Sepeda Bambu dan Narasi Kekayaan Alam Flores
Sepeda bambu menjadi salah satu suvenir yang disiapkan bagi para pemimpin ASEAN yang menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Diharapkan, sepeda bambu asal Flores semakin mendunia.
”Hidup ibarat naik sepeda. Untuk menjaganya agar tetap seimbang, Anda harus tetap bergerak”. Kutipan populer dari Albert Einstein ini memberi posisi tersendiri bagi sepeda sebagai ilustrasi gamblang dalam memaknai hidup.
Saat ini bersepeda telah menjadi gaya hidup dan bahkan bagian dari kebutuhan hidup, yakni terkait upaya menjaga kebugaran. Sepeda pun mendapat tempat dalam rangkaian penyelenggaraan KTT ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, 9-11 Mei 2023. Sepeda dimaksud khususnya adalah sepeda yang memiliki rangka bambu.
Sebelumnya, salah satu momentum yang kian memopulerkan sepeda bambu di negeri ini adalah ketika Presiden Joko Widodo mengajak Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengayuh sepeda bambu di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, 6 Juni 2022. Keduanya bersepeda dari Istana menuju Resto Raasaa yang berlokasi di Kebun Raya Bogor.
Baca juga : Kejutan Sepeda Jokowi untuk PM Albanese
”(Oleh) karena cuacanya bagus dan naik sepeda ini, kan, ramah lingkungan. Saya kira kita harus memulai menyampaikan pesan betapa pentingnya kendaraan-kendaraan yang ramah lingkungan,” kata Presiden Jokowi saat menyampaikan keterangannya di Resto Raasaa.
Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi menawari PM Albanese untuk membawa sepeda bambu sekembalinya ke Australia. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada 15 Januari 2023, Presiden Jokowi pun menaiki sepeda bambu miliknya dari Istana Merdeka menuju kawasan hari bebas kendaraan bermotor di ruas Jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta.
Baca juga : Diplomasi "Hijau" Presiden Joko Widodo lewat Sepeda Bambu
Sebagaimana disampaikan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Nusa Tenggara Timur, Julie Laiskodat, sepeda bambu direncanakan juga menjadi suvenir bagi para pemimpin ASEAN yang mengikuti KTT di Labuan Bajo.
Kita akan mendukung ASEAN green mobility. Kita mendorong kota-kota di ASEAN untuk ramah terhadap pesepeda.
Ditemui di lokasi pameran Batu Cermin, Ketua Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Monica Tanuhandaru menuturkan, pihaknya ingin memanfaatkan bambu dari Flores. Dijadikannya sepeda bambu sebagai suvenir bagi kepala negara di ASEAN dapat mengenalkan produk unggulan daerah ke level lebih tinggi.
”Kita bilangnya, kita akan mendukung ASEAN green mobility. Kita mendorong kota-kota di ASEAN untuk ramah terhadap pesepeda. Nanti pada September kita akan kampanye ‘Ayo sepeda ke sekolah’,” kata Monica.
Tujuh produsen di dunia
Ia menuturkan, saat ini ada tujuh produsen sepeda bambu di dunia. ”Di Amerika ada di Denver dan California. Selain itu juga di Portugal, Jerman, Inggris, Ghana, dan Indonesia,” ujar Monica.
Ia mengatakan, bambu yang selama ini dipakai sebagai rangka sepeda berasal dari sembilan kabupaten. Tujuh kabupaten berada di Flores, yakni Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, dan Sikka. Dua penghasil bambu lainnya ada di Jawa, yakni Mojokerto dan Yogyakarta.
Bahan baku dari Flores dan dikerjakan di Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. ”Nanti akan ada pabriknya di sini, dibangun di Batu Cermin, untuk mendekatkan ke sumber bahan baku. Ini tadi masih DED (detail engineering design), jadi mungkin mulai Agustus tahun ini. Jadi, (ini) pabrik bambu laminasi, pabrik sepeda, anyaman, sama limbahnya dijadikan pelet untuk biomassa,” ujar Monica.
Baca juga : Upaya Memuliakan Bambu
Pembuatan satu unit sepeda bambu, sejak pemrosesannya, paling cepat satu bulan. Bambunya sendiri dipanen saat sudah berumur empat tahun. ”Kalau dari rakitannya, cepat. (Prosesnya mulai) dari panen bambunya, diawetkan, dikeringkan, di-press. Soal daya tahan? Saya sudah punya (sepeda bambu) 10 tahun. Saya pakai tiap hari. Tidak ada perawatan khusus, dibersihkan aja,” kata Monica.
Rentang harga sepeda bambu di pasaran berkisar Rp 15 juta-Rp 30 juta, tergantung jenis materi komponen lain berikut kelengkapan sepedanya. ”Frame-nya (rangkanya) ini sekitar Rp 7 juta sampai Rp 8 juta,” kata Monica.
Berkaitan daya tahan menempuh jarak jauh, Duta Jenama Spedagi, Wisli Sagara, menuturkan, dirinya beberapa waktu lalu mengayuh sepeda bambu dari kilometer nol di Sabang sampai Jakarta. Pernah pula dia bersepeda bambu dari Jakarta ke Bajawa menempuh jarak 2.100 kilometer. Pada Agustus 2023, Wisli juga akan ikut tur sepeda tertua di Perancis menempuh jarak 1.200 km menggunakan sepeda bambu.
