ECOWAS sudah beberapa kali mengerahkan pasukan ke negara anggota yang dilanda kudeta atau ketidaktertiban lain. Pelatihan dan pasokan AS-Perancis untuk militer Niger menjadi salah satu tantangan ECOWAS menyerbu Niger.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
NIAMEY, SENIN - Junta Niger siap melawan habis-habisan serangan tetangganya yang menolak kudeta. Barat dalam posisi dilematis untuk terlibat dalam serangan itu.
Dalam pernyataan pada Senin (7/8/2023), junta mengungkap penambahan pasukan ke perbatasan Niger. Pengerahan itu menyikapi persiapan serangan oleh tetangga Niger kepada negara yang dilanda kudeta pada 26 Juni 2023 itu. “Kami telah melihat persiapan intervensi oleh negara lain,” demikian pernyataan junta.
Sebelumnya, junta juga menutup wilayah udara Niger. Junta mengancam akan bertindak keras dan cepat pada setiap pelanggar wilayah udara Niger. “Menghadapi ancaman intervensi yang semakin jelas oleh negara tetangga, wilayah udara Niger ditutup mulai hari ini sampai waktu yang belum ditentukan,” demikian diumumkan pada Minggu malam.
Junta Niger mengabaikan tenggat waktu yang diberikan Komunitas Ekonomi Afrika Barat (ECOWAS). Pada 30 Juli 2023, ECOWAS meminta junta membatalkan kudeta dan memulihkan Mohammed Bazoum sebagai Presiden Niger. Pada 4 Agustus 2023, asosiasi 15 negara Afrika itu mengumumkan telah ada kesepakatan untuk mengerahkan pasukan ke Niger. Pengerahan dilakukan jika junta menolak mengembalikan kekuasaan ke Bazoum.
Sebelum itu, ECOWAS telah lebih dulu melarang segala jenis pesawat dari dan ke Niger melewati wilayah udara anggota lain di ECOWAS. Semua transaksi dengan Niger dihentikan. Rekening pemerintah Niger di hampir seluruh anggota ECOWAS dihentikan. “Potensi serbuan amat tinggi. Ada banyak faktor pendukungnya,” kata analis politik dan keamanan Afrika, Ovigwe Eguegu
Amerika Serikat dan Perancis paling berkepentingan untuk terlibat. Niger menjadi pangkalan AS dan Perancis untuk perang melawan kelompok teror di kawasan Sahel. Pasukan Niger, yang mengudeta Bazoum, dilatih oleh AS dan Perancis selama bertahun-tahun. Mereka juga mendapat perlengkapan dari Paris-Washington.
Eguegu menyebut, AS berkepentingan mencegah junta berkuasa. Sebab, junta mengindikasikan akan merapat ke Rusia. “Fenomena itu akan buruk bagi barat,” kata dia.
Direktur GIGA Institute for African Studies Matthias Basedau mengatakan, Barat dalam posisi dilematis. Jika terlibat, ada tudingan intervensi neokolonial. Jika tidak terlibat, kepentingan geopolitik dan keamanan mereka bisa terganggu.
Tidak Mudah
Eguegu mengatakan, pelatihan dan pasokan AS-Perancis untuk militer Niger menjadi salah satu tantangan ECOWAS menyerbu Niger. Tantangan lain, sejauh ini sejumlah tetangga Niger setuju membantu junta. Mali dan Burkina Faso menegaskan, serangan pada Niger adalah serangan pada mereka. Seperti Niger, Mali dan Burkina Faso juga dikendalikan junta hasil kudeta. Chad dan Sudan di timur Niger juga dikendalikan junta hasil kudeta.
Ada pun Aljazair terpecah sikapnya. Militer Aljazair mengindikasikan siap membantu Niger. Sementara Presiden Aljazair Abdelmadjid Tebboune mendorong solusi diplomatik di Niger. “Kami mendorong pemulihan ketertiban konstitusional. Aljazair siap membantu,” kata dia.
Sejauh ini, hanya Senegal dan Nigeria yang siap mengerahkan pasukan ke Niger. Sementara anggota ECOWAS lain masih menolak atau setidaknya belum bersikap pada rencana penyerbuan ke Niger. “Kudeta ini harus dihentikan. Pasukan Senegal siap berangkat,” kata Menteri Luar Negeri Senegal Aissata Tall Sall.
Eguegu mengatakan, serangan ECOWAS ke Niger praktis hanya bisa mengandalkan Nigeria. Niger-Nigeria berbagi perbatasan sepanjang 1.600 kilometer. Militer Nigeria beranggota lebih dari 200.000 orang dan dilengkapi jet tempur serta helikopter serbu.
Masalahnya, Nigeria pun tidak benar-benar siap untuk melancarkan serangan ke luar negeri. Militer Nigeria juga sudah lama sibuk menghadapi kelompok teroris Boko Haram. Ada pula kelompok penjahat bersenjata yang beraksi di 30 dari 36 provinsi Nigeria. “Sulit bagi Nigeria menggalang pasukan untuk dibawa ke Niger,” kata dia.
Meski demikian, Presiden Nigeria Bola Tinubu telah menegaskan kesiapan menyerbu Niger. Salah satu motif Tinubu adalah menunjukkan kepemimpinan Nigeria di kawasan.
ECOWAS sudah beberapa kali mengerahkan pasukan ke anggotanya yang dilanda kudeta atau ketidaktertiban lain. ECOWAS mengirimkan pasukan ke Guinea-Bissau untuk menjaga keamanan selepas kudeta gagal pada 2022.
Pada 2017, ECOWAS mengirimkan pasukan ke Gambia setelah penguasa Gambia, Yahya Jameh, menolak mengaku kalah di pemilu. Kehadiran pasukan ECOWAS di perbatasan Gambia membuat Jameh mengakui hasil pemilu lalu diasingkan. Sebelum itu, ECOWAS juga mengirimkan tentara ke Liberia, Pantai Gading, dan Sierra Leone untuk memulihkan ketertiban di sana. (AFP/REUTERS)