Presiden Jokowi Pilih Sendiri Warna Baju Tenun untuk Mitra-mitranya
Para pemimpin ASEAN mengenakan baju tenun Manggarai pada KTT Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Kamis (11/5/2023). Presiden Jokowi sendiri yang memilihkan warna kain tenun untuk mitra-mitranya.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, KRIS MADA
·3 menit baca
MANGGARAI BARAT, KOMPAS — Para pemimpin ASEAN mengenakan baju tenun bermotif mata manuk pada hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi Ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Kamis (11/5/2023). Dilibatkannya baju tenun tradisional dalam forum tertinggi ASEAN itu bertujuan untuk memperkenalkan budaya Manggarai.
Masyarakat bisa menyaksikan para pemimpin ASEAN mengenakan baju tenun itu pada sesi foto yang disiarkan di akun Youtube Sekretariat Presiden. Konten yang disiarkan langsung mulai pukul 08.30 Wita itu juga ada rekamannya dalam akun Youtube yang sama.
Kepala pemerintahan dan kepala negara ASEAN mengenakan baju tenun dengan warna berbeda-beda. Namun, semuanya memiliki motif yang sama, yakni motif mata manuk.
Sesi foto dilakukan di serambi belakang salah satu hotel yang digunakan untuk lokasi pertemuan KTT Ke-42 ASEAN. Berlatar belakang pinisi yang sedang berlabung di Teluk Labuan Bajo, para pemimpin berfoto bersama mengenakan baju tenun.
Kepala pemerintahan dan kepala negara ASEAN mengenakan baju tenun dengan warna berbeda-beda. Namun, semuanya memiliki motif yang sama, yakni motif mata manuk. Menurut Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Provinsi NTT Julie Laiskodat, pemilihan warna dan motif itu langsung oleh Presiden Joko Widodo.
”Bapak Presiden sendiri yang menyeleksinya. Beliau yang pilih, tenun warna apa yang cocok dengan setiap kepala negara. Setelah dipilih, selanjutnya dijahit sesuai ukuran,” ujar Julie.
Julie mengatakan, Presiden ingin mengangkat budaya lokal untuk dipanggungkan ke kancah dunia melalui momentum KTT ASEAN yang berlangsung di Labuan Bajo. Motif mata manuk merupakan satu dari lebih kurang 700 motif tenun di NTT. Dalam bahasa Manggarai, manuk berarti ayam.
Maria Elisabeth C Pranda (66), tokoh perempuan Manggarai Barat, menuturkan, motif mata manuk merupakan motif khas daerah itu. Ayam memiliki relasi yang kuat dengan masyarakat suku Manggarai.
”Ayam biasanya digunakan dalam seremonial adat untuk menyambut tamu, persembahan kepada leluhur, persembahan kepada Tuhan, penanda waktu, dan banyak lagi. Ayam tidak bisa dilepaskan dari kehidupan orang Manggarai,” kata Maria yang menginisiasi penetapan motif tenun mata manuk menjadi tenun khas daerah itu.
Pemberian kain tenun mata manuk kepada pada para pemimpin ASEAN merupakan bentuk penghargaan masyarakat Manggarai kepada para tamu. Apalagi tamu kali ini merupakan tamu kehormatan. ”Sebagai orang Manggarai, kami pun merasa terhormat mendapat kesempatan ini,” ujar Maria.
Sementara itu, Karolina Andus (47), salah satu penenun, mengungkapkan kegembiraan dan rasa bangganya. Ini kesempatan pertama ia menenun untuk para kepala negara. Ia berharap, mereka nyaman mengenakannya.
Karolina berasal dari kampung Buas Ngancar, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat. Dari Labuan Bajo, kampung itu ditempuh dengan waktu perjalanan dua jam menggunakan mobil. Sebanyak 20 penenun ditugaskan membuat kain tenun tersebut.
Para penenun ini punya waktu hanya dua pekan untuk menyiapkan bahan terbaik berupa benang dan pewarna alami. ”Yang susah itu pewarna alami karena kami harus mencari bahannya berupa kulit kayu di tengah hutan. Kami harus jalan kaki selama berjam-jam,” ujarnya.
Bahan benang dengan pewarna alami akan menghasilkan tenun berkualitas tinggi. Lebih dingin dan tidak mudah luntur. Tenun dengan pewarna alami jarang ditemukan karena proses pembuatannya lebih lama dan tentu harganya mahal. Di pasaran lebih dominasi tenun menggunakan pewarna sintentis.