Mike Pence Bertarung Lawan Mantan Bosnya, Donald Trump
Dalam pidato perdana pencalonan dirinya sebagai kandidat calon presiden AS dari Partai Republik, mantan Wakil Presiden AS Mike Pence langsung melontarkan kritik-kritik tajam terhadap mantan Presiden Donald Trump.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·5 menit baca
AP/CHARLIE NEIBERGALL
Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence (kedua dari kanan) menepuk tangan salah satu staf kampanyenya menjelang pidato deklarasinya sebagai bakal calon presiden AS dari Partai Republik di Iowa, AS, Rabu (7/6/2023).
IOWA, KAMIS — Mike Pence, mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, memastikan diri maju sebagai kandidat calon presiden dari Partai Republik, bersaing dengan sejumlah nama, termasuk mantan bosnya, mantan Presiden AS Donald Trump. Dalam pidato pengumuman pencalonannya, dia menyerang Trump yang dinilainya sembrono, melanggar konstitusi, dengan tindakannya membahayakan jiwa orang lain.
”Saya percaya bahwa siapa pun yang menempatkan dirinya di atas Konstitusi tidak boleh menjadi presiden Amerika Serikat dan siapa pun yang meminta orang lain untuk menempatkan dirinya di atas Konstitusi tidak boleh menjadi presiden Amerika Serikat lagi,” kata Pence dalam pidatonya di Iowa, Rabu (7/6/2023).
Pernyataan Pence tersebut adalah kritik atau kecaman paling kuat yang pernah dilontarkannya terhadap Trump sejak keduanya bercerai sebagai presiden dan wakil presiden, awal Januari 2021. Setelah tidak menjabat wapres, Pence lebih banyak diam. Ia juga menghindar untuk mengkritik Trump secara terang-terangan.
Peristiwa penyerangan Gedung Capitol oleh pendukung Trump, 6 Januari 2021, jarang dibahas oleh calon presiden lainnya dari Partai Republik untuk menghindari pembicaraan tentang hari kelam bagi demokrasi AS itu karena dinilai akan merugikan partai. Sebaliknya, Republikan membingkai serangan itu sebagai pekerjaan orang dalam di Biro Investigasi Federal (FBI) atau oleh kelompok kiri yang berpura-pura menjadi pendukung Trump.
Selama empat tahun bekerja sama, Pence lebih banyak memberi pembelaan atas tindakan dan skandal yang terjadi akibat kebijakan Trump. Akan tetapi, sikap Pence berubah ketika para pendukung Trump menyerbu Gedung Capitol dan membahayakan jiwa orang-orang yang berada di sana, termasuk dirinya yang tengah mengesahkan kemenangan Joe Biden dan Kamala Harris dalam pemilu, November 2020.
Pence menyebut bahwa tindakan Trump dan para pendukungnya membahayakan dia, keluarganya, dan bahkan demokrasi di Amerika Serikat. Pence bergeming ketika Trump menyebut dirinya sebagai pengecut karena tidak mau mengikuti keinginan Trump, yakni menolak pengesahan hasil pemilu yang dimenangi Biden-Harris.
AFP/GETTY IMAGES/WIN MCNAMEE
Massa pendukung Trump berhadapan dengan petugas keamanan Gedung Capitol saat berada di luar ruang Senat Gedung Capitol, Washington DC, AS, 6 Januari 2021. Pengunjuk rasa tersebut menolak pengesahan Joe Biden sebagai presiden yang dilakukan oleh senat.
”Seperti yang sudah saya katakan berkali-kali, pada hari yang menentukan itu, kata-kata Presiden Trump sembrono dan membahayakan keluarga saya dan semua orang di Capitol,” kata Pence kepada para pendukungnya yang hadir dalam pengumuman pencalonannya di Ankeny, Iowa.
”Rakyat Amerika berhak mengetahui bahwa pada hari itu, Presiden Trump juga menuntut agar saya memilih antara dia dan Konstitusi. Sekarang para pemilih akan dihadapkan pada pilihan yang sama. Saya memilih Konstitusi dan akan selalu begitu,” lanjut Pence.
