TikTok sedang mengajukan ijin ke Bank Indonesia untuk bisa melakukan fungsi pembayaran.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
TikTok Tiktok menyiapkan ekspansi bisnis di Indonesia. Di negara tempat pengguna Tiktok terbanyak setelah Amerika Serikat ini, media sosial itu tidak mau lagi cuma jadi pelantar video orang berjoget. Media sosial itu serius menjadi pelantar untuk pengumpul aset.
Dilaporkan Reuters pada Jumat (4/8/2023), Tiktok sedang menjajaki pengurusan izin alat pembayaran ke Bank Indonesia (BI). Penjajakan itu bagian dari upaya Tiktok ikut menikmati pasar niaga-el (e-commerce) yang ditaksir bernilai 362 miliar dollar AS pada 2023-2025.
Hingga 40 persen transaksi niaga-el Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang diperkirakan akan terjadi di Indonesia.
Lembaga kajian pasar, RedSeer, menyebutkan, Indonesia akan menjadi pemain besar niaga-el Asia Pasifik. Hingga 40 persen transaksi niaga-el Asia Pasifik dalam beberapa tahun mendatang diperkirakan akan terjadi di Indonesia.
Jika mendapat izin menyediakan alat pembayaran transaksi, Tiktok akan menyusul sejumlah perusahaan teknologi yang lebih dulu bermain di ranah itu. Indonesia telah mengenal sejumlah dompet elektronik di beragam lokapasar dan aplikasi.
Manajemen Tiktok belum mau mengungkap lebih lanjut soal perundingan dengan BI itu. Sebab, perundingan dinyatakan bersifat rahasia dan masih jauh dari selesai.
Hal yang jelas, perundingan itu menambah bukti keagresifan perusahaan media sosial asal China tersebut. Sebelum ini, keagresifan Tiktok tecermin pada daya jangkau iklannya. Data dari ByteDance, induk usaha Tiktok, menyebutkan, 56,8 persen dari populasi Indonesia berusia di atas 18 tahun telah dijangkau iklan Tiktok.
Sebagai pembanding, daya jangkau iklan Facebook sebesar 50 persen penduduk Indonesia berusia di atas 18 tahun. Sementara daya jangkau Instagram hanya 41,9 persen.
Dengan kata lain, Tiktok merajai jangkauan populasi orang dewasa di Indonesia. Padahal, Facebook dan Instagram yang sama-sama anak usaha Meta itu jauh lebih dulu beroperasi di Indonesia.
ByteDance dan Meta serta aneka perusahaan lain menyadari potensi besar Indonesia. Pengguna mayoritas Tiktok di Indonesia berusia pada rentang 16-25 tahun. Meski tidak semuanya berdaya beli tinggi, kelompok itu termasuk paling konsumtif.
Soal daya beli, seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia, kemampuan warga juga terus meningkat. Apalagi, Indonesia berada di jalur menuju salah satu dari lima negara dengan perekonomian terbesar sedunia.
Jualan
Perundingan Tiktok dengan BI terungkap hanya beberapa pekan setelah Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki marah-marah. Teten marah sebab muncul isu bahwa Tiktok akan menjual produk impor dari China. Harga produk itu lebih murah daripada buatan Indonesia sehingga mengancam industri nasional.
Penjualan produk China lewat Tiktok itu melalui Project S. Dikembangkan salah satu karyawan Tiktok di Singapura, Project S bertujuan memasarkan produk yang dijual anak usaha ByteDance.
Produk-produk yang dipasarkan saudara Tiktok itu bisa mendapat kesempatan lebih besar untuk menarik pembeli. Sebab, produk-produk itu disebut lebih berpeluang ditayangkan di FYP (”for your page”). Video yang termasuk kategori FYP berpeluang lebih kerap dilihat pengguna Tiktok dibandingkan video yang tidak masuk kategori itu.
Project S dilaporkan akan diterapkan di sejumlah negara Eropa dan Amerika Utara. Sebagian negara yang menjadi target pasar tersebut semakin ketat mengatur Tiktok.
Tiktok telah membantah akan menjalankan Project S di Indonesia. Walakin, tidak berarti Tiktok memadamkan ambisi masuk ke pasar Indonesia.
Apalagi, kini semakin banyak pengguna Tiktok memasarkan aneka hal di pelantar itu. Pemasaran dilakukan lewat siaran langsung atau video yang diunggah dan bisa dilihat pada waktu berbeda.
video pemasaran terus berkembang di pelantar yang awalnya dikenal sekadar untuk video orang berjoget-joget itu.
Kini, video pemasaran terus berkembang di pelantar yang awalnya dikenal sekadar untuk video orang berjoget-joget itu. Video pemasaran itu direkam di kios-kios pasar hingga di lorong-lorong sempit di permukiman padat. Pembuatnya terutama anak-anak muda yang melihat peluang mendapat uang dari pelantar itu.
Di Tiktok, mereka tidak hanya berjoget. Mereka juga mendapat jalan untuk mengumpulkan aset. (REUTERS/AFP/RAZ)