El Nino di tahun ini diperkirakan lebih serius. Vietnam dan China terimbas dengan suhu udara tinggi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
HANOI, SELASA – Gelombang panas yang berasal dari El Nino melanda dunia. Beberapa negara mengalami panas yang lebih tinggi dibandingkan lainnya, antara lain adalah Vietnam, China, dan India.Pemerintah masing-masing mengimbau agar masyarakat mengurangi pemakaian listrik. Selain mengehmat energi karena pembangkit listrik tenaga air surut, juga guna mencegah gardu listrik terlampau panas dan rusak.
Di Vietnam, pemerintah meminta agar pemerintah daerah mengurangi pemakaian listrik sebanyak sepersepuluh dari jumlah reguler. Pada Selasa (30/5/2023), di ibu kota Hanoi, pemerintah daerah mengumumkan bahwa lampu-lampu jalan akan dimatikan, kecuali untuk di jalan-jalan utama dan taman-taman besar tempat masyarakat biasa berkumpul.
Dari pagi hingga sore, masyarakat diimbau agar tidak keluar rumah karena sinar matahari yang terik. Jika harus keluar, mereka diminta memakai topi dan pakaian yang bisa melindungi dari sinar ultraviolet. Berada di luar ruangan untuk menikmati udara dianjurkan ketika menjelang matahari terbenam.
Badan Meteorologi Vietnam mengatakan bahwa cuaca berkisar 26 derajat hingga 38 derajat celcius. Gelombang panas ini juga diperkirakan terus berlanjut sepanjang bulan Juni. Oleh sebab itu, pabrik-pabrik diminta untuk mengundur jam operasional. Menurut pemerintah, 1.100 perusahaan sudah mengutarakan komitmen untuk melaksanakan arahan itu.
Jika mereka bekerja di sore hari, cuaca sudah lebih sejuk sehingga kebutuhan untuk pendingin udara berkurang. Aturan untuk seluruh anggota masyarakat ialah mematikan semua perangkat listrik jika tidak dipakai. Pendingin ruangan juga hanya boleh dipasang pada suhu minimum 26 derajat celcius.
“Pada siang hari, cuaca terik membuat gardu cepat panas. Pemakaian listrik yang banyak pada saat bersamaan bisa memicu kerusakan gardu,” kata ahli dari EVN─badan usaha milik negara Vietnam di bidang kelistrikan─Luong Minh Quan.
China
Sementara itu, di China, Badan Meteorologi Nasional (CMA) mengatakan bahwa suhu udara rata-rata adalah 37 derajat celcius. Beberapa wilayah yang mengalami cuaca terik adalah Beijing, Xinjiang, Hebei, dan Henan. CMA menjelaskan bahwa ini akibat El Nino di wilayah khatulistiwa, terutama di Samudera Pasifik bagian timur. Aliran udara panas ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu.
Penjelasan CMA ini senada dengan keterangan yang dikeluarkan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada awal Mei 2023. El Nino ini akan mencapai suhu terpanas pada pertengahan tahun 2023, setelah itu diperkirakan suhu tersebut bertahan selama 12 bulan. Fenomena El Nino yang seperti ini biasanya terjadi satu kali dalam dua atau tujuh tahun.
“El Nino super seperti ini terakhir kali terjadi di China pada periode 2014-2016. Ketika itu, rekor cuaca terpanas di negara ini sejak tahun 1850,” kata pakar cuaca Pusat Iklim Nasional Zhou Bing kepada surat kabar nasional China Daily.
Pada Agustus 2022, China juga dilanda cuaca sangat panas. Provinsi Xinjiang, Hebei dan Henan termasuk wilayah yang memproduksi tanaman pangan sehingga produksi beras sempat menurun. Ketika itu, Menteri Pertanian Tang Renjian mengeluarkan imbauan kepada para petani agar menyemprot tanaman mereka dengan zat pelapis. Zat ini bisa menghalangi penguapan agar tanaman tidak layu.
Saking teriknya musim panas 2022, air Sungai Yangtze menyusut hingga 40 persen. Akibatnya,pasokan listrik terganggu, terutama di wilayah selatan yang merupakan sentra industri. Pemerintah meminta pabrik-pabrik yang mencakup Volkswagen, Toyota, Tesla, dan Siemens untuk menurunkan kuota produksi demi menghemat energi.
Petteri Taalas, Sekretaris Jenderal WMO menjelaskan bahwa El Nino semakin parah akibat emisi karbon yang dikeluarkan oleh manusia. Ia menekankan pentingnya menerapkan komitmen global mencegah suhu Bumi naik 1,5 derajat dan menurunkan suhu setidaknya 1 derajat celcius. Jika gagal, katup-katup es akan meleleh dan Bumi rusak tanpa bisa diperbaiki.
El Nino terparah terjadi pada periode 1997-1998 yang mengakibatkan kerugian global 5,7 triliun dollar Amerika Serikat. Negara-negara mengalami gagal panen dan diikuti bencana kelaparan. Pada saat yang sama, panas berarti penguapan air besar-besaran yang mengakibatkan hujan lebat serta banjir besar. Total, ada 23.000 penduduk dunia tewas akibat bencana yang disebabkan oleh El Nino.
Pada 18 Mei 2023, jurnal Science menerbitkan makalah karya dua peneliti Universitas Dartmouth, Christopher Callahan dan Justin Mankin. Mereka menulis bahwa potensi kerugian ekonomi akibat El Nino pada akhir abad ini mencapai 84 triliun dollar AS. Kerugian ini bisa ditanggulangi dengan penurunan gas rumah kaca secara signifikan. (Reuters)