Hubungan Makin Rapat, Arab-China Sepakati Investasi Rp 149 Triliun
Saat hubungan dengan AS menegang, hubungan Arab Saudi dengan China terus meningkat. Beijing-Riyadh terus menambah investasi senilai puluhan miliar dollar AS.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
AFP/HO/SPA
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menerima Presiden China Xi Jinping di Riyadh pada Desember 2022. Pada 11 Juni 2023, di Riyadh, Arab Saudi-China kembali menyepakati kerja sama investasi bernilai 10 miliar dollar AS.
RIYADH, SENIN — Hubungan ekonomi negara-negara Arab dan China terus meningkat. Arab Saudi, Minggu (12/6/2023), mengumumkan kesepakatan investasi senilai 10 miliar dollar AS atau lebih kurang Rp 148,68 triliun antara negara-negara Arab dan China pada hari pertama konferensi bisnis di Riyadh, Arab Saudi.
Kementerian Investasi Arab Saudi melalui pernyataan tertulis menyebutkan, sebagian besar kesepakatan investasi itu terkait proyek-proyek di Arab Saudi atau proyek-proyek perusahaan atau entitas pemerintah Arab Saudi.
Kementerian Investasi Arab Saudi juga mengumumkan, pengusaha kedua negara bertemu di sela Arab-China Business Conference di Riyadh. Dalam konferensi pada 11-12 Juli 2023, hampir 4.000 perwakilan pengusaha dan pemerintah China, Arab Saudi, dan negara-negara lain hadir.
Sektor energi, fosil dan terbarukan, paling banyak menjadi sasaran investasi. Ada pula investasi di bidang teknologi dan transportasi. ”Saya tidak terkejut kalau ada banyak kesepakatan investasi dalam forum ini,” kata Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman, sebagaimana dikutip Arab News dan Al Arabiya.
Perusahaan kereta Arab Saudi, Sabatco, menggandeng perusahaan China, CRRC, lewat kesepakatan 250 juta dollar AS. Sabatco dan CCRC akan membuat pabrik kereta di Arab Saudi. Sementara perusahaan pengembang aplikasi Hong Kong, Hibobi, mengikat kerja sama 266 juta dollar AS. Hibobi akan membuat aplikasi promosi pariwisata Arab Saudi.
Arab Saudi juga ingin membangun industri kimia dengan bantuan China. Nilai kesepakatannya mencapai 150 juta dollar AS. Total ada 30 kesepakatan investasi dengan nilai 10 miliar dollar AS selama hari pertama Arab-China Business Conference. ”Ada sinergi di antara kedua negara. Visi 2030 (Arab Saudi) selaras dengan Inisiatif Sabuk dan Jalan,” kata Abdulaziz.
AP/XINHUA/LUO XIAOGUANG
Foto yang dirilis kantor berita China, Xinhua, ini menunjukkan Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, Ali Shamkhani (kanan), berjabat tangan dengan Penasehat Keamanan Nasional Arab Saudi, Musaad bin Mohammed al-Aiban (kiri), disaksikan diplomat senior China Wang Yi, di Beijing, Sabtu (11/3/2023).
Abdulaziz juga menyatakan bahwa pihaknya mengabaikan pihak yang mengritik hubungan Beijing-Riyadh yang kian mesra. ”Dalam bisnis, wajar mencari peluang ke mana pun. Kami tidak memikirkan pihak yang mengatakan, bersama kami atau berhadapan dengan kami,” katanya.
”Bersama kami atau berhadapan dengan kami” adalah ungkapan Presiden ke-43 AS George W Bush untuk merujuk pada kebijakan luar negeri AS. Kebijakan ini kemudian dikenal dengan istilah Doktrin Bush yang muncul beberapa kali dalam pidato Bush.
Memasuki tahun kedua masa kepresidenannya, Bush merilis Strategi Keamanan Nasional AS. Mengutip PBS, hal itu adalah pertama kalinya berbagai elemen Doktrin Bush diartikulasikan secara formal ke dalam satu dokumen setebal 33 halaman yang menyajikan perumusan kembali kebijakan luar negeri AS yang berani dan komprehensif.
Dalam bisnis, wajar mencari peluang ke mana pun. Kami tidak memikirkan pihak yang mengatakan, bersama kami atau berhadapan dengan kami.
Ini menguraikan postur AS yang lebih agresif. Disebutkan bahwa AS akan mengeksploitasi kekuatan militer dan ekonominya untuk mendorong ”masyarakat yang bebas dan terbuka”. Kebijakan itu hanya memberi dua tempat bagi negara-negara di dunia, bersama AS atau melawan AS.
