, dia tetap menekankan perlunya inspeksi transparan oleh komunitas internasional.
Air olahan yang akan dilepaskan setara dengan 500 kolam renang berukuran Olimpiade. Air olahan itu terakumulasi dalam 12 tahun terakhir dari air yang digunakan untuk mendinginkan tiga reaktor nuklir PLTN Fukushima yang meleleh. Air pendinginan itu kemudian dikombinasikan dengan air tanah dan hujan.
Operator PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Co. (TEPCO) menyatakan elemen radioaktif yang berbahaya sudah disaring dan air yang akan dilepaskan sudah aman. Pandangan ini didukung IAEA. Dalam laporan akhir IAEA, Juli lalu, disebutkan rencana TEPCO apabila dilakukan secara ketat, akan menimbulkan dampak yang dapat diabaikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Karena itu, IAEA mendorong Jepang untuk melanjutkannya.
Jepang sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan mencoba menenangkan opini publik di dalam dan luar negeri, mulai dari menayangkan video ikan yang hidup di air yang diolah hingga upaya melawan hoaks atau informasi yang keliru secara daring. Kekhawatiran publik mengenai rencana pelepasan air olahan itu tetap tinggi di Korsel.
Pemerintah Korsel menyebut tinjauan mereka terhadap rencana Jepang itu menyatakan pelepasan air olahan itu sudah sejalan dengan standar internasional. Namun, China yang memiliki hubungan kurang harmonis dengan Jepang sudah melarang impor makanan dari 10 prefektur di Jepang dan telah memberlakukan tes radiasi yang ketat pada makanan dari negara lain.
Pelepasan air olahan—maksimal 500.000 liter per hari—hanyalah salah satu tahap pembersihan. Proses yang jauh lebih berbahaya adalah menghilangkan sisa-sisa radioaktif dan bahan bakar nuklir yang sangat berbahaya dari tiga reaktor nuklir yang hancur. Akibat gempa bumi dan gelombang tsunami pada 11 Maret 2011, fasilitas pendingin PLTN Fukushima hancur. Tiga reaktor nuklirnya meleleh dan mencemari air pendinginnya.
Air itu lalu dikumpulkan, disaring, dan disimpan di sekitar 1.000 tangki yang akan sampai pada batas maksimal kapasitasnya pada awal 2024. Air diolah dengan apa yang disebut Sistem Pemrosesan Cairan Lanjutan yang dapat mengurangi jumlah lebih dari 60 radionuklida terpilih ke tingkat pelepasan yang ditetapkan pemerintah, kecuali tritium yang menurut pemerintah dan TEPCO aman bagi manusia jika dikonsumsi dalam jumlah kecil. Kalangan ilmuwan meminta Jepang memperhatikan lusinan radionuklida dosis rendah yang masih tersisa di dalamnya. (AFP/AP)