”Perang Satelit” Lawan China-Rusia, AS Terus Matangkan Satelit Mata-mata
Proyek jaringan satelit AS, Silent Barker, pertama kali diungkap pada 2017. Salah satu fungsinya: mengawasi satelit-satelit negara lain, terutama milik China-Rusia, yang dinilai mencoba mengganggu satelit-satelit AS.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AP/NASA/JOEL KOWSKY
Pesawat luar angkasa CST-100 Starliner Boeing, yang menempel pada roket United Launch Alliance Atlas V, disiapkan di lokasi peluncuran di Kompleks Peluncuran Luar Angkasa 41 menjelang uji peluncuran ke orbit di Stasiun Angkatan Antariksa Cape Canaveral, Florida, AS, 18 Mei 2022. Roket Atlas V direncanakan akan digunakan untuk meluncurkan satelit mata-mata AS, Silent Baker.
WASHINGTON, RABU — Amerika Serikat kembali mengungkap soal jaringan satelit mata-matanya. Jaringan yang dijuluki ”Silent Barker” itu tidak kunjung menempati orbit karena keterbatasan dana. Satelit itu bakal menjadi senjata AS untuk menghadapi perang satelit dengan China dan Rusia.
Dalam laporan Bloomberg, Rabu (7/6/2023), diungkap bahwa jaringan satelit itu direncanakan meluncur ke orbit dengan roket Atlas V. Waktu pasti peluncuran belum diungkap. Hal yang jelas, peluncuran tidak mungkin sebelum Juli 2023.
Jika jadi diluncurkan, jaringan satelit itu akan berada pada ketinggian 35.400 kilometer di atas permukaan bumi. Disebut jaringan karena akan terdiri dari beberapa satelit.
”Jaringan ini akan memberi peringatan tentang potensi bahaya atas ases-aset penting AS di antariksa. Jaringan ini bisa melacak, mendeteksi, mencari obyek yang mengancam dan terancam,” demikian pernyataan resmi Angkatan Antariksa AS.
Angkatan Antariksa AS meluncurkan dan mengelola jaringan satelit itu bersama Badan Pengintaian Nasional (NRO). Dari 16 lembaga intelijen AS, NRO termasuk yang paling utama untuk urusan pengelolaan satelit mata-mata negara itu.
Proyek Silent Barker pertama kali diungkap pada 2017. Awalnya, jaringan itu direncanakan mengorbit pada 2022. Keterbatasan dana membuat jaringan itu tidak kunjung diterbangkan ke luar angkasa. Kekurangan ini, antara lain, tecermin pada permintaan dan alokasi anggaran Angkatan Antariksa AS untuk program itu. Dari permintaan 105,1 juta dollar AS, Angkatan Antariksa AS baru mendapat 96,9 juta dollar AS di APBN 2023.
Direktur NRO Chris Scolese mengatakan, Silent Baker punya beberapa fungsi. Pertama, jaringan satelit itu akan sekaligus menggantikan 10 satelit mata-mata yang diprediksi akan berakhir fungsinya pada 2028. Kedua, jaringan satelit itu akan membantu mengawasi satelit negara lain yang mencoba mengganggu satelit-satelit AS. Ketiga, Silent Baker akan mengirimkan data pengintaian ke stasiun penerimaan di bumi.
China-Rusia
Hal yang tidak diungkap secara terbuka oleh Scolese adalah jaringan itu untuk menjawab program antariksa Beijing-Moskwa. Beberapa tahun terakhir, AS terus mengungkap satelit-satelit China-Rusia yang bisa mengganggu satelit negara lain. Dalam laporan Badan Intelijen Pertahanan (DIA) AS diungkap soal satelit SJ-21 dan SJ-17.
Diluncurkan pada 2021, SJ-21 disebut milik Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China. SJ-21 bisa menarik bekas satelit China hingga beberapa ratus kilometer lebih tinggi. Dengan demikian, potensi satelit itu akan jatuh ke bumi bisa dikurangi. Adapun SJ-17 punya lengan yang bisa menarik satelit lain.