Meski mengkritik dengan keras dan menyebut tidak ada seorang pun yang kebal terhadap hukum, Pence memiliki sikap tersendiri mengenai kepemilikan dokumen rahasia yang ditemukan di rumah pribadi Trump di Mar A Lago. Saat ditanya soal sikapnya terhadap penyelidikan kasus itu, Pence menyebut bahwa mendakwa mantan presiden adalah tindakan yang memecah belah.
”Saya hanya berharap akan ada jalan bagi mereka untuk bergerak maju tanpa langkah dramatis, drastis, dan memecah belah dengan mendakwa mantan Presiden Amerika Serikat,” kata Pence.
Peta persaingan
Deklarasi pencalonan Pence menjadikannya sebagai penantang baru bagi kandidat lainnya, seperti Gubernur Florida Ron DeSantis, mantan Duta Besar AS di PBB Nikki Haley, Senator Negara Bagian Carolina Selatan Tim Scott, Gubernur Dakota Utara Doug Burgum, dan mantan Gubernur New Jersey Chris Christie, serta tentu saja Donald Trump.
Pence (64) menjadi mantan wakil presiden pertama dalam sejarah politik AS modern yang menantang orang yang pernah bekerja bersama sebagai presiden. Salah satu persyaratan untuk berpartisipasi dalam pertarungan itu, seperti ditetapkan Komite Nasional Partai Republik, adalah kewajiban setiap kandidat untuk menyetujui dan menandatangani sebuah dokumen yang menyatakan mereka akan mendukung calon yang memenangi konvensi dari partai tersebut.
AP PHOTO/CHARLIE NEIBERGALL, MEG KINNARD
Para bakal calon presiden Partai Republik yang akan bersaing, (kiri-kanan) Donald Trump, Ron DeSantis, Nikki Haley, Mike Pence, dan Tim Scott.
Pence memasuki pemilihan pendahuluan Partai Republik dengan tingkat kesulitan yang tinggi untuk bisa unggul dari dua kandidat utama, yaitu Trump dan DeSantis. Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos memperlihatkan tingkat dukungan dari kaum Republikan terhadap Pence hanya 5 persen. Adapun Trump dan DeSantis secara berurutan 44 persen dan 30 persen.
Sementara, dalam jajak pendapat yang dilakukan CNN bulan lalu, sebanyak 45 persen dari anggota Partai Republik (Grand Old Party/GOP) dan independen yang cenderung ke Republikan menyatakan bahwa mereka tidak akan mendukung Pence dalam keadaan apa pun.
Pence dan penasihatnya melihat Iowa—negara bagian yang akan memberikan suara pertama dalam kalender pencalonan GOP—sebagai kunci jalannya menuju pencalonan. Kaukusnya termasuk sebagian besar pemilih Kristen Evangelis, yang mereka lihat sebagai konstituen pendukung sejati untuk Pence.
Namun, sebuah jajak pendapat yang dilakukan March Des Moines Register/Mediacom Iowa Poll di Iowa juga memperlihatkan situasi Pence juga tidak menguntungkan dalam kontestasi ini, termasuk dengan Trump dan DeSantis.
Ketua Kongres AS Nancy Pelosi memperlihatkan dokumen pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump yang baru saja ia tanda tangani di Gedung Capitol, Washington, AS, 13 Januari 2021.
Para pengkritik Trump menganggap Pence terlibat dalam tindakan mantan presiden yang paling tidak dapat dimaafkan. Banyak loyalis Trump telah memfitnahnya sebagai pengkhianat. Sebagian dari mereka menyalahkan Pence karena menolak Trump untuk kembali menjabat pada periode kedua.
John Steuterman, eksekutif asuransi berusia 44 tahun, mengatakan bahwa dia tertarik pada pengalaman Pence di Gedung Putih dan bosan dengan hal-hal negatif yang akan ditimbulkan oleh tindakan-tindakan Trump. Akan tetapi, dia masih akan menimbang-nimbang kandidat lainnya sebelum memutuskan.
Ruth Ehler, seorang pensiunan guru, menyatakan sepakat dengan apa yang disampaikan Pence dalam pidatonya soal menjunjung tinggi konstitusi.
”Konstitusi adalah dokumen negara kita dan saya mendukungnya pada 6 Januari ketika dia mengikuti Konstitusi. Jika di situ dia merasa dia berbeda dari presiden kita yang lalu, itu adalah poin yang bagus untuk dia buat,” kata Ehler. (AP/AFP/REUTERS)