Rusia Tak Perlu Cari Pengganti Wagner
Setelah pasukan bayaran Wagner ditarik dari medan pertempuran Rusia dengan Ukraina, tidak akan ada pasukan pengganti. Rusia tidak akan lagi memakai pasukan bayaran, untuk sementara ini.
MOSKWA, SENIN – Militer Rusia tidak akan menggantikan kelompok pasukan bayaran Wagner yang selama ini menjadi kekuatan yang menentukan dalam perang di Ukraina, terutama di Bakhmut. Menurut Moskwa, tidak perlu upaya lagi mobilisasi pasukan ke wilayah-wilayah yang ditinggalkan pasukan Wagner karena tidak ada ancaman sama sekali.
Setelah melakukan pemberontakan singkat, pasukan Wagner ditarik dari medan pertempuran dan sebagian menerima kesepakatan untuk diasingkan ke Belarus, negara tetangga Rusia.
Baca juga: Menyelamatkan Wajah Putin
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kepala Komisi Pertahanan Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma), Andrey Kartapolov, yang dikutip kantor berita TASS, Senin (3/7/2023). “Tidak ada ancaman sama sekali terkait penurunan potensi tempur, baik dalam jangka menengah atau jangka panjang. Toh, pada saat (percobaan) pemberontakan, tidak ada anggota Wagner yang sedang bertugas di garis depan. Mereka semua berada di kamp waktu itu. Tetapi, mungkin nanti akan ada pengganti mereka yang akan jadi cadangan saja,” ujarnya.
Setelah mengirimkan pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin pada September lalu memerintahkan pemanggilan militer “sebagian” untuk meningkatkan pasukan reguler dalam mobilisasi militer pertama di Rusia sejak Perang Dunia II. Ratusan ribu orang sudah direkrut, sementara puluhan ribu orang lainnya melarikan diri ke luar negeri.
Pada 13 Juni lalu, sebelum pemberontakan pasukan Wagner, Putin sudah mengatakan “tidak ada kebutuhan" untuk mobilisasi tambahan. Putin awalnya mengecam pasukan Wagner yang memberontak dan menyebut mereka sebagai pengkhianat dan bersumpah akan memberikan hukuman berat. Namun, setelah pemberontakan dihentikan, Putin memberikan mereka pilihan. Boleh kembali ke rumah masing-masing, bergabung dengan militer Rusia, atau mengasingkan diri ke Belarus.
Jaksa Agung Ukraina Andriy Kostin mengatakan, komentar Putin baru-baru ini tentang pembayaran pada pasukan Wagner menjadi bukti langsung pasukan Wagner adalah “lengan ilegal” pasukan Rusia dalam perang. Putin mengatakan bahwa pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, sudah menerima hampir dua miliar dollar AS atau Rp 30 triliun dari Rusia pada tahun lalu.
Pengakuan Putin tentang pengeluaran anggaran negara untuk pasukan Wagner seperti bukti langsung bahwa mereka tidak hanya secara de facto, tetapi mungkin, secara ilegal, juga merupakan bagian dari militer Rusia.
“Penggunaan tentara bayaran oleh negara-negara dalam konflik bersenjata dilarang berdasarkan Konvensi Geneva,” kata Kostin ketika berada di Den Haag, Belanda, untuk menghadiri pembukaan Pusat Penuntutan Internasional untuk Kejahatan Agresi, Senin.
Baca juga: Rusia Terguncang Kudeta Wagner
Kostin mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi Prigozhin sebagai tersangka selama penyelidikan tahun ini. Mereka dinilai bertanggung jawab atas beberapa kejahatan perang paling serius sejak invasi 24 Februari 2022. Di antara lebih dari 93.000 insiden potensi kejahatan perang yang diselidiki, ada banyak kekejaman yang dilakukan pasukan Wagner.
Selain itu, mereka menimbulkan ancaman tidak hanya bagi Ukraina, tetapi juga bagi perdamaian dan keamanan di banyak negara, termasuk di Amerika Latin, Afrika, dan Timur Tengah. Kostin mengimbau sekutu, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, untuk mengklasifikasikan pasukan Wagner sebagai organisasi teroris sehingga dapat dituntut dan asetnya dibekukan. “Prigozhin sudah menjadi tersangka dalam proses pidana di Ukraina, tetapi yang utama adalah menghentikan aktivitas kelompok semacam itu,” ujarnya.
Pengalaman China
Majalah mingguan The Economist, 29 Juni 2023, menyebutkan Rusia harus belajar dari para pendiri Partai Komunis China yang menerapkan kontrol politik ketat dari atas ke bawah terhadap para pejuang bersenjata sejak awal revolusi. Mereka mengutip Mao Zedong yang mengatakan “partai menguasai senjata, senjata tidak boleh dibiarkan untuk mengendalikan partai”.
Zhou Bo, pensiunan koloner senior di Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang kini aktif di Pusat Keamanan dan Strategi Internasional di Universitas Tsinghua, mengatakan bahwa sama seperti Rusia, China juga menggunakan perusahaan keamanan swasta, tetapi khusus untuk menjaga warga negaranya yang bekerja di luar negeri. Apalagi kini ada banyak proyek yang terkait dengan Prakarsa Sabuk dan Jalan. Banyak proyek infrastruktur yang membawa perusahaan China ke tempat-tempat berbahaya. “China tidak segan-segan menggunakan warga sipil untuk melakukan tugas-tugas semi-militer yang ambigu,” kata Zhou.
Ketika China memproyeksikan kekuatan ke luar negeri, menurut Alessandro Arduino dari King’s College London, preferensi China biasanya adalah pesanan. Kemungkinan ada 20 perusahaan keamanan swasta China yang aktif di luar negeri. Selain melindungi perusahaan dan investasi China di Afrika dan di negara lain, mereka sering menjadi “duta merek” untuk pengendalian populasi teknologi tinggi China, menjual kamera pengenalan wajah, pesawat tanpa awak, dan peralatan pengawasan lainnya.
Banyak penjaga China tidak bersenjata, mempekerjakan penduduk setempat dengan senjata sesuai kebutuhan. Sebaliknya, perusahaan militer swasta Rusia, seperti pasukan Wagner, mendapat untung dari kekacauan dan pembunuhan. “Ketidakamanan adalah model bisnis mereka,” kata Arduino.
Baca juga: Hikayat Tentara Bayaran
Zhou juga mengingatkan, dulu China pernah mengalami pengkhianatan atau pemberontakan di dalam “militer” di zaman kuno, yakni An Lushan, jenderal di Dinasti Tang pada abad kedelapan. Apa yang terjadi di Rusia membuktikan kepada kepemimpinan China bahwa apa yang dilakukan China itu sudah benar.
Pasukan bayaran lebih cocok untuk Rusia atau Amerika Serikat yang menggunakan kontraktor bersenjata perusahaan, seperti Blackwater di Irak atau East India Company Inggris yang membangun kerajaan dengan pasukan nirlaba. “Tetapi, keamanan outsourcing seperti itu tidak akan pernah ditoleransi di China. PLA juga tidak akan pernah merekrut narapidana di penjara seperti yang dilakukan pasukan Wagner. Tidak peduli seberapa beraninya,” ujar Zhou. (REUTERS/AFP)