Nyaris tidak ada yang tersisa di Lahaina. Penjarah dan perampok mendatangi warga sembari menodongkan senjata. Warga yang sedang kesusahan terpaksa menyerahkan sisa milik mereka yang selamat dari kebakaran.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Sudah jatuh tertimpa tangga. Kondisi itu sedang dialami para korban kebakaran di Lahaina, Hawaii, Amerika Serikat. Saat duka dan trauma kebakaran belum hilang, para korban harus berhadapan dengan perampokan dan penjarahan. Korban juga kesulitan mendapatkan tempat tinggal sementara.
Sejumlah warga mengaku, penjarah dan perampok datang pada malam hari. ”Mereka (penjarah) mendatangi rumah-rumah. Saya tidak yakin pemerintah tahu cara mengatasi situasi ini,” kata seorang warga Lahaina, Matt Robb.
Dilaporkan Yahoo dan Business Insider, Senin (14/8/2023), penjarah dan perampok mendatangi warga sembari menodongkan senjata. Warga yang sedang kesusahan terpaksa menyerahkan sisa milik mereka yang selamat dari kebakaran pada Selasa (8/8/2023) itu. ”Ada sedikit polisi, tentara. Di malam hari, orang-orang dirampok,” katanya.
Warga lain, Jeremy Aganos, mengaku dirampok dan dijarah. Para penjarah mengambil air, makanan, dan pakaian. ”Mereka sepertinya dalam kondisi terdesak juga. Mereka perlu dibantu,” katanya.
Lahaina terletak di sisi barat Maui, salah satu dari beberapa pulau besar di Hawaii. Selain Maui, ada Kauai, Oahu, Molokai, Lanai, dan Hawaii di negara bagian AS yang terletak di tengah Pasifik tersebut. Ibu kota sekaligus kota terbesar Hawaii, Honolulu, berada di Oahu. Lahaina berjarak hampir 4.000 kilometer dari Los Angeles di California. Jarak itu hampir sama dengan jarak dari Palembang ke Jayapura.
Tempat tinggal
Lantaran banyak bangunan hancur, pemerintah lokal Hawaii menyewa ratusan kamar hotel dan losmen untuk menampung para korban. Pencarian ruangan tidak mudah. Sebab, Maui termasuk lokasi tujuan wisata populer. Sebelum, saat, dan setelah kebakaran pekan lalu masih ada pelancong yang belum meninggalkan Maui. ”Kami kekurangan ruangan,” kata salah seorang warga Lahaina, Mike Cicchino, kepada CNN.
Ia dan keluarganya kini berada di Kihei, kota lain di Maui. ”Kami lepas dari mimpi buruk lalu menuju mimpi buruk lain, menjadi gelandangan,” ujarnya.
Kebakaran menghanguskan rumah dan hampir seluruh harta bendanya. ”Saya tidak suka mengatakan ini. Akan tetapi, dalam kondisi sekarang, mungkin sebaiknya ada pembatasan orang yang datang ke sini,” katanya.
Badan Pariwisata Hawaii mengumumkan, salah satu fokus mereka saat ini membantu pelancong keluar dari Maui. Dengan demikian, kepadatan di pulau itu bisa dikurangi dan sumber daya di sana bisa difokuskan untuk menolong korban.
Adapun kepolisian Maui telah menerapkan pembatasan. Hanya warga dan pelancong yang telah memiliki bukti pemesanan hotel boleh masuk Maui. Jika tidak, siapa pun akan diminta menjauhi Lahaina dan kota-kota di sekitarnya.
Selain membatasi gerak, polisi dan pihak terkait mulai melacak para korban. Sampai sekarang, baru 3 persen area bekas kebakaran sudah diperiksa anjing pelacak. Di antara korban tewas, tidak sampai 10 orang sudah teridentifikasi. Sampai Senin pagi waktu setempat, setidaknya 96 warga Lahaina dipastikan tewas dalam kebakaran pekan lalu.
Selain pencarian dan identifikasi korban, sejumlah pihak mulai mencari penyebab kebakaran. Ada dugaan, kebakaran dipicu korsleting jaringan listrik. Api dari insiden itu membakar salah satu bangunan di sekitarnya. Api dari kebakaran itu segera meluas karena tiupan angin kencang.
Penyelidikan juga dilakukan untuk mencari penyebab warga tidak mendengar sirene kebakaran. Ada dugaan, sistem peringatan kebakaran tidak berfungsi karena listrik mati. Senator dari Hawaii, Mazie Hirono, menyatakan akan mengerahkan semua kemampuan mencari penyebab musibah itu. Jika ditemukan kelalaian, ia akan meminta pertanggungjawaban penuh. (AFP/REUTERS)