42 Jet Tempur dan 8 Kapal Perang China Kepung Taiwan
Puluhan jet tempur China dan delapan kapal perang menggelar latihan perang, dengan mengepung wilayah Taiwan, menyusul perjalanan singgah Wakil Presiden Taiwan William Lai di AS belum lama ini.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·5 menit baca
TAIPEI, SABTU – Militer China kembali menggelar latihan perang di sekeliling Taiwan, Sabtu (19/8/2023), sebagai ”peringatan serius” Beijing terhadap Taipei. Latihan perang ini merupakan respons Pemerintah China atas kunjungan Wakil Presiden Taiwan William Lai ke Amerika Serikat baru-baru ini.
Lai, bakal kandidat kuat Presiden Taiwan dalam pemilu pada Januari 2024, kembali dari perjalanan singgah di AS, Jumat (18/8/2023). Ia singgah di San Francisco dan New York City dalam perjalanan menuju dan dari Paraguay. Selama di AS, ia menyampaikan beberapa pidato.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari teritorialnya. Taipei menolak tegas klaim Beijing tersebut. China dan Taiwan berpisah menyusul perang saudara tahun 1949. Dalam perang itu, Partai Komunis menguasai China daratan, sementara kelompok nasionalis melarikan diri ke Taiwan dan mendirikan pemerintahan sendiri di pulau tersebut.
Melalui pernyataan singkat, Komando Palagan Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, yang memegang kendali wilayah di sekitar Taiwan, menyatakan bahwa pihaknya menggelar latihan militer bersama Angkatan Laut dan patroli kesiapan tempur udara di sekitar Taiwan.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan, pihaknya mendeteksi 42 jet tempur China dan delapan kapal dalam latihan militer itu. Disebutkan pula, Taipei merespons dengan juga mengerahkan kapal-kapal dan pesawat-pesawat tempurnya.
Taipei menambahkan, 26 jet tempur China terbang melintasi garis tengah Selat Taiwan di area selebar 100 kilometer yang memisahkan Pulau Taiwan dan China daratan. Selama puluhan tahun, garis tengah itu dianggap sebagai garis batas tidak resmi antara militer Taiwan dan China.
Komando Palagan Timur PLA menyatakan, fokus latihan bersama Angkatan Laut dan Angkatan Udara yang mereka gelar adalah koordinasi antara kapal dan pesawat, merebut kendali dan latihan anti-kapal selam di wilayah utara dan barat daya Taiwan, sekaligus menguji ”kemampuan tempur sebenarnya” pasukannya.
”Ini peringatan serius bagi pasukan separatis kemerdekaan Taiwan yang berkolusi dengan pasukan luar yang memprovokasi,” demikian pernyataan Komando Palagan Timur PLA.
Kepung dari segala arah
Mereka merilis video berisi potongan rekaman latihan, yang diperlihatkan diambil pada Sabtu ini. Terlihat dalam video itu, jet-jet tempur J-16 dan J-10 serta sebuah kapal perusak tengah berpatroli. Disebutkan dalam video tersebut bahwa latihan digelar ”guna menguji kemampuan tempur sebenarnya dengan operasi pasukan bersama di palagan timur”.
Sejumlah perlengkapan dikerahkan, seperti perahu-perahu perusak, fregat, perahu rudal serbu cepat, serta jet pemberi peringatan dini dan pengacak sinyal. Pasukan berlatih ”mengepung pulau (Taiwan) dari segala arah”, demikian pernyataan Komando Palagan Timur.
Pemerintah Taiwan mengecam keras latihan militer China tersebut. Taipei menegaskan, pihaknya memiliki kemampuan, determinasi, dan kepercayaan diri dalam memastikan keamanan nasionalnya.
Dewan Urusan Daratan, badan pemerintahan di Taiwan yang mengurusi kebijakan terkait China, mengimbau Beijing agar menghentikan intimidasi dan memulai pembicaraan dengan Taipei. Dewan itu menyatakan, rakyat Taiwan bertekad mempertahankan diri dan tidak akan bertekuk lutut pada ancaman pasukan luar.
