Tekad mempertahankan komitmen kerja sama di Asia Tenggara semakin penting dan relevan di tengah persaingan geopolitik.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Presiden Joko Widodo didampingi Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi memotong tumpeng saat perayaan HUT Ke-56 ASEAN di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia meyakini bahwa Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau ASEAN mampu menjadi jangkar perdamaian dan kesejahteraan global. Syaratnya, setiap anggota ASEAN selalu kompak dalam bekerja sama di tengah berbagai hambatan geopolitik yang semakin membuat ketegangan global.
”ASEAN ini bukti bahwa kemajemukan itu saling melengkapi dan menguatkan. Setiap negara anggotanya berbeda, tetapi tidak pernah menghalangi kerja sama dan pemenuhan kesejahteraan masyarakatnya,” kata Presiden Joko Widodo dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun Ke-56 ASEAN di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Ia mengingatkan kembali semua pihak mengenai tekad pembentukan ASEAN 56 tahun lalu, yaitu menciptakan kawasan Asia Tenggara yang aman, damai, stabil, dan sejahtera. Tekad ini harus dikuatkan kembali dengan memastikan semua anggota ASEAN merapatkan barisan dalam menghadapi persaingan geopolitik.
Menurut Jokowi, Asia Tenggara adalah jantung kawasan Indo-Pasifik. Oleh sebab itu, ASEAN harus menggunakan segala potensinya agar bisa menjadi jangkar perdamaian dan kesejahteraan kawasan, dan sekaligus pada tataran global. ”Dunia memercayai ASEAN sebagai kawasan perekonomian terbaik,” ujarnya.
Jokowi mengatakan, hambatan internal ASEAN ialah persoalan di Myanmar yang akan memakan waktu lama untuk menyelesaikannya. Permasalahannya, di Myanmar kini tidak lagi pertikaian dua belah pihak. Situasinya telah berkembang menjadi pertikaian banyak pihak.
”ASEAN meyakini Lima Poin Konsensus jalan keluar terbaik selama setiap pihak di Myanmar memiliki keinginan politik untuk duduk bersama demi menyelesaikan masalah ini,” ujar Presiden.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn menyampaikan sambutan dalam acara HUT Ke-56 ASEAN di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (8/8/2023). Acara ini dihadiri Presiden Joko Widodo.
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn mengatakan, mewujudkan peranan ASEAN di dalam tataran global selain melalui politik juga melalui perekonomian. Total ada 670 juta warga negara-negara anggota ASEAN dengan pendapatan domestik bruto mencapai 3,7 triliun dollar AS.
”Pada 2030, ASEAN akan menjadi perekonomian nomor empat terbesar di dunia. Kepercayaan negara-negara lain maupun organisasi internasional berinvestasi di ASEAN ialah karena kawasan ini selalu stabil,” tutur Kao.
Perkuat kerja sama
Profesor Riset Hubungan Internasional Badan Riset dan Inovasi Nasional Ganewati Wuryandari menjelaskan, situasi di Indo-Pasifik semakin dinamis dan ASEAN harus lebih asertif menekankan sentralitasnya. Dulu, sumber ketegangan adalah sengketa di Laut China Selatan antara negara-negara anggota ASEAN dan China.
Sekarang, kawasan Pasifik Selatan juga menjadi panggung baru persaingan geopolitik global. Selama ini, situasi di kawasan itu relatif tenang dengan Australia sebagai negara terbesar dan paling berpengaruh. Kehadiran China dengan berbagai perjanjian kerja sama pembangunan infrastrukturnya menjadi disrupsi bagi status quo tersebut.
Australia dan negara-negara Barat kelabakan berusaha menjegal perkembangan pengaruh China di kawasan Pasifik Selatan. AS kemudian membuat perjanjian pertahanan dengan Papua Niugini yang memungkinkan kapal patroli pantai mereka beroperasi di perairan Papua Niugini serta akses ke berbagai lapangan udara dan pelabuhan apabila diperlukan.
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Anak-anak sekolah menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo bersama duta besar ASEAN dan negara sahabat yang akan menghadiri HUT Ke-56 ASEAN di Gedung Sekretariat ASEAN, Jakarta, Selasa (8/8/2023). Joko Widodo naik MRT bersama dubes negara anggota ASEAN dan negara sahabat lainnya.
”Memang, bagi negara-negara di Pasifik, persaingan geopolitik ini memberikan mereka kesempatan menaikkan daya tawar dan kerja sama. Namun, bagi ASEAN, tarik-menarik ini jika tak dikelola dengan baik, bisa mengakibatkan ketegangan baru. ASEAN nanti bisa-bisa terjepit di utara dan selatan,” ujar Ganewati.
Oleh sebab itu, ASEAN harus memperkuat from-forum dialog bilateral dan regional demi memastikan semua mitra wicara berkomitmen mengedepankan sentralitas ASEAN. Apalagi, ASEAN juga menjajaki hubungan dengan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan Asosiasi Lingkar Samudra Hindia (IORA).