ASEAN menjadi platform yang terbukti stabil dan mampu mengangkat ekonomi negara-negara anggotanya. Namun sejumlah tantangan lama masih bertebaran dan tantangan baru bermunculan yang berisiko menghambat potensinya.
Oleh
SUTTA DHARMASAPUTRA, FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pemutakhiran penguatan kelembagaan dan penataan kebijakan ASEAN dalam kepemimpinan Indonesia pada 2023 sudah semestinya memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar kepada negara-negara ASEAN. Indonesia sebagai ekonomi terbesar kawasan, juga sudah layak dan sepantasnya memanfaatkannya guna naik kelas dari negara berpendapatan menengah menjadi berpendapatan tinggi.
”Kalau ekonomi kita berhasil lolos (dari jebakan negara berpendapatan menengah), maka ekonomi Indonesia bisa naik ke nomor 7 dunia,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam bincang-bincang dengan sejumlah pemimpin redaksi di Jakarta, Kamis (4/5/2023).
Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan produk domestik bruto (PDB) terbesar ke-16 di dunia. Dalam perhitungan PDB per kapita, Indonesia berada pada kelompok negara berpendapatan menengah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, PDB per kapita rata-rata Indonesia pada 2022 adalah 4.783,9 dollar Amerika Serikat (AS). Sementara batas minimum PDB per kapita negara dalam kelompok berpendapatan tinggi rata-rata adalah 13.589 dollar AS. Ini merupakan standar yang ditetapkan Bank Dunia pada 2022.
Artinya, Indonesia pada perhitungan hari ini butuh mendongkrak PDB per kapitanya hampir tiga kali lipatnya. Sementara, kecepatan pertumbuhan PDB Indonesia selama satu dekade terakhir, 2012 ke 2022, lajunya tak sampai dua kali lipat.
Dengan demikian, tanpa percepatan laju pertumbuhan ekonomi, Indonesia bisa semakin lama tinggal kelas di kelompok negara berpendapatan menengah. Dengan kata lain Indonesia masuk dalam jebakan negara berpendapatan menengah.
Jebakan negara berpendapatan menengah adalah situasi di mana ekonomi suatu negara stagnan di kelas berpendapatan menengah dalam waktu yang sangat lama, puluhan tahun. Ini adalah fenomena yang banyak terjadi di berbagai negara. Hanya beberapa negara yang berhasil menghindari jebakan itu. Di antaranya adalah Korea Selatan.
”Kalau pendapatan (PDB per kapita) kita (sekitar) 4.000 dollar AS (hari ini), kita harus dongkrak jadi 14.000 dollar AS. Kalau pemerintah ke depan tidak siap, kita akan terus di bawah 10.000 dollar AS,” kata Airlangga.
ASEAN, mengutip bahan paparan Airlangga, merupakan platform yang semestinya bisa meningkatkan laju pertumbuhan negara-negara anggotanya. Termasuk di dalamnya adalah Indonesia.
Saat ini, ASEAN sebagai blok ekonomi berada di peringkat 7 dunia. PDB ASEAN pada 2022 mencapai 3,66 triliun dollar AS. Sekitar separonya disumbang Indonesia. Ke depan, ekonomi ASEAN diperkirakan akan terus tumbuh sehingga menjadi kekuatan ekonomi terbesar ke-4 di dunia.
Catatan dalam paparan Airlangga adalah bahwa perdagangan intra-ASEAN atau antar negara anggota ASEAN masih relatif kecil dibanding dengan ekstra-ASEAN. Oleh sebab itu, perlu dilakukan terobosan. Konsep Komunitas Ekonomi ASEAN yang menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi merupakan instrumen utamanya.
Pada saat yang sama, Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) potensial untuk terus mengembangkan ekonominya. RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas melibatkan ASEAN dan enam negara mitra, yakni Australia, Jepang, China, Selandia Baru, Korea Selatan, dan India.
ASEAN secara internal, masih merujuk bahan paparan Airlangga, sudah memiliki modal dasar yang bagus. Ini antara lain direpresentasikan dengan jumlah penduduk yang besar, politik dan keamanan yang stabil, dan ekonomi yang terus tumbuh.
Dengan berbagai strategi dan keunggulan tersebut, Airlangga berharap Indonesia bisa memacu pertumbuhan ekonominya. Mendasarkan pada perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, butuh pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen agar Indonesia bisa naik kelas ke kelompok negara berpendapatan tinggi. Jika rata-rata hanya 5 persen sebagaimana terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Indonesia akan semakin lama di kelompok negara bependapatan menengah.