Seperempat Ekspor Senjata Israel Mengalir ke Arab
Seperempat ekspor senjata Israel Mengalir ke negara-negara Arab. Normalisasi hubungan Israel-Arab menjadi platform yang melancarkan perdagangan senjata.
JERUSALEM, RABU — Ekspor persenjataan Israel mencapai 12,5 miliar dollar AS pada 2022. Ini merupakan rekor tertinggi yang dicatatkan oleh negara di Timur Tengah itu. Ekspor mengalir ke Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, empat negara yang baru saja melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
Wujud persenjataan yang dieskpor itu, antara lain, sistem pesawat tak berawak, rudal, roket, dan sistem pertahanan udara. Dibandingkan sekitar 10 tahun lalu, ekspor senjata Israel naik dua kali lipat. Ketidakstabilan situasi keamanan di dunia, khususnya di Eropa, diduga menjadi penyebab tinggi permintaan akan sistem pertahanan udara dan persenjataan lainnya.
Baca juga: UEA-Israel Sepakati Kerja Sama Keamanan dan Penerbangan
Kementerian Pertahanan Israel yang mengawasi dan menyetujui ekspor industri pertahanan, Rabu (14/6/2023), menyebutkan, total ekspor persenjataan meningkat dua kali lipat selama sembilan tahun terakhir. Negara tujuan ekspor persenjataan menunjukkan lompatan di negara-negara yang terlibat dalam Kesepakatan Abraham (Abraham Accords).
Negara yang dimaksud meliputi Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan. Kesepakatan Abraham yang dimediasi Amerika Serikat pada 2020 menjadi platform bagi Israel menormalisasi hubungannya negara-negara Arab.
Lewat kesepakatan itu, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko menjadi negara yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel. Sudah menyusul pada 2023.
Total nilai ekspor persenjataan Israel ke negara-negara itu 853 juta dollar AS atau 9 persen dari total ekspor persenjataan Israel pada 2021. Pada 2022, nilainya melonjak menjadi 2,96 miliar dollar AS atau 24 persen dari total ekspor persenjataan Israel.
Adapun total ekspor persenjataan Israel ke sejumlah negara pada 2022 mencapai 12,5 miliar dollar AS. Nilai ini naik dari 11,4 miliar dollar AS pada 2021. Antara 2011 dan 2016, angkanya berkisar mulai dari 5,6 miliar dollar AS sampai 7,5 miliar dollar AS.
”Ketidakstabilan situasi keamanan global meningkatkan permintaan untuk sistem pertahanan udara, pesawat tak berawak, UAV (kendaraan udara tak berawak), dan rudal Israel. Kami akan terus memperkuat kemampuan produksi,” kata Direktur Jenderal Kerja Sama Pertahanan Internasional atau SIBAT di Kementerian Pertahanan Israel, Eyal Zamir.
Baca juga: Isu Geopolitik dalam Hubungan Resmi Israel-UEA
Bukan hanya negara-negara Arab yang membeli banyak persenjataan dari Israel. Parlemen Jerman, Rabu, juga dilaporkan sudah menyetujui kesepakatan senilai 4,3 miliar dollar AS untuk membeli sistem rudal anti-balistik, Arrow 3, dari Israel sebagai upaya meningkatkan pertahanannya setelah Rusia menginvasi Ukraina, tahun lalu.
Komite anggaran di majelis rendah Jerman memberikan lampu hijau untuk pembayaran awal sebesar 560 juta euro atau Rp 9 triliun. Penjualan persenjataan Israel akan kemungkinan akan kian meningkat karena sistem pertahanan Rafael sudah mengembangkan kemampuan mencegat rudal hipersonik. Perkembangan terbaru ini akan dipamerkan di Paris Air Show pekan depan.
Harian The Times of Israel, 14 Juni 2023, menyebutkan, kawasan Asia-Pasifik adalah pembeli terbesar barang pertahanan Israel. Kawasan ini membeli 30 persen dari total ekspor Israel. Menyusul kemudian adalah Eropa sebesar 29 persen.
UEA, Bahrain, Maroko, dan Sudan menyumbang 24 persen dari pembelian senjata. Adapun Amerika Utara menyumbang 11 persen. Sementara Afrika dan Amerika Latin masing-masing menyumbang 3 persen.
UAV dan pesawat tak berawak paling banyak dibeli, jumlahnya sampai 25 persen atau naik 9 persen pada 2021. Lalu diikuti rudal, roket, dan sistem pertahanan udara sebesar 9 persen. Ekspor radar dan sistem peperangan elektronik berjumlah 13 persen dari penjualan senjata.
Kawasan Asia-Pasifik adalah pembeli terbesar barang pertahanan Israel. Kawasan ini membeli 30 persen dari total ekspor Israel. Menyusul kemudian Eropa sebesar 29 persen.
Sementara sistem intelijen dunia maya Israel yang terkenal hanya mencapai 6 persen dari total penjualan pada 2022. Tidak disebutkan ke negara mana sistem intelijen dunia maya ini dijual.
Penjualan teknologi semacam ini selama beberapa tahun terakhir semakin diawasi Israel karena adanya tuduhan bahwa teknologi itu sudah digunakan oleh beberapa negara untuk memata-matai orang-orang yang dianggap melawan pemerintah dan wartawan. Sistem pertahanan lain yang juga laku dari Israel adalah pesawat berawak, avionik, sistem observasi, peluncur senjata, sistem komunikasi, kendaraan, sistem maritim, dan amunisi.
Jumlah keseluruhan penjualan senjata di tingkat pemerintah ke pemerintah meningkat 10 kali lipat selama lima tahun terakhir. Pada 2022, nilainya mencapai lebih dari 4 miliar dollar AS. Pada 2018, nilainya 412 juta dollar AS.
”Ini menunjukkan kekuatan Israel dan kemampuan teknologi yang sangat baik. Dengan kreativitas dan inovasi dari lembaga pertahanan Israel dan Kementerian Pertahanan, kami tidak hanya mengungguli musuh kami tetapi juga mempertahankan keunggulan kualitatif kami,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Kami tidak hanya mengungguli musuh kami, tetapi juga mempertahankan keunggulan kualitatif kami.
Peneliti senior di Institut Studi Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv, Liran Antebi, kepada Haaretz, mengatakan, bidang pertahanan udara Israel akan terus menjadi salah satu hal terpenting. Sebab, ancaman dari udara di seluruh dunia semakin besar. Persenjataan juga menjadi semakin murah dan banyak tersedia seperti pesawat tak berawak berukuran kecil.
Penggunaannya juga lebih mudah. Seperti Iran yang memproduksi pesawat tak berawak dalam jumlah besar dan bisa diluncurkan bertubi-tubi ke Irak dan Yaman, khususnya ke fasilitas minyak, bandara, dan kapal.
Pesawat tak berawak buatan Iran sangat murah, sekitar 20.000 dollar AS per unit dan bisa menyebabkan kerusakan yang parah. Ini bisa dilihat dari kompleks Aramco di Arab Saudi dan invasi Rusia di Ukraina. (AFP)