Kelompok Antikerajaan Diperbolehkan Unjuk Rasa Selama Penobatan Charles
Upacara penobatan bukan berarti yang bagus-bagus saja yang ditunjukkan. Kritik terhadap Kerajaan Inggris juga dipertontonkan.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
AFP/YUI MOK
Raja Inggris Charles III dan Permaisuri Camilla menghadiri pesta kebun di Istana Buckingham, London, pada 3 Mei 2023. Charles akan dinobatkan sebagai raja pada 6 Mei 2023.
Tak semua warga Inggris gegap gempita menyambut hadirnya raja baru. Satu hari menjelang upacara penobatan Raja Inggris Charles III, kelompok pro-republik akan berunjuk rasa menentang sistem negara monarki yang menurut mereka sudah tidak sejalan dengan perkembangan dunia. Terdapat pula perdebatan di masyarakat soal pembiayaan ongkos upacara yang sebagian diambil dari uang pajak.
Republic, organisasi yang mendukung perubahan sistem pemerintahan Inggris Raya dari monarki konstitusional ke republik, memastikan setidaknya ada 1.700 anggota mereka akan mendatangi Istana Buckingham. Mereka juga berencana datang ke titik-titik yang akan dilewati kereta kencana Charles dari Biara Westminster ke Buckingham pada Sabtu (6/5/2023).
Menteri Keamanan Inggris Tom Tugendhat, kepada BBC, Kamis (4/5/2023), mengatakan, pemerintah mengizinkan unjuk rasa sebagai kebebasan berekspresi. ”Ini bagian dari asas demokrasi kita. Selama unjuk rasa dilakukan dengan damai, tidak akan dilarang,” ucapnya.
Ketua Republic Graham Smith mengatakan, organisasi ini menentang sistem negara berbentuk kerajaan. Inggris telah menjadi monarki selama 1.000 tahun. ”Ini sistem yang diskriminatif dan melahirkan berbagai peristiwa yang melanggar hak asasi manusia, salah satu contohnya ialah perbudakan,” ujarnya.
Menurut Smith, kerajaan secara umum tidak lagi sejalan dengan dunia modern. Pada intinya, raja atau ratu adalah orang yang menerima segala keistimewaan, mulai dari status hingga harta, tanpa harus bekerja dan meniti karier. Tidak ada syarat kompetensi profesional untuk status ini sehingga sudah tidak adil bagi sistem masyarakat sekarang.
AP/EMILIO MORENATTI
Seorang pegawai menata dekorasi jendela sebuah toko yang dihiasi lukisan Raja Inggris Charles III di London, Kamis (4/5/2023).
Pusat Kajian Sosial Nasional Inggris (NCSR) menerbitkan hasil jajak pendapat yang mengungkapkan bahwa hanya 29 persen responden yang mengatakan kerajaan itu penting. Mayoritas orang yang menjawab itu adalah generasi tua berumur 50 tahun ke atas. Adapun generasi muda mengatakan kerajaan hanya simbol tanpa kekuatan politik. Oleh sebab itu, tidak relevan ataupun efisien lagi.
Tak heran jika dalam survei YouGov, pekan lalu, kepopuleran Charles menurun walaupun secara umum masih positif. Ia menempati peringkat keempat di antara anggota keluarga kerajaan. Peringkat pertama diduduki oleh menantunya, Kate Middleton. Peringkat kedua adalah putra sulung Charles, Putra Mahkota William. YouGov menjelaskan bahwa meskipun masih relatif populer, citra positif anggota keluarga kerajaan ini tidak otomatis bermakna bahwa rakyat tetap menginginkan sistem monarki dipertahankan.
Ahli hukum tata negara di Universitas Bangor, Wales, Craig Prescott, menjelaskan, perdebatan mengenai peralihan ke sistem republik memang ramai di masyarakat. Namun, bagi partai politik, baik konservatif maupun liberal, isu ini sejatinya belum banyak diulas. Isu kestabilan negara dan ekonomi merupakan topik-topik terpenting bagi mereka.
