Dulu Ingin Jadi Penengah Konflik, Mengapa Lula Tampik Undangan Putin?
Dulu Presiden Brasil Luis Inacio Lula da Silva, akrab disapa Lula, sangat berhasrat ingin menjadi juru damai Ukraina-Rusia. Kini hasrat itu meredup. Undangan Presiden Rusia Vladimir Putin pun ditampiknya.
Sejak perang di Ukraina meletus mulai Februari 2022, Presiden Brasil Luis Inacio Lula da Silva telah memosisikan diri dan negaranya sebagai perantara perdamaian (peace broker). Sejalan dengan tradisi netralitas dan non-intervensi yang dianut Brasil, ia juga mengajukan sekelompok negara yang tidak terlibat perang, termasuk Indonesia, untuk ikut mendorong perundingan antara Ukraina dan Rusia.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan itu adalah terlibat langsung dalam pembicaraan dengan pihak-pihak yang berperang. Kesempatan ini muncul dalam dua pekan terakhir. Kesempatan pertama, dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di sela-sela KTT G7 di Hiroshima, Jepang, 19-21 Mei lalu. Kesempatan kedua, dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan yang akan digelar di 14-17 Juni mendatang.
Namun, Lula, demikian sapaan akrab presiden Brasil berusia 77 tahun itu, membuang kesempatan-kesempatan tersebut. Sementara dalam kasus batalnya pertemuan dengan Zelenskyy ada elemen kesalahpahaman, untuk kasus kedua ia sengaja tidak menggunakan kesempatan pertemuan untuk bertemu dengan Putin.
Baca juga: Presiden Brasil Usulkan Indonesia Masuk Tim Mediator Pendamai Ukraina-Rusia
Dalam pembicaraan via telepon dengan Putin, Jumat (26/5/2023), Lula menolak undangan ke Rusia. Putin mengundangnya menghadiri Forum Ekonomi Internasional di St Petersburg pada 14-17 Juni 2023. ”Saya tidak bisa pergi untuk saat ini. Walakin, saya menekankan kesiapan Brasil bersama India, Indonesia, dan China untuk berbicara dengan kedua pihak bertikai demi mencari perdamaian,” demikian disampaikan Lula di media sosial.
Kremlin menyebut, percakapan itu atas permintaan Lula. Percakapan disebut konstruktif dan substansial. Istilah diplomatik ini dimaksudkan untuk menggambarkan percakapan tanpa basa-basi dalam upaya upaya mencari solusi. Sayangnya, dalam diplomasi, percakapan konstruktif berarti belum ada kesepakatan. Meski demikian, para pihak setuju untuk terus berkomunikasi.
Baca juga: Mengapa Presiden Brasil dan Meksiko Tidak Hadir di KTT G20
Penolakan atas undangan Putin disampaikan sehari setelah Lula menelepon Presiden China Xi Jinping. ”Kami membahas kondisi dunia, pentingnya perdamaian di Ukraina, kehadiran dengan kita di KTT BRICS pada Agustus, serta tentang kemitraan strategis di tingkat bilateral,” lanjut Lula.
Tidak ada keterangan lebih detail dari Beijing dan Brasilia soal telepon kedua presiden itu. Konferensi Tingkat Tinggi BRICS akan digelar di Afrika Selatan pada 2-3 Juni 2023. BRICS merupakan singkatan yang diambil dari huruf depan nama Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan dalam bahasa Inggris.
Tak mau saingi China?
Tidak ada juga keterangan, apakah dalam pembicaraan antara Lula dan Xi juga disinggung tentang pembagian peran antara Brasil dan China dalam diplomasi untuk menghentikan perang Ukraina-Rusia. Pembicaraan via telepon antara Lula dan Putin terjadi tidak lama setelah Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menerima kunjungan Li Hui, Utusan Khusus China untuk perdamaian di Moskwa.
Di antara negara-negara kekuatan utama, China telah menyampaikan inisiatifnya untuk mendamaikan Rusia dan Ukraina. Beijing telah menyodorkan 12 poin inisiatif perdamaian di Ukraina. Dalam kunjungannya ke Moskwa, Maret lalu, Presiden Xi juga menyampaikan keinginan China untuk menjadi penengah dalam konflik tersebut.
Namun, inisiatif Beijing itu ditanggapi secara skeptis oleh Barat. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebut China tidak punya kredibilitas untuk menjadi mediator konflik Ukraina-Rusia. Dalam 12 poin inisiatif perdamaian di Ukraina, misalnya, meski disinggung soal desakan gencatan senjata, tidak ada klausul tentang keharusan penarikan pasukan Rusia dari wilayah-wilayah di Ukraina yang telah diduduki pasukan Rusia sejak invasi Februari 2022.
Baca: Xi Jinping Kunjungi Putin, Upaya Damai di Ukraina Jadi Pembicaraan Pertama
Saat menjamu Li Hui, Menlu Lavrov menyampaikan penghormatannya atas ”posisi berimbang” yang dipegang China. Seperti dirilis Kementerian Luar Negeri Rusia, Moskwa juga bersedia menerima peran positif yang dijalankan Beijing.
Moskwa berulang kali menegaskan bahwa perundingan-perundingan yang akan digulirkan harus didasarkan atas ’realitas-realitas baru’.
Rusia berulang kali menegaskan terbuka pada upaya perundingan damai dengan Ukraina. Upaya perundungan itu buntu sejak tiga bulan pascainvasi tahun lalu. Moskwa menyambut baik upaya mediasi dari China maupun Brasil.
Meski demikian, mereka menegaskan bahwa perundingan-perundingan yang akan digulirkan harus didasarkan atas ”realitas-realitas baru”. Ini berarti, bagi Moskwa, empat wilayah provinsi Ukraina yang diumumkan telah dianeksasi Rusia harus diterima sebagai wilayah mereka dalam perundingan nanti. Syarat inilah yang tidak bisa diterima Ukraina.
Kembali ke diplomasi Brasil. Dalam kebijakan luar negeri Brasil di bawah Lula, salah satu kepentingan terbesar Brasilia adalah hubungan dengan China. Saat melawat ke China dan bertemu Presiden Xi Jinping, pertengahan April lalu, Lula memperoleh komitmen investasi dari China senilai 10 miliar dollar AS. Dalam lawatan itu, ditandatangani 15 nota kesepahaman, termasuk dalam sektor pembangunan teknologi dan telekomunikasi.
Menurut media Pemerintah China, Brasil adalah penerima terbesar investasi China di Amerika Latin. Lula tidak hanya ingin investasi yang lebih banyak dari China. Ia juga ingin menjalin kemitraan yang lebih kokoh dengan Beijing, yang bisa menandingi hegemoni lembaga-lembaga ekonomi dan geopolitik dominan Barat, termasuk diplomasi terkait perang di Ukraina.
Belum ada niat berdamai
Selain faktor upaya menjalin kemitraan dengan China, ada persepsi di benak Lula bahwa situasi konflik Ukraina-Rusia, setidaknya hingga saat ini, belum mendukung upaya rintisan perundingan damai. Ia tidak mau membuang waktu dan energi pada upaya tersebut setelah melihat realitas di Ukraina dan Rusia.
Karena itu, meski sebelumnya telah berulang kali menyatakan hasrat untuk mendamaikan Kyiv dan Moskwa, Lula menampik undangan Putin untuk datang ke St Petersburg, kampung halaman Putin. Sejak masa kampanye pemilihan Presiden Brasil pada 2022, ia mengungkapkan hasrat untuk menjadi juru damai di Ukraina. Perang Rusia-Ukraina pecah sebelum periode kampanye pemilu Brasil dimulai.
Dalam beberapa hari terakhir, Lula memandang Kyiv-Moskwa tidak mau berdamai. Karena itu, ia tidak mau segera ke Rusia-Ukraina sekarang.