”Republik China, Taiwan, adalah negara berdaulat dan memiliki hak yang sah untuk menjalankan interaksi diplomatik secara normal dengan negara-negara sahabat,” sebut dewan tersebut, menggunakan nama resmi Taiwan dengan sebutan ”Republik China”.
Para pejabat Taiwan mengatakan, China kemungkinan menggelar latihan militer itu dengan berdalih peristiwa lawatan singgah Lai di AS. Latihan militer ini diperkirakan untuk mengintimidasi para pemilih dalam pemilu presiden tahun depan dengan menebar kekhawatiran bakal pecah perang jika Lai terpilih nanti.
Beberapa jam sebelum China menggelar latihan militer, secara terpisah Presiden AS Joe Biden mengadakan pertemuan puncak trilateral dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Camp David, AS. Salah satu butir kesepakatan mereka adalah menegaskan kembali ”pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sebagai elemen keamanan dan kemakmuran yang tak tergantikan bagi komunitas internasional”.
Tak ada alarm peringatan
Selama latihan militer China berlangsung, tidak ada tanda-tanda alarm peringatan di jalan-jalan di Taiwan. Warga di wilayah itu sudah terbiasa mendengar ancaman dari China. ”Saya pikir, tidak akan ada perang, saya tidak takut,” ujar Chou Yu-hsuan (20), mahasiswa setempat.
Para atase pertahanan dan analis di kawasan mengamati secara cermat skala dan intensitas operasi latihan-latihan militer China di sekitar Taiwan. Mereka membandingkannya dengan latihan perang pasukan China pada Agustus 2022 dan April 2023.
Tak lama setelah Ketua DPR AS (saat itu) Nancy Pelosi berkunjung ke Taipei, Agustus 2022, China menggelar latihan perang dengan, antara lain, menembakkan rudal-rudalnya yang sebagian jatuh melewati wilayah udara Taiwan dan jatuh di zona ekonomi eksklusif Jepang. Pejabat Taiwan melukiskan sejumlah latihan Angkatan Laut China seperti persiapan untuk menginvasi Taiwan.
Militer China kembali menggelar latihan pada April 2023, merespons lawatan singgah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di California, AS, dan bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.
Seorang pejabat senior Taiwan mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa, tidak seperti latihan pada April lalu, pada latihan militer terakhir ini China tidak mengumumkan rencana akan menggelar latihan perang. Beijing kemungkinan menunggu pertemuan trilateral AS-Jepang-Korsel berlangsung sebelum menggelar latihan militernya. Hal ini dilakukan guna meredam kritik komunitas internasional.
China tidak menyukai Lai dan sepak terjangnya. Dalam pernyataan sebelumnya, Beijing mengecap Lai sebagai ”pekerja lapangan untuk kemerdekaan Taiwan”. Namun, dalam berbagai kampanyenya, Lai menyatakan akan tetap berpegang pada status quo dan berulang kali menawarkan perundingan dengan Beijing.
Pernyataan Beijing tentang latihan militernya di sekitar Pulau Taiwan hari Sabtu ini diiringi dengan publikasi artikel di kantor berita China, Xinhua, yang menyebut ”Lai sang pendusta”. Kantor Kerja Taiwan pada Partai Komunis China menyebut persinggahan Lai di AS sebagai ”kedok untuk menjual kepentingan Taiwan guna meraup keuntungan dalam pemilu setempat dengan cara-cara yang tidak jujur”.
AS, seperti kebanyakan negara, tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan. Meski demikian, Washington adalah pelindung utama Taiwan, terikat dengan undang-undang yang mengharuskan AS memberi perlengkapan kepada Taiwan untuk mempertahankan diri dari serangan asing. (AP/AFP/REUTERS)