Menurut Wisli, kelebihan sepeda bambu adalah empuk, ada fleksibilitas. ”Beratnya, sih, mirip-mirip sama sepeda besi. Karena yang dipakai ini, kan, bukan bambu yang dalamnya kosong, tapi bambu padat. Ini belahan-belahan bambu yang ditangkupkan, dipadatkan, dan baru dibentuk (dibubut),” katanya.
Monica mengungkapkan, selama pandemi Covid-19 pihaknya menyemai 3,5 juta bibit bambu. Bambu tersebut kemudian ditanam di sejumlah daerah.
Baca juga : Ratusan Perempuan di Ngada Hijaukan Anakan Bambu di Lahan Kritis
Juruslan Rangga Ndima, koordinator penanaman bambu di Kabupaten Nagekeo, menuturkan pihaknya pada tahun 2021-2022 menanam sekitar 337.000 bibit di 650 hektar yang tersebar di lahan kritis, termasuk di pinggir sungai. ”Kami bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat. Jadi, ada bibit, dan kita mengajak mereka untuk menanam sambil kampanye adaptasi perubahan iklim dan perlindungan mata air,” katanya.
Juruslan menuturkan, setelah menanam sekitar 337.000 bibit pada tahun 2021-2022, pada tahun ini akan ditanam lagi 56.000 bibit. ”Pendekatan kami adalah melalui kelompok. Tahun ini ada sekitar 12 desa yang masing-masing ada satu kelompok. Kemarin, di tahun 2021-2022, ada 16 desa,” ujarnya.
Sembari diajak menanam bambu, masyarakat pun dikenalkan manfaat bambu sebagai bahan untuk anyaman hingga sepeda. Warga pun antusias. ”(Hal ini) karena memang kedekatan sosial masyarakat Nagekeo, dan pada umumnya Flores, dengan bambu dekat. Selain penting untuk menyimpan air, unsur bambu juga selalu ada dalam kegiatan adat,” kata Juruslan.
Baca juga : Komunitas Dorong Penghijauan DAS dengan Bambu
Hal baru bagi masyarakat, menurut Juruslan, adalah ketika mereka dikenalkan bahwa bambu dapat lebih bermanfaat dengan sentuhan inovasi. Inovasi dimaksud semisal pemanfaatan bambu sebagai bahan rangka sepeda.
Kompas mencoba mengayuh sepeda minivelo di lokasi Pameran Batu Cermin, Labuan Bajo. Laju sepeda hampir sama dengan sepeda berbahan lain. Bobotnya relatif ringan. Sempat ada keraguan akan kekuatan rangka sepeda yang 50 persen berbahan bambu itu. Setelah beberapa kali putaran, barulah timbul keyakinan bahwa sepeda bambu dapat menahan beban tubuh.
Erlin Meo dari Kampus Bambu Turetogo, Kabupaten Ngada, mengatakan, bambu jenis petung (Dendrocalamus asper) yang dijadikan bahan pembuatan rangka sepeda merupakan bambu yang kuat. Terbukti, selama bertahun-tahun masyarakat setempat menggunakan bambu petung untuk konstruksi bangunan.
”Bambu petung biasanya digunakan untuk tiang rumah dan rangka atap. Kalau tanpa pengawet, lima tahun sudah harus diganti. Kalau dengan pengawet, diperkirakan bambu masih bisa bertahan selama 50 tahun,” ujar Erlin, yang juga warga Ngada.
Hingga kini bambu masih menjadi bahan utama untuk bangunan. Kendati banyak orang sudah beralih ke beton, bangunan tertentu, seperti rumah adat, masih tetap menggunakan bambu. Selain tuntutan aturan adat, bambu juga masih dianggap sebagai bahan yang kuat.
Baca juga : Tenun Mata Manuk dan Sepeda Bambu, Suvenir KTT ASEAN
Kekuatan itulah yang menjadi salah satu alasan bambu petung dianggap dapat digunakan sebagai rangka sepeda. Bambu yang berusia sekitar empat tahun dipotong kemudian dibelah menjadi bentuk bilah-bilah. Selanjutnya, bilah bambu dikirim ke Temanggung, Provinsi Jawa Tengah, untuk diproses menjadi rangka sepeda.
Menurut dia, para petani di Ngada dan wilayah lain di Pulau Flores merasa bangga dengan produksi sepeda bambu yang bahannya berasal dari kebun mereka. Terlebih lagi, sepeda itu nantinya menjadi suvenir bagi para pemimpin yang hadir dalam KTT ASEAN.
Jika sepeda itu nantinya digunakan di negara mereka, diharapkan ada pula narasi tentang sejarah pembuatan sepeda, termasuk sumber bambu. Dari situ, orang semakin mengenal Flores dengan segala macam kekayaan alamnya. Termasuk posisi Flores sebagai daerah dengan produksi bambu tertinggi di Indonesia.