AFP
Foto pada 22 Mei 2023 ini memperlihatkan roket Long March-2F, yang membawa pesawat luar angkasa Shenzhou-16, saat diangkut ke Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan, Provinsi Gansu, China barat laut. China merupakan salah satu negara terdepan soal intelijen antariksa. Kemampuan itu mencemaskan Amerika Serikat.
Kemampuan SJ-17 dan SJ-21 mencemaskan AS. Washington khawatir Beijing menggunakan SJ-17 dan SJ-21 atau satelit sejenis untuk mengganggu satelit AS dan sekutunya. ”SJ-21 adalah satelit yang perlu diburu Silent Baker pada masa mendatang,” demikian pernyataan Angkatan Antariksa AS.
AS juga memantau satelit Rusia yang dikenal sebagai Kosmos 2558. Satelit itu dekat dengan satelit mata-mata nomor 326 milik AS. Ketinggian dan rute edar kedua satelit itu selalu berdekatan. AS berusaha menjauhkan satelit 326 dari Kosmos 2558. Salah satunya dengan melepaskan obyek dari dalam satelit 326.
AS juga memantau satelit Rusia yang dikenal sebagai Kosmos 2558. Satelit itu dekat dengan satelit mata-mata nomor 326 milik AS.
Peneliti Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Jonathan McDowell, menyebut upaya itu belum berhasil menjauhkan satelit 326 dari Kosmos 2558.
Kepala Staf Angkatan Antariksa AS Jenderal John Raymond mengatakan, AS tidak suka dan terganggu dengan manuver Kosmos 2558. ”Berpotensi memicu bahaya di luar angkasa,” ujarnya.
Raymond mengatakan, Rusia menguji coba teknologi sejenis pada 2017. Kala itu, Rusia meluncurkan satelit yang ternyata berisi satelit lain. ”Kami menganggapnya sebagai senjata. Perkembangan ini tidak membuat kami nyaman,” ujarnya.
Ada juga satelit Kosmos 2542 yang mendekati satelit nomor 245. Awalnya, Rusia meluncurkan 2542 beberapa ratus kilometer dari satelit 245 milik AS. Pada Januari 2020, Kosmos 2542 mengeluarkan satelit lain yang dikenal sebagai Kosmos 2543. Setelah itu, Kosmos 2542 dan Kosmos 2543 berpindah di kiri dan kanan satelit 245 milik AS. Posisi itu praktis membuat satelit 245 terpantau oleh kedua satelit Rusia tersebut.
Satelit 245 merupakan salah satu jaringan satelit NRO yang dikenal sebagai sistem Crystal. Jaringan Crystal dikenal sebagai teropong angkasa. Dari antariksa, kamera jaringan Crystal bisa memantau ke permukaan bumi dengan ketajaman hingga 1 meter. Spesifikasi itu membuat AS bisa mengintai berbagai fasilitas milik siapa pun di permukaan bumi.
AFP/HO/IRANIAN DEFENCE MINISTRY
Roket Simorgh milik Iran meluncur pada Desember 2021 dari lokasi yang tidak diungkapkan. Roket itu merupakan bagian dari upaya Iran menguasai teknologi antariksa.
Jaringan Crystal dikenal pula sebagai KH-11. Salah satu satelit Crystal, yakni satelit nomor 224, disebut secara khusus untuk memantau Imam Khamenei Space Center milik Iran.
Mantan Presiden AS Donald Trump pernah mengunggah citra rekaman satelit 224 ke media sosial. Ketajaman kamera satelit 224, antara lain, ditunjukkan lewat tulisan di landasan peluncur pusat antariksa milik Iran itu bisa terbaca di citra yang dibagikan Trump. KH-11 disebut terdiri dari empat satelit mata-mata.
Jika salah satu satelit mata-mata itu diikuti oleh satelit China atau Rusia, Moskwa bisa tahu apa yang sedang dipantau Washington. ”Mereka (Moskwa) akan menyadap komunikasi radio yang dikirimkan satelit ke stasiun di bumi, lalu mencari cara menguraikannya. Mereka bisa melakukan banyak hal,” kata Todd Harrison, peneliti pertahanan antariksa pada Center for Strategic and International Studies. (AFP/REUTERS)