Jepang merasa perlu meningkatkan kemampuan kekuatan militernya karena ancaman keamanan dari China, Rusia, dan Korea Utara semakin mengkhawatirkan.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
TOKYO, JUMAT—Jepang semakin menyadari ancaman dari perkembangan militer China tidak sebatas di kawasan, tetapi juga di dunia. Untuk itu, Pemerintah Jepang merasa perlu meningkatkan kewaspadaan pada segala tindak tanduk China. Aktivitas militer China menjadi keprihatinan Jepang dan komunitas internasional serta menghadirkan tantangan strategis terberat yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Sebenarnya, menurut Jepang, tidak hanya China yang berkontribusi pada situasi keamanan yang rawan dan paling kompleks sejak Perang Dunia II, tetapi juga Rusia dan Korea Utara. Jepang menghadapi ancaman keamanan terburuk sejak Perang Dunia II sehingga perlu menerapkan strategi baru untuk membangun militer besar-besaran.
Peringatan akan kerawanan situasi keamanan ini tertuang dalam Buku Putih Pertahanan Jepang Tahun 2023. Buku putih setebal 510 halaman ini sudah disetujui oleh kabinet Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Jumat (28/7/2023). Buku putih ini adalah yang pertama sejak Pemerintah Jepang mengadopsi Strategi Keamanan Nasional baru yang kontroversial pada Desember 2022. Strategi keamanan nasional itu dipandang sebagai terobosan dari kebijakan pascaperang Jepang yang membatasi penggunaan kekuatan hanya untuk membela diri.
Rusia dan China telah meningkatkan hubungan strategis dengan mengadakan lima kali latihan penerbangan bersama menggunakan pesawat pengebom sejak 2019. Kapal perang kedua negara itu juga kerap latihan militer bersama. Jepang memandang apa yang dilakukan Rusia dan China itu untuk memamerkan kekuatan guna melawan wilayah Jepang dan sekitarnya.
Dalam buku putih Jepang disebutkan, China diperkirakan akan memiliki 1.500 hulu ledak nuklir pada 2035. China juga jelas-jelas meningkatkan keunggulan militernya atas Taiwan. Bagi Jepang, ini menjadi ancaman keamanan, terutama bagi pulau-pulau Jepang yang berada di wilayah barat daya seperti Pulau Okinawa.
Gubernur Okinawa Denny Tamaki sudah meminta agar Amerika Serikat mengurangi kekuatan militernya di pangkalan militer Okinawa agar Jepang bisa lebih baik dalam berdiplomasi dan berdialog dengan China. Untuk mengantisipasi ancaman keamanan, Pemerintah Jepang sudah memperkuat pertahanan pulau-pulau terpencil seperti Ishigaki dan Yonaguni, pangkalan baru untuk rudal pertahanan.
Banyak penduduk Okinawa yang masih menyimpan kenangan pahit tentang Pertempuran Okinawa. Pada waktu itu, banyak warga Okinawa yang menjadi korban dan mereka khawatir mereka pula yang akan menderita jika terjadi gesekan di Taiwan.
Pada awal pekan ini, Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengunjungi Ishigaki dan mengakui tidak mudah untuk mengevakuasi penduduk dari pulau-pulau terpencil. Meski sulit, ia berjanji akan memprioritaskan keselamatan rakyat. Wali Kota Ishigaki Yoshitaka Nakayama meminta fasilitas bandara dan pelabuhan diperkuat. Ia juga memerintahkan tempat penampungan bawah tanah dibangun sebagai persiapan untuk keadaan darurat Taiwan.
Kekhawatiran akan konflik China-Taiwan ini meningkat karena kedua belah pihak semakin sering berbalas mengirim patroli pesawat pengamanan. China tidak merasa melanggar wilayah Taiwan karena mengeklaim Taiwan adalah bagian dari China. ”Presiden China Xi Jinping pada 2017 pernah hendak membangun ’militer kelas dunia’ pada pertengahan abad ke-21 dan target ini bisa dipercepat,” sebut buku putih pertahanan Jepang. Seruan untuk memajukan Tentara Pembebasan Rakyat ke kelas dunia ini juga diulangi Xi di Kongres Partai Komunis China, Oktober 2022.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan, buku putih pertahanan Jepang mencampuri urusan dalam negeri China. ”(Dokumen) itu dengan sengaja memainkan apa yang disebut ancaman China dan menciptakan ketegangan di kawasan,” katanya.
Ia menambahkan, pembangunan besar-besaran militer Jepang memicu kekhawatiran dari negara-negara tetangganya di Asia dan komunitas internasional. Mao mendesak Tokyo untuk berhenti mencari alasan atas ekspansi militernya. Ia mengatakan, kebijakan militer China defensif dan kerja sama militer seperti patroli bersama dengan ”negara-negara relevan” sejalan dengan hukum dan praktik internasional.
Perkembangan rezim Korea Utara yang pesat dalam pengembangan nuklir dan rudal pun masuk dalam buku putih pertahanan Jepang. Ancaman Korut lebih serius dan lebih dekat ke Jepang dibandingkan sebelumnya. Korut sudah menguji coba peluncuran sekitar 100 rudal sejak awal 2022, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM). Kini, Korut diyakini memiliki kemampuan untuk melancarkan serangan nuklir ke Jepang dan wilayah Amerika Serikat.
Buku putih pertahanan ini muncul tujuh bulan setelah pemerintahan Kishida mengadopsi strategi keamanan dan pertahanan nasional baru yang menyerukan penggandaan anggaran pertahanan menjadi 310 miliar dollar AS pada tahun 2027. Ada tim panel khusus yang ditugaskan pemerintah baru-baru ini untuk mengadopsi paket rekomendasi militer Jepang untuk mempertahankan jumlah pasukan.
Caranya, antara lain, dengan pemberian beasiswa, perpanjangan usia pensiun, mempekerjakan pensiunan, memperbaiki lingkungan tempat kerja, dan mengatasi pelecehan seksual. Pertanyaannya, apakah perluasan kemampuan militer yang ambisius dan pendanaan yang besar untuk itu bisa dilakukan oleh Jepang yang sekarang saja menghadapi masalah populasi yang menua dan menyusut dengan cepat. (AP)