Pesawat pengebom Amerika Serikat menjatuhkan ”Bocah Cilik” ke kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945. Inilah pertama kalinya senjata nuklir digunakan dalam perang.
Oleh
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·4 menit baca
TOKYO, MINGGU — Sekitar 50.000 orang berhimpun di Taman Peringatan Perdamaian di Hiroshima, Jepang, Minggu (6/8/2023). Mereka memperingati 78 tahun dijatuhkannya bom atom oleh Amerika Serikat di kota tersebut sekaligus mengenang tragedi yang menewaskan ratusan ribu warga Jepang itu.
Sejumlah warga yang selamat dari tragedi senjata nuklir Amerika Serikat (AS) itu hadir dalam peringatan tersebut. Mereka berusia di atas 80 tahun. Dalam kesempatan itu, Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memberikan pidato.
Tepat pukul 08.15 waktu setempat, lonceng perdamaian dibunyikan. Waktu tersebut merujuk pada saat dijatuhkannya bom atom oleh AS.
Perwakilan 111 negara dan Uni Eropa juga hadir. Perwakilan Rusia dan Belarus tak diundang dalam acara tersebut dengan alasan kaitannya dengan perang di Ukraina. Merujuk Kyodo News, tingkat kehadiran pada peringatan tahun ini adalah yang tertinggi dalam sejarah.
Tepat pukul 08.15 waktu setempat, lonceng perdamaian dibunyikan. Pada saat itu, peserta peringatan mengheningkan cipta di tengah suhu udara yang mencapai 30 derajat celsius. Pukul 08.15 waktu setempat merujuk pada saat dijatuhkannya bom atom oleh AS ke Hiroshima.
”Para pemimpin di seluruh dunia harus menghadapi kenyataan bahwa ancaman nuklir yang disuarakan oleh sejumlah pembuat kebijakan saat ini mengungkapkan konyolnya teori nuklir sebagai senjata penggentar,” kata Matsui.
Sementara Kishida menyatakan, jalan menuju dunia tanpa nuklir semakin terjal. Hal ini, antara lain, disebabkan adanya ancaman nuklir oleh Rusia. Namun, hal itu sekaligus membuat agenda internasional untuk membawa dunia bebas nuklir semakin penting.
Sekretaris Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres juga menyampaikan pidatonya. Guterres tak hadir dalam acara itu. Pidato tertulisnya dibacakan oleh perwakilan PBB, Izumi Nakamitsu.
”Para pemimpin dunia telah mengunjungi kota ini dan melihat monumen ini, berbicara dengan korban selamat, dan memunculkan gagasan untuk pelucutan senjata nuklir. Lebih banyak pemimpin yang harus melakukannya karena genderang perang nuklir kembali ditabuh,” kata Guterres.
Bom atom di Hiroshima terjadi dalam konteks Perang Pasifik antara Jepang dan pasukan sekutu. Tahun 1945 memasuki tahun ke-4 peperangan tersebut.
Pada 6 Agustus 1945, pesawat pengebom AS, Enola Gay, menjatuhkan bom atom yang diberi nama ”Bocah Cilik” ke Hiroshima. Serangan ini seketika menewaskan ratusan ribu warga Hiroshima.
Mayoritas korban di Hiroshima dan Nagasaki adalah sipil. Sampai hari ini, pengeboman yang dilakukan oleh AS di dua kota di Jepang itu adalah satu-satunya penggunaan senjata nuklir dalam sejarah.
Korban jiwa bertambah dengan banyaknya korban luka yang akhirnya tak tertolong. Sampai dengan akhir 1945, sekitar 140.000 korban di Hiroshima dilaporkan tewas akibat bom itu.
Pada 9 Agustus 1945 atau selang tiga hari setelah meluluhlantakkan Hiroshima, AS lagi-lagi menjatuhkan bom atom. Kali ini targetnya adalah kota Nagasaki. Korban tewas di kota itu sekitar 226.000 orang.
Mayoritas korban di Hiroshima dan Nagasaki adalah warga sipil. Sampai hari ini, pengeboman yang dilakukan oleh AS di dua kota di Jepang itu menjadi satu-satunya catatan penggunaan senjata nuklir dalam sejarah. Jepang menyerah kepada AS pada 15 Agustus 1945.
Selama ini, usaha melucuti senjata nuklir lebih banyak menjadi retorika. Negara-negara pemilik nuklir tetap berusaha mempertahankan kepemilikannya atas senjata itu. Sejumlah perjanjian untuk membatasi pengembangan senjata nuklir, sebagaimana pernah disampaikan pakar hubungan internasional asal AS, John Mearsheimer, sebenarnya tidak benar-benar jalan.
Pertemuan puncak ke-49 G7 di Hiroshima, 19-21 Mei 2023, antara lain, menyinggung soal senjata nuklir. Tiga dari tujuh anggota G7 adalah negara nuklir, yakni AS, Inggris, dan Perancis. Pada hari pertama, para pemimpin negara-negara G7 mengunjungi Museum Peringatan Perdamaian Hiroshima. Mereka juga bertemu dengan korban selamat dari tragedi bom atom Hiroshima, Keiko Ogura (86).
Salah satu hasil pertemuan tersebut adalah dokumen bersama tentang pelucutan senjata nuklir, Visi Hiroshima. Dokumen itu disebut sebagai perjanjian nonproliferasi nuklir yang akan menjadi ”landasan” nonproliferasi dan ”fondasi” pelucutan senjata.
Namun, dokumen itu mendapat respons beragam dari warga Jepang. Jajak pendapat yang digelar Kyodo News setelah pertemuan puncak G7 menunjukkan, 51,7 persen responden memberikan respons negatif. Adapun 59 persen responden mengangkat persoalan nihilnya penyebutan Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir dalam dokumen tersebut.
Jepang tidak ikut dalam Perjanjian Pelarangan Senjata Nuklir. Perjanjian yang mulai efektif berlaku per Januari 2021 itu mewajibkan larangan penggunaan senjata nuklir. Jepang hanya melanjutkan perjanjian nonproliferasi.
Dalam pertemuan dengan para korban selamat dari bom atom Hiroshima setelah seremoni, Kishida menanggapi aspirasi agar Jepang ikut pernjanjian larangan senjata nuklir. Ia hanya menyatakan akan mendorong negara-negara pemilik senjata nuklir untuk terlibat. (REUTERS/AFP/AP)