Ujian Kewarganegaraan AS Berubah, Pemohon Mulai Panik
Ujian kewarganegaraan AS yang baru akan berubah. Kini ada tes lisan dan soal pilihan ganda. Mereka yang kemampuan berbahasa Inggrisnya pas-pasan mulai khawatir.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Tes kewarganegaraan Amerika Serikat atau tes naturalisasi sedang diperbarui setelah selama 15 tahun bentuk tes dan daftar pertanyaannya tidak berubah. Tes versi barunya kemungkinan akan selesai akhir tahun depan. Para pemohon yang tingkat kecakapan berbahasa Inggrisnya rendah, mulai khawatir. Jika tak lulus, selamat tinggal status kewarganegaraan AS.
Tes naturalisasi ini adalah langkah terakhir menuju kewarganegaraan AS. Sebelum bisa mendaftar ikut tes saja, butuh waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan izin tinggal permanen yang sah. Semasa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump, tes itu pernah coba diubah pada 2020. Hasilnya, tesnya lebih susah dan waktu mengerjakannya lebih lama. Beberapa bulan kemudian, Presiden Joe Biden mengembalikan tes kewarganegaraan ke versi sebelumnya yang diperbarui pada 2008.
Layanan Kewarganegaraan dan Imigrasi AS mengusulkan agar tes yang baru menambahkan tes berbicara untuk menilai kemampuan berbahasa Inggris. Petugas pemberi ujian akan menunjukkan foto-foto skenario biasa seperti kegiatan sehari-hari, cuaca atau makanan dan meminta para pemohon untuk mendeskripsikan foto-foto itu secara lisan. Dalam tes yang dipakai sekarang, petugas mengevaluasi kemampuan berbicara selama wawancara naturalisasi dengan mengajukan pertanyaan pribadi yang sudah dijawab pemohon dalam dokumen naturalisasi.
“Lebih susah melihat gambar dan menjelaskannya,” kata Heaven Mehreta (32), yang berimigrasi dari Etiopia 10 tahun lalu. Ia sudah lulus tes naturalisasi pada Mei 2023 dan menjadi warga negara AS di Negara Bagian Minnesota sejak Juni.
Mehreta menuturkan, ia baru belajar bahasa Inggris setelah pindah ke AS dan sampai sekarang masih merasa sulit mengucapkan bahasa Inggris dengan cara yang benar. Ia khawatir kalau tes baru yang mengharuskan ujian lisan berdasarkan soal foto dan bukan pertanyaan pribadi, akan mempersulit pemohon seperti dirinya.
Shai Avny, yang berimigrasi dari Israel lima tahun lalu dan menjadi warga AS tahun lalu, juga mengakui tes lisan itu justru akan bisa menambah stres pemohon yang ikut ujian. “Bayangkan, duduk di sebelah petugas dari pemerintah federal saja rasanya mengintimidasi. Apalagi harus berbicara dengan mereka. Masih banyak orang yang takut. Pasti akan gugup dan malah salah-salah,” kata Avny.
Perubahan lain yang diusulkan adalah soal-soal dalam format pilihan ganda tentang sejarah AS. Bill Bliss, penulis buku teks kewarganegaraan di Massachusetts, memberikan contoh dalam unggahan blog tentang bagaimana ujian akan menjadi lebih sulit karena membutuhkan basis pengetahuan yang lebih luas. Contohnya, pada ujian yang lama, petugas akan meminta pemohon menyebutkan perang yang diperjuangkan AS pada tahun 1900-an. Pemohon hanya perlu menjawab satu dari lima pilihan jawaban, yakni Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam, atau Perang Teluk.
Akan tetapi, dalam tes yang baru dengan format soal pilihan berganda, para pemohon harus membaca pertanyaannya sendiri dan memilih satu jawaban yang benar. “Pemohon harus bisa mengetahui kelima perang yang diperjuangkan AS pada 1900-an untuk bisa memilih satu jawaban yang benar dan itu butuh tingkat kemahiran bahasa dan ketrampilan mengerjakan ujian yang jauh lebih tinggi,” kata Bliss.
Bayangkan, duduk di sebelah petugas dari pemerintah federal saja rasanya mengintimidasi. Apalagi harus berbicara dengan mereka. Masih banyak orang yang takut. Pasti akan gugup dan malah salah-salah.
Saat ini, pemohon harus menjawab 6 dari 10 pertanyaan kewarganegaraan dengan benar untuk bisa dinyatakan lulus. Kesepuluh pertanyaan itu dipilih dari bank soal yang berisi 100 pertanyaan kewarganegaraan. Pemohon tidak akan diberitahu soal mana yang akan dipilih, tetapi dapat melihat dan mempelajari 100 kisi-kisi soal itu terlebih dahulu sebelum mengikuti tes.
Koordinator kewarganegaraan di Pusat Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua Perpustakaan Jones Massachusetts, Lynne Weintraub, mengatakan, format tes baru itu akan susah sekali bagi mereka yang selama ini sudah jungkir-balik mempelajari bahasa Inggris. Contohnya pengungsi, imigran lanjut usia, dan penyandang disabilitas yang bisa mengganggu kinerja tes mereka.
“Kami punya banyak siswa dari kalangan pengungsi dan mereka berasal dari negara yang dilanda perang. Mungkin mereka tidak pernah bisa sekolah atau menyelesaikan sekolahnya. Lebih susah belajar membaca dan menulis jika Anda tidak tahu bagaimana melakukannya dalam bahasa pertama Anda. Dan, pilihan ganda itu memaksa orang harus banyak membaca,” kata Mechelle Perrott, koordinator kewarganegaraan di Perguruan Tinggi Pendidikan Berkelanjutan Community College District di San Diego, California.
Di bawah undang-undang federal AS, pemohon yang menginginkan status kewarganegaraan AS harus menunjukkan pemahaman bahasa Inggris, termasuk kemampuan untuk berbicara, membaca, dan menulis kata-kata dalam penggunaan sehari-hari. Mereka juga harus bisa menunjukkan pengetahuan tentang sejarah dan pemerintahan AS.
Lebih dari 1 juta orang menjadi warga negara AS pada 2022. Ini salah satu angka tertinggi dalam catatan sejak 1907, tahun pertama ketika urusan pencatatan kewarganegaraan AS dimulai. (AP)