Konfrontasi AS-China Bisa Mereda jika Semua Kembali pada Pertemuan Xi-Biden di Bali
Dalam pertemuan dengan Menlu AS Antony Blinken, Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri Partai Komunis China Wang Yi mengingatkan Pemerintah AS agar kembali pada ”agenda Bali” untuk meredakan konfrontasi AS-China.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·6 menit baca
AP/POOL/DITA ALANGKARA
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) berjabatan tangan dengan Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri Partai Komunis China Wang Yi dalam pertemuan di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
JAKARTA, KOMPAS — Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri atau CFAC Partai Komunis China Wang Yi, Kamis (13/7/2023), di Jakarta. Wang mengajak AS untuk kembali pada ”agenda Bali”, yakni pemahaman bersama yang dicapai oleh Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden dalam pertemuan di sela KTT G20 di Bali, November 2022, guna mengembalikan hubungan AS-China ke jalur yang tepat.
Selama pertemuan lebih dari 90 menit itu, pembicaraan di antara keduanya digambarkan Washington sebagai ”tanpa basa-basi dan konstruktif”. Dalam diplomasi, ungkapan itu kerap digunakan untuk menggambarkan pertemuan yang nyaris tanpa hasil, tetapi para pihak sepakat untuk terus berkomunikasi atau melanjutkan pertemuan pada kesempatan lain.
Adapun Beijing menyebut pertemuan Wang dan Blinken sebagai pembicaraan yang ”mendalam dan tanpa basa-basi”. Disebutkan pula, pertemuan tersebut atas permintaan Washington.
Ini pertemuan kedua antara Blinken dan Wang dalam rentang waktu kurang dari sebulan. Sebelumnya, keduanya bertemu saat Blinken berkunjung ke Beijing, Juni 2023. Ini lawatan pertama menlu AS ke China dalam lima tahun terakhir.
Kedua diplomat itu datang ke Jakarta untuk menghadiri rangkaian pertemuan para menlu ASEAN dan para menlu negara-negara mitra ASEAN. Pertemuan bilateral keduanya digelar di sebuah hotel, terpisah dari forum pertemuan ASEAN.
”Direktur, senang bertemu Anda,” kata Blinken sambil tersenyum kepada Wang. Ia juga menyampaikan harapan atas kesembuhan Menlu China Qin Gang, yang batal datang ke Jakarta karena masalah kesehatan. Wang datang ke Jakarta menggantikan Qin.
AP/POOL/DITA ALANGKARA
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) mempersilakan Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri (CFAC) Partai Komunis China Wang Yi dalam pertemuan bilateral di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Dalam pertemuan tersebut, Blinken mengangkat kasus dugaan keterlibatan China dalam peretasan akun surat elektronik lembaga-lembaga Pemerintah AS, yang diungkapkan oleh Microsoft. Adapun Wang melontarkan isu campur tangan AS dalam urusan-urusan dalam negeri China.
Kurangi salah kalkulasi
”Pertemuan itu merupakan bagian dari upaya yang terus berlangsung untuk menjaga saluran komunikasi agar tetap terbuka guna mengklarifikasi kepentingan-kepentingan AS di sejumlah isu serta untuk mengelola persaingan dengan mengurangi risiko kesalahpahaman dan kesalahan kalkulasi,” kata Matthew Miller, jubir Departemen Luar Negeri AS, dalam pernyataan tertulis.
Salah satu isu yang diangkat Blinken adalah insiden peretasan situs-situs lembaga Pemerintah AS. Insiden ini diungkapkan Microsoft. Para peretas China disebut berada di balik insiden itu dengan tujuan spionase. Salah satu yang diretas adalah surat elektronik Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo.
Pertemuan itu merupakan bagian dari upaya yang terus berlangsung untuk menjaga saluran komunikasi agar tetap terbuka.
Menurut pejabat yang tak disebutkan namanya, dalam pertemuan itu Blinken ”menegaskan bahwa setiap tindakan yang menarget Pemerintah AS, perusahaan-perusahaan AS, warga Amerika, menjadi perhatian kami yang mendalam. Dan, kami akan mengambil langkah yang tepat agar pihak yang bertanggung jawab (dalam tindakan itu) dimintai pertanggungjawaban”.
Pejabat tersebut tidak menyebutkan apakah Blinken secara langsung menuding keterlibatan China dalam insiden peretasan itu.
Isu Taiwan
Miller menyebutkan, Blinken juga menekankan pentingnya ”menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan”. Isu Taiwan merupakan topik yang menjadi ”pembahasan panas” dalam pertemuan Blinken dan Wang di Beijing, bulan lalu.
Pada Kamis kemarin, jet-jet tempur China mengawasi patroli pesawat Angkatan Laut AS yang terbang melewati Selat Taiwan. Dalam waktu bersamaan, China menggelar latihan militer di selatan wilayah pulau Taiwan.
Kepada Blinken, Wang menegaskan posisi yang tidak bisa ditawar mengenai Taiwan. Wang menyerukan AS agar tidak mencampuri urusan dalam negeri China atau mengganggu kedaulatan dan integritas teritorial China. Sebagai negara besar dengan pengaruh pentingnya, lanjut Wang, AS dan China harus menghormati upaya negara-negara kawasan, mendukung sentralitas ASEAN, serta tidak membawa perselisihan dan faktor-faktor yang kompleks dalam ranah kerja sama di kawasan.
