Koleksi Film Melimpah, Pelanggan Kewalahan Menonton
Butuh hampir 15 tahun tanpa henti untuk menyaksikan seluruh koleksi Netflix, HBO Go, Prime Video, dan Disney Hotstar saja. Mayoritas pelanggan tidak sanggup menyaksikan sebagian kecil saja koleksi tontonannya.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Dengan hampir 900.000 judul dan hingga durasi total 36.000 jam per perusahaan penyedia jasa, pelanggan layanan aliran video (streaming) punya banyak pilihan. Faktanya, terlalu banyak pilihan malah membuat pelanggan kewalahan. Niat mencari hiburan pun terganggu.
Per Mei 2023, butuh hampir 15 tahun tanpa henti untuk menyaksikan seluruh koleksi Netflix, HBO Go, Prime Video, dan Disney Hotstar saja. Selain kuartet itu, masih ada sejumlah perusahaan penyedia streaming dengan koleksi berdurasi total puluhan ribu jam. Bahkan, untuk menyaksikan 10 persen koleksi saja, banyak pelanggan yang tidak sanggup.
Setiap tahun, menurut kajian Nielsen, per pelanggan Netflix rata-rata hanya bisa menyaksikan 2 persen dari keseluruhan koleksi. ”Kita memasuki tahap selanjutnya dari layanan aliran video, berdasarkan tren yang kami perincikan beberapa tahun belakangan. Kita bergerak dari masa pertumbuhan ke masa puber, dan semua kerumitan akan hadir di sana,” demikian pernyataan Nielsen.
Riset lembaga itu menemukan, sebanyak 46 persen pelanggan layanan aliran video mengaku kewalahan dengan limpahan koleksi. Mereka semakin kesulitan memilih atau menemukan judul program atau film yang ingin ditonton. Mereka juga kewalahan karena perusahaan penyedia jasa itu semakin banyak. Temuan itu selaras dengan ajaran di sebagian masyarakat sejak dulu: segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi buruk. Secukupnya saja.
Adapun 64 persen responden berharap ada layanan khusus yang bisa menyediakan gabungan jasa dari berbagai perusahaan. Dengan demikian, mereka akan mudah berpindah ke berbagai penyedia jasa.
Kini, sebagian orang berlangganan paling sedikit tiga penyedia jasa aliran video. Sebagian menyajikan film dan program yang didominasi produksi Amerika Utara dan Eropa Barat. Sebagian menjadi saluran bagi film dari Asia Timur dan Asia Selatan. Amat beragam pilihannya. ”Pelanggan ingin penyederhanaan akses, dan ledakan jumlah penyedia layanan semakin mendorong keinginan ini. Pada akhirnya, tantangan ini bisa menjadi peluang bagi industri untuk meningkatkan layanan mereka di masa mendatang,” demikian pernyataan Nielsen.
Sebagian pelanggan juga mengeluhkan cara penyedia layanan merekomendasikan tontonan. Meski tidak diminati sama sekali, ada film atau program yang terus dimasukkan daftar rekomendasi. Bahkan, judulnya ditayangkan kala pelanggan mencoba secara acak mencari tontonan. Sementara tontotan yang benar-benar ingin disaksikan malah tidak terlihat di daftar pencarian. Padahal, bisa jadi tontonan itu ada di salah satu dari hampir 900.000 koleksi program berbagai penyedia layanan aliran video.
Sebagian pihak telah mengeluhkan pola rekomendasi itu selama bertahun-tahun. Sayangnya, tidak ada perubahan pola rekomendasi yang disebut sesuai dengan profil setiap pelanggan.
Gangguan
Persoalan yang dihadapi pelanggan bukan hanya jumlah koleksi yang melimpah. Persoalan yang tidak kalah penting adalah gangguan dan aneka pengalih lain selama menyaksikan video-video itu di rumah. Berbeda dengan menyaksikan di bioskop, di rumah ada banyak potensi jeda atau pengalih perhatian.
Akibatnya, waktu menyaksikan program lebih lama dibandingkan durasi total programnya. Sebab, pelanggan harus jeda berulang kali setiap ada hal yang harus dilakukan selama menonton. Alasan jedanya beragam. Bisa mengambil minum dan camilan di dapur, menjawab telepon, hingga mencari data pemeran dalam film yang sedang ditonton.
Sebagian pelanggan malah bukan hanya jeda. Mereka juga berhenti menonton sebelum film atau program selesai. Alasannya beragam. Mulai dari film atau programnya tidak menarik, harus melakukan hal lain, hingga sudah kehabisan waktu untuk menonton. Fenomena itu menjadi sorotan sejumlah media yang fokus pada isu-isu teknologi.
Sorotan diberikan karena para penyedia jasa aliran video melaporkan peningkatan waktu menonton para pelanggan. Sementara dalam penelitian pihak ketiga, ada fenomena jeda menyaksikan video karena berbagai alasan.
Waktu menonton memang hal terpenting dalam bisnis penyediaan layanan aliran video. Semakin tinggi waktu menonton, dianggap semakin tinggi pula akses pada layanan. Padahal, ternyata waktu meningkat karena banyak jeda selama menonton. (AFP/REUTERS/RAZ)