Bom Bunuh Diri Kembali Guncang Pakistan, 44 Orang Tewas
Serangan bom bunuh diri ini kemungkinan lebih terkait soal pemilu dibandingkan motif sektarian. Penyelidikan awal polisi menemukan, NIIS berada di balik serangan itu.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
KHAR, SENIN — Serangan bom bunuh diri di sebuah rapat umum di perbatasan Pakistan-Afghanistan menewaskan sedikitnya 44 orang dan melukai 200 orang lainnya. Aparat masih menyelidiki insiden yang terjadi pada Minggu (30/7/2023) ini dan perkiraan awal menyebutkan, kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) berada di balik serangan tersebut.
Distrik Bajaur di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa, tempat serangan terjadi, semula adalah daerah kekuasaan kelompok Taliban Pakistan, sekutu Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan, sebelum militer Pakistan mengusir mereka. Ketika bom bunuh diri meledak, para pendukung ulama dan pemimpin partai politik Jamiat Ulema-e-Islam, Maulana Fazlur Rehman, tengah berkumpul.
Kepolisian setempat menyatakan, serangan dilakukan seseorang yang mengenakan rompi penuh bahan peledak di dekat panggung tempat para pemimpin senior partai duduk. Penyelidikan awal polisi menyebutkan, NIIS yang beroperasi di Afghanistan dan musuh Taliban Afghanistan,kemungkinan berada di balik serangan itu. Tidak ada klaim pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi kelompok NISS lokal melancarkan sejumlah serangan terhadap JUI.
”Banyak debu dan asap di sekitar, dan saya tertimpa beberapa orang yang terluka sehingga sulit untuk berdiri,” ujar Adam Khan, yang terpelanting dengan keras akibat ledakan dan terkena serpihan di tangan dan kakinya.
Taliban Pakistan (TPP) berada di balik serangan besar di Pakistan dalam beberapa bulan terakhir, tetapi tidak ikut campur dalam serangan bom pada Minggu. Pernyataan yang dikirim kepada kantor berita Associated Press menyebutkan, serangan bom bunuh diri itu dimaksudkan agar kelompok Islam saling menyerang. Juru bicara pemerintahan Taliban, Zabiullah Mujahid, mengatakan, serangan itu tidak dapat dibenarkan.
Rehman dianggap sebagai ulama pro-Taliban. Ketika kelompok Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021, TPP turut melambung. Mereka secara sepihak mengakhiri kesepakatan gencatan senjata dengan Pemerintah Pakistan pada November 2022 dan meningkatkan serangan di berbagai penjuru negara.
Dengan serangan pada Minggu, sudah empat bom bunuh diri terburuk terjadi di wilayah barat laut Pakistan sejak 2014. Ketika itu, 147 orang tewas, sebagian besar siswa, dalam serangan Taliban di sekolah yang dikelola militer di Peshawar. Pada Januari lalu, setidaknya 74 orang tewas akibat pengeboman di sebuah masjid di Peshawar. Lalu pada Februari, lebih dari 100 orang, kebanyakan polisi, tewas dalam pengeboman di sebuah masjid di dalam kompleks kepolisian di Peshawar.
Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Presiden Pakistan Arif Alvi mengecam serangan itu dan memerintahkan para pejabat setempat untuk membantu korban. Sharif juga meyakinkan Rehman bahwa pelaku akan mendapatkan hukuman.
Salah satu pemimpin partai JUI tewas dalam serangan itu, sedangkan beberapa pemimpin lainnya selamat. Pemimpin regional JUI, Rasheed, mengatakan, serangan itu dimaksudkan untuk menyingkirkan JUI sebelum pemilu parlemen pada November. Partai berkuasa dan partai oposisi di Pakistan juga mengecam serangan bom bunuh diri itu. Partai JUI merupakan bagian dari koalisi pemerintah di Islamabad.
Menjelang pemilu, banyak kampanye dengan rapat akbar digelar di sejumlah tempat di Pakistan. Para pendukung partai dimobilisasi untuk hadir dalam rapat-rapat semacam itu.
Pakistan pernah didera serangan bom hampir setiap hari. Operasi militer besar-besaran yang dimulai tahun 2014 cukup berhasil mengembalikan tatanan meski masih terjadi serangan-serangan sporadis. Tujuh distrik terpencil yang berbatasan dengan Afghanistan, termasuk Bajaur, telah bisa dikendalikan otoritas Pakistan menyusul pemberlakuan undang-undang pada 2018.
Analis mengatakan, kelompok militan di bekas wilayah-wilayah suku kembali naik daun sekembalinya kekuasaan Taliban di Afghanistan. Namun, menurut analis, serangan bom bunuh diri pada Minggu kemungkinan lebih terkait soal pemilu dibandingkan motif sektarian.
”Ini bagian dari kekerasan terorisme yang tampaknya meningkat di Pakistan menjelang pemilu untuk menciptakan perasaan ketidakstabilan yang pada akhirnya bisa membuat pemilu ditunda,” kata Imtiaz Gul, Direktur Eksekutif Center for Research and Security Studies. (AP/AFP/REUTERS)