Penjara Dibobol, Tahanan di Sudan Bebas Berkeliaran
Di tengah konflik bersenjata di Sudan, terjadi pembobolan penjara-penjara. Para tahanan pun melarikan diri, termasuk sejumlah tersangka penjahat perang.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
GENEVA, JUMAT - Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa konflik bersenjata di Sudan berisiko makin bereskalasi. Selain pelanggaran gencatan senjata yang terus terjadi dan kekerasan yang terus berlangsung, para tahanan juga melarikan diri dari penjara. Termasuk di antaranya adalah sejumlah tersangka penjahat perang.
”Kami sangat-sangat khawatir dengan insiden pembobolan penjara. Kami amat khawatir adanya risiko kekerasan yang akan makin berlanjut saat situasi menunjukkan bahwa tidak ada orang bersalah (di Sudan) yang bisa dihukum,” kata Juru Bicara Kantor Hak Asasi Manusia PBB Ravina Shamdasani kepada wartawan di Geneva, Jumat (28/4/2023).
Kami sangat-sangat khawatir dengan insiden pembobolan penjara. Kami amat khawatir adanya risiko kekerasan yang akan makin berlanjut saat situasi menunjukkan bahwa tidak ada orang bersalah (di Sudan) yang bisa dihukum.
Ravina juga memperingatkan bahwa pertempuran di antara dua faksi militer di Sudan telah memicu konflik antaretnis di wilayah Darfur barat. Dalam beberapa hari terakhir, hampir 100 warga tewas.
Termasuk para tahanan yang melarikan diri di Sudan adalah sejumlah tersangka pelaku kejahatan perang yang ditahan dalam pengamanan ketat. Salah satunya adalah Ahmed Haroun yang melarikan diri bersama loyalisnya dari penjara Kober di Khartum. Bahkan, pada Selasa (25/4), Haroun tampil di TV Tayba Sudan mengonfirmasi bahwa dirinya telah keluar dari penjara.
Haroun adalah salah satu tokoh dalam konflik bersenjata di Darfur dari 2003 dan Kordofan Selatan sejak 2011. Ia menghadapi dakwaan dari Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).
Tiga WNI terluka
Kecuali tiga warga negara Indonesia (WNI) yang sedang dirawat setelah kecelakaan, semua warga Indonesia telah dievakuasi dari Sudan pada Jumat (28/4). Kesulitan evakuasi, antara lain, tecermin dari insiden penembakan terhadap pesawat Turki.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengatakan, pesawat TNI Angkatan Udara mengangkut gelombang besar terakhir evakuasi dari Port Sudan. Seperti gelombang sebelumnya, evakuasi menuju Jeddah, Arab Saudi. ”Banyak sekali tantangannya,” ujarnya di Jakarta.
Hingga Jumat pagi, tinggal 111 WNI di Port Sudan. Sedianya, mereka akan diterbangkan ke Jeddah pada Jumat pukul 20.00 waktu setempat. Kelompok WNI terakhir ini adalah bagian dari 897 WNI yang setuju dievakuasi dari Sudan.
Hingga Jumat pagi, tinggal 111 WNI di Port Sudan. Sedianya, mereka akan diterbangkan ke Jeddah pada Jumat pukul 20.00 waktu setempat.
Dari 111 WNI itu, tiga orang dirawat di rumah sakit karena kecelakaan di Atbara. Di kota kecil itu, salah satu dari tujuh bus yang mengevakuasi WNI gelombang kedua mengalami kecelakaan tunggal karena jalanan rusak. Kota itu dilewati dalam perjalanan dari Khartum menuju Port Sudan.
Selain dengan pesawat TNI AU, WNI diangkut dari Port Sudan ke Jeddah dengan kapal milik Arab Saudi. Adapun pesawat Hercules C-130 milik Angkatan Bersenjata Turki ditembak kala hendak lepas landas pada Jumat.
Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan kelompok milisi RSF saling menyalahkan atas insiden itu. Berulang kali SAF-RSF saling menyalahkan di tengah pertempuran yang berlangsung sejak Sabtu (15/4) itu.
Pelanggaran gencatan senjata menjadi salah satu tantangan evakuasi. Bagi Indonesia, masih ada kewajiban mengevakuasi tiga WNI yang masih dirawat di Port Sudan. Hingga Jumat siang WIB, belum ada kepastian apakah tiga WNI itu bisa diterbangkan ke Jeddah. Dengan kondisi patah kaki, sulit membawa mereka bepergian dengan pesawat atau kapal.
Sementara dari Jeddah, Indonesia memulangkan warganya secara bertahap dengan pesawat komersial. Pada Jumat pagi, 385 WNI tiba dari Jeddah dengan pesawat komersial.
Pada Sabtu (29/4) malam, gelombang kedua evakuasi dari Jeddah akan kembali menggunakan pesawat komersial. Adapun gelombang besar terakhir dijadwalkan Minggu (30/4) dengan pesawat TNI AU. Penerbangan Minggu sekaligus menutup upaya evakuasi.
Dari Jeddah, Indonesia memulangkan warganya secara bertahap dengan pesawat komersial. Pada Jumat pagi, 385 WNI tiba dari Jeddah dengan pesawat komersial.
Situasi di Sudan sama sekali berbeda dengan Ukraina. Di Ukraina, Indonesia bisa berkomunikasi dengan Kyiv-Moskwa untuk menyampaikan rencana evakuasi. Para pihak setuju memberikan jeda dan jalur evakuasi.
Sementara di Sudan, tidak ada pihak yang bisa menjamin ketersediaan jalur kemanusiaan. Anggota SAF dan RSF tetap baku tembak secara sporadis meski berkali-kali menyepakati gencatan senjata. (AFP/REUTERS/RAZ)