Adapun Wang, seperti disebutkan dalam pernyataan Kementerian Luar Negeri China, menyampaikan kepada Blinken bahwa kunci menjaga hubungan AS-China ”kembali ke jalur yang tepat” adalah dengan menjalankan langkah-langkah praktis. Wang menegaskan, AS seharusnya ”mengambil sikap rasional dan pragmatis (serta) berkompromi dengan China”.
AP/POOL/DITA ALANGKARA
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kedua dari kanan) dan Direktur Komisi Pusat Kebijakan Luar Negeri (CFAC) Partai Komunis China Wang Yi (kedua dari kiri) menggelar pertemuan bilateral di Jakarta, Kamis (13/7/2023).
”Amerika Serikat harus menahan diri dari sengaja mencampuri urusan-urusan dalam negeri China, menahan diri dari upaya mengutak-atik kedaulatan dan integritas teritorial China, berhenti menekan ekonomi, perdagangan, dan teknologi China, serta mencabut sanksi-sanksi ilegal dan tak masuk akal terhadap China,” kata Wang, seperti disebutkan dalam pernyataan Kemenlu China.
Ingatkan pertemuan di Bali
Kepada Blinken, Wang juga mengingatkan agar kembali pada agenda pertemuan Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping di Bali di sela-sela KTT G20.
”Langkah penting berikutnya adalah mengambil langkah-langkah nyata untuk memulihkan hubungan bilateral ke jalur yang benar,” kata Wang.
”Amerika Serikat perlu berefleksi mengenai akar penyebab masalah serius dalam hubungan China-AS, benar-benar menerjemahkan pemahaman bersama yang dicapai dua presiden (Xi dan Biden) dalam pertemuan puncak di Bali menjadi langkah-langkah nyata, dan yang lebih penting lagi, dengan jujur menjalankan serangkaian komitmen yang dibuat Presiden Biden pada berbagai kesempatan,” papar Wang, seperti dilansir dalam pernyataan Kemenlu China.
Berdasarkan catatan Kompas, yang meliput pertemuan Xi-Biden di Bali tahun lalu, dalam pertemuan itu baik Xi maupun Biden menyadari tanggung jawab mereka untuk mencegah konflik. Disadari bahwa hubungan kedua negara besar itu tidak sesuai dengan kepentingan mereka dan harapan dunia kepada mereka. Karena itu, AS-China juga perlu mencari cara untuk mengelola hubungan.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan tersebut, Biden mengatakan, jika menyangkut China, AS akan bersaing dengan bersemangat, tetapi tidak berkonflik. ”Saya benar-benar yakin, tidak perlu ada Perang Dingin baru,” ujarnya.
AFP/SAUL LOEB
Presiden AS Joe Biden (kanan) dan Presiden China Xi Jinping berjabat tangan saat keduanya bertemu di sela KTT G20 di Nusa Dua, Bali, 14 November 2022.
Biden juga menekankan dukungan AS pada kebijakan Satu China dan mengatakan yakin ada upaya China untuk menginvasi Taiwan dalam waktu dekat. Adapun Xi, menurut Pemerintah China, menekankan bahwa Taiwan berada dalam kepentingan inti China, dasar fondasi hubungan AS-China, dan garis merah pertama yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan AS-China.
”Sebagai pemimpin kedua bangsa, kita berbagi tanggung jawab, dalam pandangan saya, untuk menunjukkan China dan AS dapat mengelola perbedaan, mencegah kompetisi menjadi apa pun yang mendekati konflik, dan mencari cara bekerja sama pada masalah global mendesak yang membutuhkan kerja sama kita,” kata Biden sebelum memulai pertemuan dengan Xi di Bali, November 2022.
Sepakat terus berkomunikasi
Dalam pertemuan di Jakarta, Kamis kemarin, Blinken dan Wang sepakat untuk terus berkomunikasi. Pertemuan itu menjadi bagian dari rangkaian pertemuan antara pejabat AS dan China, beberapa waktu terakhir.
Pada Rabu (12/7/2023) waktu setempat, sebelum Blinken dan Wang bertemu di Jakarta, Duta Besar China untuk AS Xie Feng menggelar pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan AS, Ely Ratner di Pentagon, Airlington, Negara Bagian Virginia, AS. Selama ini jarang terjadi diplomat China datang ke markas Departemen Pertahanan AS (Pentagon), apalagi membahas isu keamanan.
Belum lama ini, Menteri Keuangan China Janet Yellen berkunjung ke China. Utusan Khusus AS untuk Iklim John Kerry dijadwalkan juga bertandang ke ”Negeri Tirai Bambu”, pekan depan. Menteri Perdagangan AS, Gina Raimondo, juga dilaporkan mempertimbangkan kemungkinan melawat ke China.
Sejumlah analis menilai, serangkaian pertemuan antara pejabat AS dan China belakangan ini merupakan awalan dari pertemuan puncak antara Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping tahun ini. Kedua negara bersaing sengit di berbagai arena, mulai dari geopolitik kawasan, perang dagang, militer, persaingan teknologi, hingga perebutan supremasi dunia.
Bonnie Glaser, Kepala Program Indo-Pasifik pada German Marshall Fund Amerika Serikat, menyebutkan bahwa pemerintahan Biden berada di bawah tekanan anggota Kongres dari kubu Republik agar memperoleh hasil nyata dalam pertemuan-pertemuan antara pejabat AS dan China. ”Hasil minimal (dari pertemuan-pertemuan itu) bakal dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang akan terjadi, seperti ditundanya keputusan eksekutif mengenai investasi keluar di China, pemilu Taiwan, dan kalender politik AS,” katanya. (AFP/REUTERS)