Dua tahun lagi, taksi listrik terbang akan terlihat ramai di langit kota Paris, Perancis, saat penyelenggaraan Olimpiade.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
Pernah terjebak macet total ketika sedang dalam perjalanan ke kantor atau ke tempat janjian? Tidak perlu kesal. Sabar saja, karena dua tahun lagi akan ada taksi listrik terbang yang bisa mengantar kemana-mana dalam waktu lebih cepat. Tetapi itu juga kalau taksi listrik terbang sudah beroperasi di Indonesia.
Produsen pesawat Jerman yang berpusat di Bruchsal, Volocopter GmbH, memfokuskan pada desain helikopter multirotor bertenaga listrik dalam wujud kendaraan terbang pribadi yang dirancang untuk taksi udara. Rencananya, taksi listrik terbang ini sudah akan mulai digunakan saat ajang Olimpiade dan Paralimpiade 2024 di Paris, Perancis. Industri penerbangan sudah menyatakan taksi listrik terbang yang memiliki banyak baling-baling kecil ini sudah layak dan aman terbang.
Ketika diujicoba di atas kota Paris yang sedang padat lalu lintasnya, suara taksi listrik terbang ini mendengung saja. Tidak ada polusi suara apalagi polusi sisa bahan bakar. Penumpang di dalamnya pun disuguhi pemandangan indah Menara Eiffel dari ketinggian dan atap seng abu-abu khas Paris sebelum kemudian mendarat dengan melayang perlahan sampai menyentuh tanah. Masa depan sektor transportasi Perancis sudah semakin dekat. Kecuali jika regulator penerbangan China mengalahkan Perancis dengan memberikan lampu hijau pada taksi tanpa pilot untuk dua penumpang yang juga sedang dikembangkan di China.
Jika Perancis bisa mendahului China dengan memberikan persetujuan operasi maka operator taksi listrik terbang di Perancis, Volocopter yang berasal dari Jerman itu bisa menjadi pihak pertama yang menerbangkan taksi secara komersial. CEO Volocopter Dirk Hoke, mantan eksekutif puncak di raksasa kedirgantaraan Airbus, berencana akan mengangkut Presiden Perancis, Emmanuel Macron, sebagai penumpang VVIP pertamanya.
“Itu pasti akan luar biasa. Macron percaya pada inovasi mobilitas udara perkotaan,” kata Hoke ketika berada di Paris Air Show. Di ajang Paris Air Show itu bukan hanya Volocopter yang memamerkan produknya tetapi banyak juga pengembang pesawat lepas landas dan pendaratan vertikal listrik (eVTOL) lainnya yang ikut bersaing.
Sebelum resmi beroperasi, semua pengembang eVTOL ini masih harus menghadapi tantangan kekuatan teknologi baterai yang masih terbatas sehingga membatasi jangkauan dan jumlah penumpang berbayar yang bisa mereka bawa. Karena alasan itu, kemungkinan untuk tahap awal biaya eVTOL pasti tidak akan murah. Jaraknya pun mungkin hanya bisa jarak pendek saja.
Selain masalah baterai, masih ada juga isu tata kelola wilayah udara dan perizinan untuk terbang di ruang udara perkotaan. Semua pengembang bercita-cita memiliki banyak armada taksi listrik terbang di perkotaan, bahkan menyiapkan banyak rute khusus dengan biaya lebih mahal. Tetapi mereka tetap membutuhkan tata kelola wilayah udara agar tidak saling menabrak. Apalagi jika ada pesawat tak berawak yang sedang terbang.
Billy Nolen dari Archer Aviation Inc. atau produsen eVTOL di Amerika Serikat, juga mengatakan pihaknya terus meningkatkan penggunaan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin untuk memastikan wilayah udara aman. Mereka akan memulai rute terbang antara pusat kota Manhattan dan Bandara Liberty Newark pada tahun 2025.
Kalau naik kereta atau taksi konvensional, bisa sampai 1 jam. Tetapi dengan naik prototipe taksi terbang Archer dengan 4 penumpang bertubuh ramping maka akan bisa menempuh waktu kurang dari 10 menit. Nolen yang pernah menjabat sebagai kepala administrasi penerbangan federal AS dan pernah bekerja sama dengan NASA itu mengatakan Olimpiade Los Angeles 2028 akan menjadi kesempatan terbaik untuk mulai mengkomersialkan taksi listrik terbang ini. Pada tahun 2025, ia berharap sudah bisa menerbangkan lebih banyak penumpang dengan biaya terjangkau, aman, dan nyaman. “Pada tahun itu, kami akan memiliki ratusan bahkan ribuan eVTOL,” ujarnya.
Analis Morgan Stanley memperkirakan industri eVTOL ini dapat bernilai 1 triliun dollar AS pada tahun 2040 dan 9 triliun dollar AS pada 2050 dengan kemajuan teknologi baterai dan propulsi. Hampir semua itu akan terjadi setelah tahun 2035 karena sulitnya mendapatkan pesawat baru yang disertifikasi oleh regulator AS dan Eropa.
“Gagasan transit perkotaan massal tetap menjadi fantasi menawan di tahun 1950-an. Masalahnya, orang biasa tidak bisa mendapatkan akses rutin atau eksklusif ke kendaraan senilai 4 juta dollar AS. Tak semua orang juga bisa naik helikopter yang ada sekarang,” kata Richard Aboulafia dari konsultan kedirgantaraan, AeroDynamic Advisory.
Meski fakta itu betul juga, tetap saja melihat taksi listrik terbang di langit Paris dengan laju yang lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat akan menjadi pemandangan menakjubkan. Sama seperti ketika pertama kali melihat mobil listrik, sepeda motor listrik, skuter listrik, dan pesawat tak berawak. Dulu juga dianggap aneh.
Selalu ada pengalaman pertama yang terpaksa mahal harganya. Tetapi jika semakin banyak diproduksi dan digunakan, biayanya akan bisa menjadi lebih murah. “Ini akan menjadi pengalaman yang benar-benar baru bagi masyarakat. Tapi 20 tahun kemudian, kalau orang saat itu melihat ke masa lalu maka mereka akan menyebut saat ini adalah revolusi,” kata Hoke. (AP)