Mereka mengingatkan keprihatinan terdalam Afrika atas konsekuensi perang Ukraina-Rusia, terutama meroketnya harga bahan pangan.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
ST PETERSBURG, SABTU — Para pemimpin Afrika mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk segera mengakhiri perang di Ukraina dan memperbarui kesepakatan untuk menyelamatkan suplai gandum Ukraina ke benua itu. Meski tidak secara langsung mengkritik Rusia, suara para pemimpin Afrika kali ini lebih kompak dan kuat.
”Perang ini harus selesai. Dan, perang hanya bisa berakhir berdasarkan keadilan dan alasan,” kata Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat pada hari kedua pertemuan puncak (KTT) Rusia-Afrika, Jumat (28/7/2023).
Presiden Republik Kongo Denis Sassou Nguesso mengatakan, inisiatif dari Afrika itu patut mendapatkan perhatian terdalam dan menyerukan perdaiman. Sementara Presiden Afrika Selatan Cyrill Ramaphosa mengungkapkan kepada Putin, ”Kami merasa kami punya hak untuk menyerukan perdamaian. Konflik yang masih berlangsung berdampak negatif bagi kami.”
Mereka mengingatkan keprihatinan terdalam Afrika atas konsekuensi perang Ukraina-Rusia, terutama meroketnya harga bahan pangan. ”Disrupsi energi dan suplai gandum harus berakhir secepatnya. Kesepakatan gandum harus diperpanjang demi kemaslahatan seluruh warga dunia, terutama rakyat Afrika,” ujar Mahamat.
Pada Juni, kantor berita Reuters melaporkan, para pemimpin Afrika megusulkan sejumlah langkah untuk meredam konflik, di antaranya penarikan mundur pasukan Rusia, pemindahan senjata nuklir taktis Rusia dari Belarus, penangguhan perintah penangkapan oleh Mahkamah Kriminal Internasional terhadap Putin, serta pencabutan sanksi.
Kala itu, Putin kalem saja mendengar usulan para pemimpin Afrika tersebut. Dalam pidato publik, Jumat, Putin kembali menyebut argumen yang sama bahwa Ukraina dan Barat, bukannya Rusia, yang bertanggung jawab atas konflik yang berlangsung. Ia mengatakan, Moskwa akan menganalisis dengan cermat usulan perdamaian yang disampaikan para pemimpin Afrika. ”Ini isu yang akut, dan kami bukannya tidak mempertimbangkan,” katanya.
Putin menegaskan, pemerintahannya memperlakukan inisiatif Afrika dengan hormat dan penuh perhatian. Ia mendorong para pemimpin Afrika berbicara kepada Ukraina, yang menolak terlibat dalam pembicaraan hingga pasukan Rusia ditarik mundur.
”Saya yakin perlu pula berbicara ke sisi lainnya. Meskipun demikian, kami berterima kasih kepada teman-teman dari Afrika atas perhatiannya terhadap isu ini,” ujar Putin.
Pada kesempatan itu, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mendesak Rusia untuk mengembalikan kesepakatan Laut Hitam yang memberikan Ukraina koridor aman untuk mengekspor gandum dari pelabuhannya. Pekan lalu Rusia menarik diri dari kesepakatan itu. Mesir merupakan pembeli besar gandum melalui rute Laut Hitam. Sisi mengatakan, sangat penting untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut. Rusia juga menyerang pelabuhan dan lumbung gandum Ukraina, memicu tudingan Barat bahwa Rusia menggunakan pangan sebagai senjata.
Putin merespons dengan beralasan, naiknya harga pangan dunia merupakan konsekuensi kesalahan kebijakan Barat jauh sebelum perang di Ukraina. Dia berulang kali menyebut, Rusia berhenti dari kesepakatan itu karena biji-bijian dari Ukraina tidak menuju ke negara-negara yang paling membutuhkan dan Barat tidak menjaga janji bagiannya.
Pada Kamis, Putin berjanji mengirimkan 300.000 ton gandum Rusia secara gratis kepada enam negara yang menghadiri KTT Rusia-Afrika, yakni Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Eritrea, dan Republik Afrika Tengah. Setiap negara akan menerima 25.000-50.000 ton gandum Rusia selama 3-4 bulan ke depan.
”Rusia akan selalu menjadi pemasok internasional produk pertanian yang bertanggung jawab dan terus mendukung negara-negara serta kawasan yang memerlukan dengan gandum gratis dan suplai lainnya,” kata Putin.
Sebagai perbandingan, Program Pangan Dunia PBB mengirimkan 725.000 ton gandum ke beberapa negara, termasuk Somalia, di bawah Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam (BSGI). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres merespons janji putin dengan menyebut sumbangan itu tidaka akan bisa mengompensasi dampak pemutusan kesepakatan ekspor gandum Ukraina oleh Rusia. Ia mengatakan, PBB tengah mengupayakan pembicaraan dengan Turki, Rusia, dan Ukraina serta beberapa negara lain untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu.
KTT Rusia-Afrika menandai upaya terbaru Kremlin untuk memperkuat hubungan dengan Benua Afrika yang semakin penting di kancah global. Sebanyak 54 negara Afrika menyumbang suara terbesar di PBB. Mereka juga paling terbelah dalam pemungutan suara di Majelis Umum PBB untuk mengkritik invasi Rusia ke Ukraina.
KTT tahun ini hanya dihadiri 17 kepala negara dan pemerintahan. Jumlahnya turun drastis dibandingkan KTT Rusia-Afrika tahun 2019. Kremlin menyebut penurunan itu akibat tekanan Barat yang membuat negara-negara Afrika enggan datang.
Putin memuji peran Afrika dalam tatanan dunia multipolar. ”Rusia dan Afrika disatukan oleh keinginan untuk mempertahankan kedaulatan sejati dan hak untuk menentukan jalan pembangunan sendiri dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, dan bidang lainnya,” kata Putin.
Ia mengatakan, Rusia berencana memperluas hubungan perdagangan dan ekonomi dengan negara-negara Afrika serta melanjutkan upaya menghapus utang dengan memutihkan 90 juta dollar AS utang mereka. Moskwa juga siap meningkatkan hubungan pertahanan dengan melatih militer Afrika dan menambah suplai peralatan militer. (AP/REUTERS)