Guyonan di China kini makin terbatas. Kalau mau membuat lelucon, orang harus berpikir dan menimbang berulang kali jika tak mau dikecam warganet atau bahkan ditangkap polisi.
Oleh
LUKI AULIA
·5 menit baca
Komedian populer di ranah komedi tunggal China, Li Haoshi, pada 13 Mei 2023 membuat lelucon dengan menceritakan dua anak anjing liar adopsinya yang gigih mengejar tupai di halaman. Perilaku mereka mengingatkannya pada slogan Tentara Pembebasan Rakyat China: ”Pertahankan perilaku teladan, berjuang untuk menang”.
Guyonan Li, yang memiliki nama panggung ”House”, menjadi viral di media sosial dan dikecam warganet nasionalis China di platform media sosial China, Weibo, karena dianggap menyamakan anjingnya dengan tentara. Presiden China Xi Jinping kerap menggunakan slogan itu untuk memuji militer China.
Akibatnya, perusahaan manajemen Li, Media Budaya Xiaoguo, dijatuhi denda 2,13 juta dollar AS (sekitar Rp 31,8 miliar) oleh Biro Kebudayaan dan Pariwisata Beijing. Seluruh agenda pertunjukannya di Shanghai, Beijing, Shenzhen, dan Provinsi Shandong ditangguhkan hingga waktu tak terbatas. Xiaoguo juga memecat Li yang masih diperiksa kepolisian dengan alasan leluconnya memiliki dampak sosial yang buruk.
Bagi orang di luar China, mungkin membingungkan kenapa Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA)—militer terbesar dan salah satu yang terkuat di dunia—begitu mudah tersinggung oleh lelucon yang rasanya tidak menyinggung perasaan. Namun, para pengamat China menilai, reaksi keras ini terkait dengan posisi penting PLA dalam sejarah Partai Komunis China (PKC) dan kampanye nasionalisme Xi.
Guru Besar studi China modern di Universitas Oxford, AS, Rana Mitter, kepada CNN, menjelaskan, didirikan sebagai Tentara Merah pada 1927, PLA memainkan peran utama dalam kebangkitan partai dan berdirinya komunis China. Sejarah revolusi komunis China tidak bisa dipisahkan dari sejarah PLA yang juga tentaranya partai. Karena alasan itu, menghina PLA sama saja dengan menghina PKC.
Selain itu, peran PLA semakin besar di masa pemerintahan Xi apalagi setelah ia menempatkan keamanan nasional sebagai prioritas utama pemerintahannya. Guru Besar di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura, Alfred Wu, menilai, fokus pada keamanan menciptakan narasi nasionalistik bahwa hanya Xi yang dapat menyelamatkan China dalam keadaan seperti perang. Xi mempertaruhkan legitimasinya untuk mengembalikan China ke masa kejayaan dan militer yang kuat memainkan peran kunci dalam mendorong agenda itu.
Sejak berkuasa, Xi memenjarakan musuh politik yang korup di militer, merombak angkatan bersenjata, dan memperluas persenjataan canggih. Xi juga meningkatkan postur militer China, mengirim jet tempur serta kapal perang ke Selat Taiwan dan di sekitar pulau yang disengketakan dengan Jepang. Ini kenapa sedikit saja orang salah bicara, bisa fatal akibatnya.
Ekspresi terbatas
Insiden Li ini membuat kalangan pelaku dan pencinta seni budaya di China kian khawatir. Sebab, ini membuktikan betapa ruang ekspresi artistik di bawah kepemimpinan Xi semakin terbatas. Selama ini apa pun yang terkait seni budaya China memang selalu disensor ketat oleh PKC, bahkan untuk acara seni budaya yang diadakan partai atau pemerintah sekalipun.
Pengamat China di University of Oxford, Vivienne Shue, menilai cepatnya pemberian hukuman pada Li dan Xiaoguo itu menunjukkan tingkat toleransi China sekarang berada di titik terendah. Dulu sebelum era Xi, orang-orang yang menyinggung partai atau pemerintah seperti Li hanya mendapat peringatan keras. PKC secara historis memegang kendali ketat pada seni budaya dan mengooptasinya untuk propaganda politik karena pemimpin China, Mao Zedong, pernah mengatakan seni tidak terlepas dari politik.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintahan Xi menerbitkan ”pedoman moral” baru yang menuntut para pekerja seni menunjukkan kepositifan dan patriotisme. Kepemimpinan China dinilai sengaja menciptakan suasana paranoia dan ketakutan atas risiko keamanan nasional. Definisi keamanan nasional juga diperluas bahwa apa pun bisa menjadi serangan, termasuk lelucon.
Menyusul hukuman denda Xiaoguo, pemerintah kembali meminta para pekerja seni mematuhi hukum dan peraturan, memperbaiki ide-ide kreatif, dan memperkuat budidaya moral. Dampak insiden Li ini ternyata panjang. Tidak hanya pertunjukan komedi yang dibatalkan, tetapi juga pertunjukan musik, di menit-menit terakhir tanpa alasan. Jika Li dinyatakan bersalah, ia bisa dihukum hingga tiga tahun penjara sesuai dengan undang-undang tahun 2018 yang melarang fitnah terhadap pahlawan dan martir nasional. Seluruh industri pun akan dibebani sensor yang semakin menyesakkan.
Menurut pengamat budaya dan bahasa China modern dan anggota Pusat Industri Kreatif, Studi Media dan Layar di SOAS, University of London, Xiaoning Lu, komedi tunggal sangat berisiko karena ini bentuk komedi yang relatif baru di China dan sulit untuk tahu batasan mana yang boleh dan tidak boleh. Bagi kelompok nasionalis, komedi tunggal ini juga dianggap seni impor dari Barat yang merusak kebudayaan China.
Di China, apa pun yang melibatkan penghinaan terhadap martabat dan kebanggaan nasional bukan masalah sepele. ”Batas-batas tawa yang pantas sebenarnya elastis di China, tergantung dari iklim politiknya,” ujarnya.
Padahal, kata analis politik independen di Beijing, Wu Qiang, komedi tunggal menjadi benteng terakhir di mana publik masih bisa menikmati komentar atau guyonan yang menghibur tentang kehidupan masyarakat. Gara-gara peristiwa Li, ruang untuk komedi tunggal dan ekspresi publik pasti akan terus menyusut.
Komedi tunggal ini populer selama pandemi Covid-19 karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. Mereka sering menonton acara komedi melalui layanan streaming video. Lantaran siaran semacam itu sering kena sensor, terutama jika menyangkut isu sensitif seperti lockdown, mulai banyak acara komedi tunggal yang dibuat luring. Komedian merasa lebih bebas berbicara di depan kelompok kecil saja.
”Melalui komedi tunggal, kita bisa menemukan sedikit kebahagiaan di tengah penderitaan. Kita harus melakukan sesuatu untuk melawan. Jika diam saja, nanti kita tidak akan punya kebebasan untuk melucu dan bercanda,” ujarnya. (REUTERS/AFP)