”Saya siap ke Rusia, ke Ukraina, berangkat ke ujung dunia sekali pun untuk membahas penghentian perang. Tidak sekarang karena mereka (Rusia-Ukraina) tidak mau. Perdamaian hanya dimungkinkan kalau kedua belah menginginkan itu. Tidak mungkin berbicara di tengah perang. Kami ingin serangan dihentikan dulu,” tutur Lula, sebagaimana dikutip media Brasil, Elglobo dan Estadao.
Perdamaian hanya dimungkinkan kalau kedua belah menginginkan itu. Tidak mungkin berbicara di tengah perang. Kami ingin serangan dihentikan dulu.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah Lula dan Zelenskyy batal bertemu di Hiroshima, Jepang. Pada 20-21 Mei 2023, mereka sama-sama ke Hiroshima untuk menghadiri KTT G7.
Menurut Elglobo dan Estadao, Lula menanti Zelenskyy di ruang yang telah disepakati protokoler kedua negara. Walakin, Zelenskyy tidak hadir. ”Saya tidak tahu apakah dia (Zelenskyy) punya pertemuan lain yang lebih penting. Faktanya adalah, (pertemuan Lula-Zelenskyy) dijadwalkan di ruangan ini pada pukul 15.15,” ujar Lula.
Baca juga: Dukungan Total untuk Ukraina Menutup Pertemuan Puncak Para Pemimpin G7
Selepas insiden di Hisroshima itu, Lula mengakui, ada perbedaan pendapat dengan Zelenskyy. Ia juga mengaku marah atas insiden di Hiroshima tersebut. Setelah itu, Lula melontarkan pernyataan bahwa tidak ada manfaatnya juga andai saat itu ia bertemu Zelenskyy. Alasannya, baik Zelenskyy maupun Putin sama-sama belum menginginkan perdamaian.
”Saat ini, keduanya sama-sama yakin bakal memenangi perang,” ujar Lula.
Walakin, ia memastikan akan terus berupaya mencari jalan mendamaikan Rusia-Ukraina. Pada April dan Mei 2023, Lula mengutus Celso Amorin ke Mokswa dan Kyiv. Amorin bertemu Putin dan Zelenskyy dalam dua pertemuan terpisah. Sebelum Amorin ke Kyiv, Lula menerima Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Brasilia. Kala itu, Lavrov telah menyerahkan undangan kepada Lula untuk hadir ke St.Petersburg pada pertengahan Juni 2023.
Lawatan Amorin ke Moskwa dan Lavrov ke Brasilia dikritik Kyiv dan mitranya. Brasilia mempertahankan posisi dengan menyatakan netralitas. Brasil salah satu negara yang secara terbuka menolak menyalahkan Rusia saja dalam perang Ukraina. Bagi Brasil, Rusia bukan satu-satunya pihak yang memicu perang. Meski demikian, Brasilia setuju dengan pendapat bahwa niat Kyiv-Moskwa faktor penting perdamaian.
Lula bolak-balik dikecam Kyiv dan mitranya gara-gara sikapnya soal perang Ukraina. Menurut Lula, isu Semenanjung Crimea bisa dibicarakan. Sementara soal perang saat ini, Amerika Serikat dan Eropa Barat dinilai memperburuk keadaan dengan pasokan persenjataan ke Ukraina.
Ukraina menolak usulan Lula soal Crimea. Bagi Ukraina, solusinya adalah Rusia menarik seluruh pasukan dari semua wilayah Ukraina. Sejak Ukraina resmi berpisah dari Uni Soviet pada 1991, Crimea termasuk wilayah Ukraina.
Pada 2014, mengatasnamakan referendum warga di sana, Rusia menduduki semenanjung itu. Di Crimea ada Pangkalan Laut Sevastopol yang dimiliki Moskwa sejak masa Kekaisaran Rusia, Uni Soviet, dan Federasi Rusia. (AFP/REUTERS)