Barbie, Dunia Mendadak Berwarna Merah Muda
Dunia mendadak berwarna merah muda beberapa bulan menjelang pemutaran film Barbie. Segala produk dibuat bertema khusus Barbie demi meraup keuntungan.
Demam Barbie mendadak melanda dunia. Film tentang boneka Barbie produksi Mattel itu menyihir jutaan penggemarnya, tua dan muda, di seluruh dunia. Ratusan penggemar boneka Barbie produksi Mattel di Filipina yang berpakaian merah muda memenuhi bioskop-bioskop sejak Rabu lalu. Negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sudah bisa menonton Barbie yang tayang dua hari lebih awal daripada negara di belahan dunia lain.
Selain penggemar, banyak juga yang menonton film fantasi-komedi ini sekadar karena penasaran dengan gambar peta dunia yang dikabarkan menunjukkan sembilan garis putus-putus di Laut China Selatan. Gara-gara peta sembilan garis putus-putus -seperti klaim China- itu film Barbie sempat tak boleh tayang di Filipina.
Baca juga: Enam Perempuan Pahlawan Lawan Covid-19 Dijadikan Model Boneka Barbie
Vietnam sudah melarang film itu tayang tetapi Filipina memutuskan untuk memperbolehkan karena Badan Peninjau dan Klafisikasi Film dan Televisi Filipina menyatakan garis mirip gambar anak kecil di peta itu tidak menggambarkan apa yang disebut sebagai sembilan garis putus-putus yang diklaim China. Pihak Warner Bros menyebutkan gambar peta itu sekadar menggambarkan rute perjalanan khayalan Barbie dari Barbie Land ke “dunia nyata” dan ini adalah bagian integral dari keseluruhan cerita.
“Untung saja mereka tidak melarang film itu dan tidak memotong adegan yang ada petanya itu. Kalau mereka larang, sia-sia semua. Kita sudah menyiapkan pakaian khusus dan lain-lain,” kata Nicole Tolentino (23) yang sudah menjadi penggemar Barbie sejak 20 tahun lalu. Ia bahkan memakai atasan merah muda untuk menonton Barbie. Ada juga yang membawa koleksi boneka barbie dan mengenakan kostum Barbie lengkap dengan rambut pirangnya sehingga persis mirip Barbie.
Sementara di India yang baru menayangkan Barbie mulai tanggal 21 Juli, semua bioskop di bawah payung operator bioskop terbesar di India, India PVR Inox, tengah bersiap menyambut para penggemar Barbie. Demi menarik banyak penonton, pihak bioskop menyediakan camilan ringan berondong yang bisa diisi ulang sesukanya.
Langkah ini diharapkan bisa menjadi daya tarik mengingat harga makanan ringan di bioskop sering dikeluhkan harganya mahal, bahkan lebih mahal daripada harga tiketnya. Segala upaya dilakukan bioskop India yang kini sedang berjuang untuk menarik penonton yang lebih suka menonton film melalui platform streaming seperti Netflix.
Baca juga: Dunia Fantasi Barbie dan Klaim Teritorial China
Melihat antusiasme yang tinggi dari para penggemar Barbie, jumlah keuntungan yang bisa diraup di bioskop Amerika Serikat saja bisa mencapai 100 juta dollar AS atau Rp 1,5 triliun. Itu pun keuntungan yang diperoleh hanya pada akhir pekan pertamanya. Itu dari sisi jumlah penjualan tiketnya. Keuntungan yang lebih besar diharapkan datang dari beragam produk ikutannya, seperti pakaian, makanan, atau pernak-pernik aksesoris lainnya. Seperti yang dilakukan restoran siap saji Burger King di Brasil yang membuat burger khusus “Pink Burger” dengan saus berwarna merah muda.
Ada juga toko aksesoris hewan yang menjual baju hangat dan tempat tidur bermotif Barbie. Bahkan ada juga celana leging rajut monogram Barbie merah muda cerah buatan desainer Balmain yang dijual di retailer barang mewah Neiman Marcus dengan harga sampai 2.150 dollar AS atau Rp 32 juta. Selamat datang di dunia pemasaran film Barbie yang indah sekaligus aneh.
