Konflik dan Bencana Alam, Faktor Pendorong Kenaikan Pengungsi Internal
Konflik dan bencana alam menjadi penyumbang terbesar kenaikan jumlah IDP secara global. Ukraina dan wilayah Sub-Sahara Afrika menjadi penyumbang terbesar IDP akibat konflik.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
AFP/GUEIPEUR DENIS SASSOU
Pengungsi Sudan dari daerah Tandelti yang menyeberang ke Chad, di Koufroun, dekat Echbara, Mingu (30/4/2023).
Geneva, Kamis — Jumlah pengungsi internal (IDP) mencapai rekor tertinggi tahun lalu, yaitu sebanyak 71,1 juta orang di seluruh dunia. Konflik dan bencana alam menjadi pendorong utama meningkatnya jumlah IDP.
Data Pusat Pemantauan Perpindahan Internal (IDMC) dan Dewan Pengungsi Norwegia di Geneva, Swiss, Rabu (10/5/2023), menyebutkan bahwa jumlah IDP mengalami peningkatan sebesar 20 persen dibanding tahun 2021 yang mencapai 60,9 juta orang.
IDMC menyebut, konflik dan kekerasan yang terjadi di banyak negara menjadi penyumbang terbesar gelombang pengungsi internal, yaitu sebanyak 28,3 juta. Perang di Ukraina yang terjadi akibat invasi Rusia pada 24 Februari 2022 sendiri telah mengakibatkan 17 juta pengungsi. “Angka pengungsi internal karena konflik dan kekerasan tiga kali lebih tinggi dari rata-rata tahunan selama satu dekade terakhir,” sebut IDMC dalam pernyataannya.
Direktur IDMC Alexandra Bilak menyebut kenaikan itu tergolong tinggi. Selain konflik dan perang, banjir dan bencana alam yang terjadi dari Amerika hingga ke Pasifik, menurut Bilak, menjadi penyebab tertinggi lain munculnya pengungsi internal.
AP PHOTO/MARWAN ALI
Asap hitam mengepul dari sebuah kawasan pemukiman di Khartoum Ibu Kota Sudan, Minggu (16/4/2023). Sebanyak 97 orang tewas, termasuk 41 orang warga sipil, akibat pertempuran dua kelompok yang berseteru, yaitu Jenderal Abdel Fattah Burhan yang memimpin Angkatan Bersenjata Sudan dengan Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo, pemimpin kelompok Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Jika dipilah berdasarkan lokasi geografis, wilayah Sub-Sahara Afrika menjadi salah satu penyumbang terbesar IDP, dengan jumlah 16,5 juta jiwa pengungsi internal. Lebih dari separuh mengungsi karena konflik, terutama di Republik Demokratik Kongo dan Etiopia.
Konflik yang baru-baru ini meletus di Sudan sendiri telah mengakibatkan 700.000 jiwa meninggalkan kota tempat asalnya dan mencari lokasi sementara yang lebih aman di dalam negeri. Sebanyak 150.000 jiwa, menurut data PBB, lebih memilih meninggalkan negara itu.
Data PBB berbeda dengan data yang dipegang oleh IDMC dan NRC. menurut perhitungan kedua lembaga, jumlah pengungsi di Sudan saat ini telah mencapai tiga juta jiwa.
EL
Seorang perempuan warga Ukraina berjalan di depan barikade antitank di pusat kota Kyiv, Ukraina, Senin (12/12/2022). Presiden Ukraina Vladymyr Zelenskyy kembali menyerukan agar militer Rusia menghentikan invasinya dan segera meninggalkan wilayah Ukraina.
Sudan, bersama sembilan negara lainnya, seperti Suriah, Afghanistan, Kongo dan Ukraina, menjadi kumpulan negara yang menyumbang pengungsi internal terbesar di tahun 2022. Data IDMC dan NRC, ke-10 negara tersebut di atas menyumbang tiga perempat jumlah pengungsi internal secara global.
”Gabungan konflik dan bencana sepanjang tahun lalu memperburuk kerentanan yang sudah ada sebelumnya, memicu perpindahan dalam skala yang sangat masif, belum pernah terlihat" kata Jan Egeland, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia.