Doktrin AS ini berevolusi. Namun, semangat dasarnya sama, yakni hanya memberikan dua tempat bagi negara-negara di dunia, yakni beraliansi bersama AS atau berhadapan dengan AS.
Dalam 20 tahun terakhir, pejabat AS dan sekutunya berulang kali memakai istilah itu untuk menggalang aliansi lintas negara. Kebijakan Barat dalam Perang Ukraina dan kompetisi AS-China merefleksikan kembali Doktrin Bush tersebut.
PRASETYO EKO PRIHANANTO
Presiden ke-43 Amerika Serikat George W Bush memberi tanggapan pada konferensi pers di Ruang Timur di Gedung Putih, 14 Februari 2007, Washington, DC, AS. Dalam kesempatan itu, Bush bicara tentang perang di Irak.
Pernyataan Abdulaziz terkait Doktrin Bush itu disampaikan kala sejumlah pihak terus meragukan pengaruh AS pada Arab Saudi. Selama beberapa tahun terakhir, Riyadh dinilai menjauh dari Washington. Bahkan, dalam laporan Washington Post, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) disebut mengancam AS.
Ancaman dilontarkan setelah Presiden AS Joe Biden menyebut Arab Saudi akan menanggung dampak atas keputusan memangkas produksi minyak. MBS mengabaikan ancaman itu dan malah mengancam balik. Arab Saudi itu juga terus memangkas produksi minyaknya. Padahal, Biden berharap Arab Saudi mau meningkatkan produksi minyak.
Kebutuhan minyak China akan terus naik dan kami akan memanfaatkan peluang ini. Buat apa bersaing dengan China, lebih baik berkolaborasi.
Saat hubungan AS-Arab Saudi menegang, hubungan Arab Saudi-China justru terus meningkat. Kedekatan ekonomi Arab Saudi-China antara lain tecermin pada volume perdagangan kedua negara yang kian meningkat. Pada 2022, nilainya mencapai 106 miliar dollar AS atau naik 30 persen dibandingkan 2021.
Kedekatan Arab Saudi-China juga terlihat dari investasi yang terus meningkat. Pada Maret 2023, Arab Saudi-China menyepakati penjualan 10 persen saham Rongsheng Petrochemical kepada Arab Saudi. Nilai transaksi itu mencapai 3,6 miliar dollar AS.
”Kebutuhan minyak China akan terus naik dan kami akan memanfaatkan peluang ini. Buat apa bersaing dengan China, lebih baik berkolaborasi,” kata Abdulaziz.
AMER HILABI / POOL / AFP)
Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (kanan) bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). Pertemuan Blinken dan Pangeran MBS ini dipandang sebagai upaya kedua negara meredakan ketegangan diplomatik yang telah berlangsung selama setahun terakhir.
Sebelum kesepakatan Maret dan Juni 2023, Beijing-Riyadh juga terus menambah investasi di antara mereka. Pada Desember 2022, Beijing menyebut investasi China di Arab Saudi mencapai 23 miiliar dollar AS sepanjang 2021. Beijing optimistis, kerja sama dengan Riyadh akan terus meningkat di masa mendatang.
Peneliti senior Atlantic Council, Jonathan Fulton, mengatakan, pola diplomasi dan kebijakan luar negeri China menjadi faktor penting. China tidak mendorong mitranya untuk berpihak ke Beijing dan menjauhi pihak lain.
”Mereka tidak mau mitranya terjebak dalam posisi dilematis, harus memilih mereka (China) atau pihak lain,” katanya.
China juga selalu menegaskan tidak mencampuri urusan dalam negeri di negara lain. Bagi Arab Saudi dan banyak negara, sikap ini amat penting.
Berbeda dengan Barat yang selalu mencampuri urusan dalam negeri di negara lain. Dengan alasan HAM, kebebasan berpendapat, hingga demokrasi, AS dan sekutunya bolak-balik membuat Arab Saudi dan negara lain gerah karena mencampuri urusan dalam negeri. (AFP/REUTERS)
---------
KOREKSI:
Berita ini telah mengalami revisi dari versi awal. Kesepakatan investasi senilai 10 miliar dollar AS atau lebih kurang Rp 148,68 triliun terjalin antara negara-negara Arab dan China, bukan antara Arab Saudi dan China, seperti ditulis sebelumnya. Revisi dilakukan pada Senin, 12 Juni 2023, jam 20.00 WIB - Redaksi