100 Jenama
Menjelang rilis Barbie di AS, perusahaan induk Mattel sudah menggempur pasar dengan menggandeng 100 jenama -mulai dari sepatu roda hingga sikat gigi- yang merilis produk berwarna merah muda. Ada bangku merah muda di halte bus dan pakaian merah muda yang dipajang di etalase toko-toko. Microsoft XBox juga menghadirkan seri konsol Barbie dan HGTV menjadi tuan rumah Barbie Dreamhouse Challenge untuk tayang dalam empat bagian.
Pertokoan Bloomingdale di AS juga meluncurkan toko khusus suvenir Barbie Dreamhouse. Belum lagi produk kecantikan seperti lipstik, perona pipi, dan cermin semuanya berlogo Barbie. “Dalam 30 tahun karir saya menganalisis film-film terlaris dan tren, baru kali ini saya melihat pemasaran seperti ini. Ini cocok karena Barbie adalah sebuah mainan. Boneka ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup,” kata analis media di Comscore, Paul Dergarabedian.
Perusahaan lain seperti Microsoft, Forever 21, Ulta Beauty, Hot Wheels, Chevrolet, dan bahkan asuransi Progresif juga mencari keuntungan dari demam Barbie ini. Perusahaan warna Pantone bahkan memproduksi cat warna pink khas Barbie. Perusahaan mainan raksasa Hasbro juga akan merilis versi Barbie untuk permainan papan klasik Monopoli. Di sektor jasa, ada Airbnb yang menawarkan menginap di Malibu Dreamhous milik Barbie selama dua malam. “Saya menyukai boneka Barbie sejak kecil dan punya sekitar 20 boneka. Saya juga sudah membeli piyama, kaus, dan semua pakaian warna merah muda dengan logo Barbie,” kata Krause (31).
Baca juga: Di Balik Film ”Barbie”
Pemutaran film Barbie ini datang pada saat penjualan boneka Barbie naik turun setelah merosot dari tahun 2012 hingga 2015 karena menghadapi persaingan ketat dari produk boneka lain. Boneka Barbie yang pertama kali diproduksi pada 1959 ini juga dinilai tidak realistis karena standar kecantikan yang terlalu sempurna sehingga banyak anak perempuan merasa tidak lagi relevan. Untuk mengatasi itu, Mattel mendiversifikasi Barbie dengan Barbie lain yang warna kulit dan rambutnya bervariasi. Bahkan kini ada juga Barbie yang disabilitas dengan memakai kaki palsu, kursi roda, dan alat bantu dengar. Tahun ini, Mattel meluncurkan Barbie Down Syndrome pertamanya. Kini, Barbie menyumbang sepertiga dari pendapatan Mattel.
Dulu, tahun 1959, Barbie laku keras karena dianggap unik dan tidak seperti boneka bayi yang waktu itu juga sedang tren. Barbie berbeda dengan boneka lain karena seperti menyuarakan pesan semua perempuan memiliki pilihan. Itu kenapa Barbie memiliki banyak pilihan pakaian yang dipakai kalangan profesional seperti perawat, pramugari, penyanyi, ilmuwan peneliti, hingga astronot. Penjualan Barbie sempat terganggu karena Barbie pernah dilarang di beberapa negara seperti India, Rusia, Iran, dan Arab Saudi. Bagi negara-negara itu, Barbie dikhawatirkan akan bisa merangsang minat seksual sejak dini diantara anak-anak.
Untuk itu, Presiden dan Kepala Pemasaran Mattel, Richard Dickson, ketika diwawancarai majalah Fortune tahun ini mengatakan mengubah persepsi publik tentang Barbie dan mendesain ulang boneka itu menjadi fokus mereka. “Kami juga membuat boneka yang beragam seperti halnya manusia asli. Ada boneka yang memiliki kaki prostetik, kursi roda, dan bonek dengan down syndrome, semuanya datang dalam berbagai warna kulit dan rambut,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)