Egeland menyebut kondisi tahun 2022 sebagai badai yang sempurna.
"Perang di Ukraina juga memicu krisis ketahanan pangan global yang paling parah melanda para pengungsi internal. Badai yang sempurna ini telah merusak kemajuan bertahun-tahun yang dibuat untuk mengurangi kelaparan dan kekurangan gizi global,” katanya.
Menunda Serangan Balik
Perang di Ukraina yang dalam data IDMC dan NRC telah menimbulkan gelombang baru pengungsi internal, akan memasuki babak baru. Militer Ukraina berencana melakukan serangan balik terhadap berbagai lokasi yang kini dikuasai militer Rusia. Akan tetapi, Presiden Volodymyr Zelenskyy menunda babak baru itu untuk menghindari jatuhnya korban jiwa yang besar di dalam tubuh militernya, rencana itu ditunda.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC dan disiarkan Kamis (11/5/2023), Zelenskyy mengatakan, dengan kemampuan yang dimiliki militer Ukraina, dirinya yakin serangan balik itu akan sukses.
“Tapi kami akan kehilangan banyak orang. Saya pikir itu tidak dapat diterima. Jadi kami harus menunggu. Kami masih membutuhkan lebih banyak waktu,” katanya.
AFP PHOTO / HO - UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE
Foto yang dikeluarkan oleh Biro Pers Istana Kepresidenan Ukraina, Senin (14/11/2022) memperlihatkan Presiden Volodymyr Zelenskyy memberikan penghormatan saat bendera Ukraina berkibar di salah satu gedung utama pemerintah di Kota Kherson, yang ditinggalkan Rusia, Jumat pekan lalu. Walau telah mendapat pasokan persenjataan yang cukup, Zelensky, Rabu (10/5/2023), menyatakan menunda rencana serangan balik untuk memukul militer Rusia dari Ukraina.
Sejak awal pertempuran, Ukraina telah menerima bantuan peralatan tempur, amunisi dan sistem persenjataan dari sekutu-sekutu baratnya. Bantuan persenjatan terbaru adalah pengiriman rudal jelajah Storm Shadow dari pemerintah Inggris yang akan memberi kemampuan bagi Kyiv utnuk menyerang sasaran lebih jauh, termasuk menjangkau wilayah Rusia.
Ben Wallace, Menteri Pertahanan Inggris menyebut, keputusan Inggris untuk mengirim Storm Shadow ke Ukraina semata-mata agar negara kecil itu memiliki kemampuan mempertahankan diri yang lebih baik.
Serangan balik Ukraina terhadap invasi Rusia telah diperkirakan terjadi selama berminggu-minggu. Ukraina menerima senjata canggih Barat, termasuk tank dan pertahanan udara, dan pelatihan Barat untuk pasukannya saat bersiap untuk serangan yang diharapkan.
Negara-negara Barat telah mengirimkan persenjataan senilai 70 miliar dolar Amerika Serikat pada Ukraina. Tambahan berbagai persenjataan dan peralatan tempur, termasuk sistem pertahanan udara, jet tempur, tank hingga rudal jelajah, menurut seorang pejabat senior NATO, membuat militer Ukraian memiliki keunggulan kualitas dibanding militer Rusia.
“Rusia sekarang mulai menggunakan material yang sangat tua, kemampuan yang sangat tua,” kata Laksamana Bob Bauer, ketua Komite Militer NATO, kepada wartawan Rabu malam di markas NATO di Brussels, Belgia.
Untuk mengantisipasi serangan balik Ukraina, Rusia telah melanjutkan serangan udara di Ukraina selama dua minggu terakhir setelah jeda hampir dua bulan. Moskow mengatakan Ukraina telah menggunakan drone untuk menyerang daerah yang diduduki dan wilayah Rusia di dekat perbatasan.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan menunda serangan balasan adalah tanda bahwa Barat harus meningkatkan dukungan militernya untuk Ukraina.
“Tentu saja, mereka membutuhkan lebih banyak persiapan. Mereka membutuhkan lebih banyak senjata. Mereka perlu mengumpulkan lebih banyak kapasitas, dan kitalah yang harus menyediakannya,” kata Borrell di Brussels. (AP/AFP/Reuters)