Salah Perintah, Wahana Antariksa Voyager-2 Tidak Terlacak
Voyager terus berkelana tanpa pernah diketahui ke mana batasnya. Mungkin, suatu saat entah di mana, ada makhluk dari planet atau galaksi lain akhirnya mendengar gamelan dari Solo.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Para pejabat dan pekerja Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) lega. Pada Selasa (1/8/2023), mereka mengumumkan sudah bisa terhubung lagi dengan Voyager-2. Wahana penjelajah antariksa yang dilengkapi rekaman gamelan dari Pura Mangkunegaran itu hilang kontak pada 21 Juli 2023.
Diluncurkan pada 1977, Voyager-2 memusingkan pejabat NASA, beberapa pekan lalu. Salah satu dari dua wahana antariksa yang berada paling jauh dari Bumi itu tidak bisa dikontak. Penyebabnya, petugas di stasiun pengendali salah mengirimkan perintah. Dampaknya, antena Voyager-2 malah bergeser 2 derajat menjauhi Bumi. Karena antena tidak mengarah ke Bumi, Voyager-2 tidak bisa mengirim atau menerima data dari Bumi. Jika tidak mengirim data ke Bumi, keberadaan wahana itu tidak diketahui alias tidak terlacak.
Manajer Program Voyager Suzanner Dodd mengatakan, tim di Bumi sangat pusing karena kesalahan itu. Berbagai cara dicoba untuk melacaknya. Barisan stasiun Bumi mulai dari AS hingga Australia mengirimkan sinyal ke wahana itu. Lantaran Voyager-2 berada hampir 20 miliar kilometer dari Bumi, butuh paling cepat 18 jam sejak perintah atau sinyal dipancarkan dari Bumi untuk mencapai wahana itu. Berondongan sinyal itu terus-menerus dipancarkan selama Voyager-2 tidak terlacak.
Dodd mengatakan, tim nyaris putus asa karena tidak kunjung ada hasil dari berondongan sinyal tersebut. Mereka hanya punya satu harapan: 15 Oktober 2023. Ada pengaturan ulang otomatis di Voyager-2 setiap tanggal 15 Oktober. Salah satu hasil pengaturan ulang adalah antena Voyager lebih menyesuaikan diri ke arah Bumi.
Mekanisme itu dirancang karena Voyager-2 terus bergerak di antariksa. Agar bisa terus berkomunikasi dengan Bumi, perangkat komunikasinya perlu diselaraskan secara berkala. Selain secara otomatis setiap 15 Oktober, penyelarasan bisa juga dilakukan lewat perintah yang dikirimkan dari Bumi.
Sayangnya, salah satu perintah itu bisa berakibat buruk seperti yang terjadi dalam dua pekan lalu. Untunglah, ada kabar baik berupa gelombang balik dari Voyager-2 ke stasiun di Bumi. ”Semangat kami menyala lagi,” kata Dodd.
Sinyal pertama yang kembali ditangkap stasiun Bumi amat lemah, mirip seperti percikan korek api di kejauhan pada malam hari. Meski demikian, sinyal itu menandakan Voyager-2 masih ada dan terus berusaha berkomunikasi dengan Bumi.
Kini, para teknisi sedang berusaha mengirimkan perintah penyelarasan ulang antena Voyager-2. Perintah, antara lain, dikirimkan dari stasiun di Canberra, Australia. Kalaupun usaha itu tidak berhasil, tim terpaksa menanti sampai 15 Oktober 2023. ”Waktu tunggu yang amat lama. Jadi, kami akan terus berusaha mengirimkan perintah,” kata Dodd.
Gamelan dan sapaan
Sampai sekarang, hanya Voyager-1 dan Voyager-2 wahana antariksa dari Bumi yang pernah menjelajah sampai ke luar tata surya. Karena memori internalnya kecil, Voyager tidak banyak menyimpan data di dalam perangkat. Setiap data yang ditangkap, mayoritas berupa citra dari kamera di wahana itu, segera dikirimkan ke Bumi. Karena lokasi pengelanaan semakin jauh, butuh waktu semakin lama bagi Voyager untuk berkomunikasi dengan Bumi.
Salah satu rekaman Voyager adalah kala planet-planet di tata surya berada dalam satu garis. Keselarasan itu hanya terjadi setiap 176 tahun sekali. Manusia yang hidup di generasi ini termasuk yang beruntung karena punya citra dari antariksa saat fenomena kosmos itu berlangsung.
Sebenarnya, Voyager-1 dan Voyager-2 dirancang untuk berkelana paling lama sampai 1981. Sebab, taksiran bahan bakar dan penggeraknya hanya untuk empat tahun sejak peluncuran. Karena itu, saat wahana itu tidak mengirimkan dan menerima sinyal, ada dugaan usia Voyager telah berakhir.
Ternyata, kedua wahana itu terus bertahan sampai sekarang. Dengan demikian, program Voyager menjadi program penjelajahan antariksa terlama NASA dan tentu saja umat manusia. Voyager dilengkapi panel tenaga surya yang menjadi sumber energi untuk aneka perangkat elektronika di wahana itu. Ada banyak perangkat dan dalam wahana itu. Kala diluncurkan pada 1977, Voyager dilengkapi dengan cakram padat berisi suara-suara yang dianggap sebagai wakil terbaik umat manusia.
Dari Indonesia, terpilih dua rekaman. Pertama, sapaan ”Selamat malam hadirin sekalian, selamat berpisah, dan sampai bertemu lagi di lain waktu”. Kedua, rekaman gending ”Puspawarna” yang disusun Adipati Mangkunegara IV.
Gamelan dari salah satu raja Jawa itu dianggap termasuk adikarya peradaban manusia. Karena itu, gamelan itu dimasukkan dalam rekaman suara di Voyager. Gamelan dan aneka rekaman lain disisipkan ke Voyager sebagai antisipasi jika wahana itu bertemu makhluk lain di antariksa. Rekaman itu dianggap sebagai salam perkenalan yang ramah dari umat manusia di Bumi kepada makhluk lain di jagat raya yang mungkin ditemui Voyager.
Sampai sekarang, Voyager tidak juga mengirimkan tanda pernah berpapasan dengan makhluk lain di luar Bumi. Meski demikian, Voyager terus berkelana tanpa pernah diketahui ke mana batasnya. Mungkin, suatu saat entah di mana, ada makhluk dari planet atau galaksi lain akhirnya mendengar gamelan dari Solo. (AFP/REUTERS/AP)