Program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia yang diadakan Kementerian Luar Negeri sejak 2003 diharapkan bisa mempromosikan kebudayaan Indonesia ke masyarakat dunia.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
Diiringi hitungan tempo dan pukulan kerincing, tujuh pemuda dari berbagai negara berlatih menari di sebuah ruangan. Lima penari perempuan memainkan selendang bermotif biru dan jingga, sedangkan penari laki-laki bergerak dengan tangan kosong. Penampilan mereka relatif luwes untuk pemula.
”Saya tidak pernah menari seumur hidup saya, tetapi datang ke sini adalah pengalaman yang menarik. Saya menikmati semuanya, meski pembelajarannya cukup sulit, tetapi orang Sanggar sangat kooperatif dan sangat sabar dengan kami,” kata Joan Vanessa Mary Kingson (26), salah satu pemuda yang berlatih tari dengan selendang itu, Jumat (28/7/2023).
Kingson, asal Pakistan, adalah satu dari sembilan peserta program Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) tahun 2023 yang belajar di Sangar Tari dan Musik Syofiyani, Kota Padang, Sumatera Barat. Delapan peserta lainnya berasal dari Slowakia, Mesir, Kepulauan Solomon, Belgia, Ceko, Gambia, Vietnam, dan Indonesia.
Program BSBI merupakan kegiatan tahunan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sejak 2003. Secara keseluruhan, peserta program tahun 2023 berjumlah 45 orang dari 32 negara, termasuk Indonesia. Peserta lainnya berlatih di sanggar-sanggar di Jakarta, Kutai Kartanegara, Bali, dan Banyuwangi.
Di Sanggar Tari dan Musik Syofiyani, para peserta belajar sejumlah kesenian dan kerajinan tradisional Minangkabau. Mereka antara lain belajar tari salendang, randai, talempong dan alat musik lainnya, lagu berbahasa Minangkabau, serta belajar menyulam, dan membuat kalung.
Kingson bercerita, meskipun sulit, ia menikmati tari salendang karena elegan dan sangat feminin. Ia juga tak menyangka bisa memainkan bansi, alat musik tiup Minangkabau. Namun, di antara semua itu, Kingson sangat menyukai bermain randai, terutama saat menepuk celana galembong.
”Sangat menyenangkan di sini, dengan semua orang yang begitu peduli dan menyenangkan. Mereka tidak membuat kami seperti orang asing. Sejak hari pertama mereka begitu baik kepada semua orang,” kata desainer grafis, ilustrator, dan audio-videografer ini.
Sharon Lydia Harikaura Totorea (27), asal Kepulauan Solomon, juga terkesan dengan pengalamannya selama hampir dua bulan di Padang. Banyak hal baru yang ia dapatkan. Selain menyukai bermain talempong yang menantang, tari salendang, dan menyanyikan lagu daerah, Totorea juga menyukai kuliner Minangkabau, khususnya rendang.
”Saya suka makanan Minangkabau, rasanya cukup pedas. Negara saya tidak punya makanan pedas. Rendang makanan favorit saya selama di Padang,” kata konselor muda ini.
Menurut Totorea, mengikuti program BSBI membantunya melihat kehidupan orang lain dari beragam perspektif, memahami kebudayaan, nilai-nilai, dan kepercayaan mereka. Hal tersebut akan membantunya dalam melakukan konseling kepada kliennya yang juga punya latar belakang beragam.
”Jadi, pengalaman di sini akan menambah pengetahuan saya untuk melihat, menghargai, memahami nilai-nilai, dan keunikan masing-masing,” ujar Totorea.
Setelah belajar di sanggar masing-masing pada 6 Juni-6 Agustus 2023, para peserta program BSBI akan menampilkan pertunjukan dalam pergelaran Indonesia Channel pada 12 Agustus 2023 di Lapangan Banteng, Jakarta. Mereka akan menampilkan kesenian yang mereka pelajari selama dua bulan.
Sofi Yuanita (48), pimpinan Sanggar Tari dan Musik Syofiyani, mengatakan, para peserta tidak melulu berlatih. Mereka juga mendapat kesempatan tampil di panggung dalam beberapa acara yang diisi oleh sanggar. Pada Kamis (27/7/2023) malam, peserta BSBI tampil dalam jamuan makan malam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) di Auditorium Gubernuran Sumbar.
”Sejauh ini sudah 4-5 kali mereka tampil. Ini agar mereka bisa mencoba panggung, mencoba ekspresi, dan mencoba kostum sehingga terbiasa ketika tampil di acara puncak di Jakarta. Akhir pekan ini, mereka akan tampil di Festival Tabuik di Pariaman,” kata perempuan yang karib disapa Ade ini.
Koordinator Fungsi Isu-isu Aktual dan Strategis, Direktorat Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemenlu Cherly N. Palijama mengatakan, BSBI adalah program beasiswa nongelar yang diberikan Pemerintah Indonesia kepada para pemuda di negara-negara sahabat. Program ini merupakan upaya untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia kepada masyarakat internasional.
”Kami harapkan para peserta bisa menjadi sahabat Indonesia yang menyampaikan betapa beragam dan harmonisnya kebudayaan di Indonesia. Banyak hal mereka pelajari selama dua-tiga bulan di Indonesia. Hal itu bisa mereka ceritakan kepada orang-orang di negara asal mereka,” kata Cherly.
Cherly menjelaskan, para pemuda dengan rentang usia 18-30 tahun ini berasal dari latar belakang yang beragam. Ada mahasiswa, pelukis, guru, dan sebagainya. Yang jelas mereka memiliki minat belajar di Indonesia. Sejauh ini, program ini berdampak positif bagi promosi seni dan budaya Indonesia di negara asal peserta.
”Ada beberapa alumni yang membuat sanggar seni tari Indonesia di luar negeri, salah satunya di Serbia. Selain itu, ada yang membuat sanggar kesenian angklung di Benin. Ada pula pemengaruh di Korea membuat lagu berbahasa Indonesia,” ujar Cherly.
Kingson mengatakan, saat kembali ke Pakistan, ia ingin memasukkan beberapa elemen seni Indonesia ke dalam karyanya, seperti lukisan dan sketsa. Begitu pula dengan budaya dan tradisi di Indonesia, ia hendak mengajarkan kepada orang-orang di negaranya. ”Saya mungkin akan mengajar tari, siapa tahu, ha-ha-ha, karena saya sudah banyak berlatih,” katanya.