”Lagi pula, sejarah membuktikan bahwa Inggris merupakan kerajaan yang paling adaptif di dunia. Ini yang membuat mereka bisa bertahan begitu lama dan tetap populer di mata dunia, terlepas sejumlah skandal yang menerpa anggota keluarga kerajaan,” tutur Smith.
Beberapa contoh adaptasi yang dilakukan Charles ialah merampingkan jumlah anggota keluarga kerajaan yang aktif bertugas, yaitu mereka dikenal dengan istilah working royal. Hal ini berarti hanya segelintir orang di dalam keluarga kerajaan yang diberi tugas dan wewenang untuk mewakili raja dalam berbagai kegiatan kerajaan.
”Perampingan jumlah working royal untuk memastikan anggaran kerajaan digunakan secara tepat guna dan tepat sasaran,” ujar Charles.
AP PHOTO/VADIM GHIRDA
Warga berjalan melewati instalasi seni yang menggambarkan mahkota St Edward di pusat kota London, Rabu (3/5/2023). Penobatan Raja Charles III akan berlangsung di Westminster Abbey pada 6 Mei 2023.
Charles belum mengumumkan nama-nama anggota keluarga yang diberi tugas tersebut, tetapi ia sudah mengumumkan niat ini sejak disahkan sebagai raja pada September 2022.
Dari segi upacara, skala penobatan Charles hanya seperempat dari penobatan ibunya, Ratu Elizabeth II, pada tahun 1953. Ketika itu, ada 8.000 tamu kenegaraan yang diundang. Charles hanya mengundang 2.000 tamu. Busana yang akan ia kenakan pada acara penobatannya pun lungsuran dari milik kakeknya.
Sebagai raja Inggris, Charles juga merupakan Kepala Gereja Anglikan. Meskipun demikian, ia kini mengakui kemajemukan beragama di Inggris. Hal ini disimbolkan di dalam salah satu prangko resmi penobatannya yang bergambar masjid, wihara, pura, gereja, dan sinagog bersama-sama sekelompok orang yang memakai busana khas agama-agama tersebut. Dua prangko resmi lain menggambarkan isu-isu sekuler, seperti ekonomi berkelanjutan dan pembangunan.
Walaupun demikian, wartawan senior Clive Irving menulis pada kolom opini Daily Beast bahwa hal itu tidak menjawab relevansi monarki dengan kebutuhan masyarakat sekarang. ”Ketika Elizabeth dinobatkan 70 tahun lalu, masyarakat masih menganggap kerajaan relevan. Sekarang, terlepas dari masyarakat menyukai para anggota keluarga kerajaan sebagai figur publik, hal ini tidak bisa dimaknai bahwa kerajaan itu harus dipertahankan,” tulisnya.
AP/POOL/JAMIE LORRIMAN
Pangeran William (kanan) dan Kate, Princess of Wales (tengah), mengunjungi Dog & Duck Pub di London, Kamis (4/5/2023), untuk meninjau persiapan penobatan Raja Inggris Charles III yang akan berlangsung pada Sabtu (6/5/2023).
Dari sektor ekonomi, keluarga kerajaan memberi pemasukan signifikan untuk pariwisata Inggris. Ongkos penobatan Charles diperkirakan sebesar 50 juta-100 juta poundsterling, Jumlah pastinya belum dibuka kepada publik. Biaya ini ditanggung oleh negara dan Istana Buckingham. Pendapatan istana berasal dari Sovereign Grant dan Privy Purse, yakni hasil penyewaan tanah dan aset milik kerajaan.
Berdasarkan survei YouGov, 52 persen responden menolak apabila anggaran negara digunakan untuk penobatan. Apalagi, Inggris sedang mengalami inflasi yang sekarang nilainya sudah 10 persen. Harga kebutuhan pokok, bahan bakar, dan listrik melonjak.
Kamar Dagang dan Industri London (LCCI) memperkirakan upacara penobatan bisa mendatangkan omzet sebesar 350 juta poundsterling dari pariwisata. Kota London merupakan penyumbang 20 persen pendapatan domestik bruto. (AP)
Editor:
MUHAMMAD SAMSUL HADI, BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO