Popularitas Raja Charles III Menurun, tetapi Citranya Tetap Positif
Charles kurang populer, tetapi masyarakat mengakui ia serius menunaikan tugas sebagai kepala negara.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
VICTORIA JONES/POOL PHOTO VIA AP
Raja Inggris Charles III berpidato di Istana St James, London, 10 September 2022. Ia resmi menjadi kepala negara Kerajaan Inggris Raya menggantikan ibunya, Ratu Elizabeth II, yang mangkat.
Penobatan Raja Charles III dari Inggris tinggal sepekan lagi. Selagi sebagian dunia sibuk mengikuti perkembangan gosip keluarga kerajaan mengenai kemungkinan datang atau tidaknya Pangeran Harry dan istrinya, Meghan Markle, ke upacara penobatan, masyarakat Inggris mengawasi kinerja kepala negara baru mereka yang sejauh ini dinilai relatif memuaskan.
Penilaian itu tertuang di dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga Ipsos untuk wilayah Inggris dan Irlandia. Hasil jajak pendapat diterbitkan pada Jumat (28/4/2023). Charles dijadwalkan dinobatkan pada 6 Mei.
Dalam pertanyaan pertama di survei itu terungkap bahwa kepopuleran Charles menurun apabila dibandingkan dengan tahun lalu. Sebanyak 49 persen masyarakat Inggris Raya mengatakan menyukai raja mereka dan 9 persen mengatakan tidak suka. Adapun sisanya menjawab tidak tahu.
Persentase ini menurun jauh dibandingkan dengan jajak pendapat September 2022, ketika ibunda Charles, Ratu Elizabeth II, mangkat. Pada saat itu, sebanyak 65 persen masyarakat Inggris Raya mengatakan menyukai Charles yang masih menjadi Putra Mahkota.
Dalam pertanyaan kedua survei Ipsos 2023, sebanyak 57 persen responden mengaku puas dengan kinerja Charles III sebagai raja. Sekali lagi, angka itu turun dibandingkan dengan Mei 2022 ketika Charles masih pangeran. Tahun lalu, 65 persen responden mengatakan Charles menunaikan tugas-tugas kerajaan dengan baik.
”Secara umum, citra Raja Charles masih positif. Ini modal sosial yang baik untuk kepemimpinannya,” kata Direktur Utama Ipsos Inggris Raya dan Irlandia Kelly Beaver.
Di samping itu, selama dua tahun berturut-turut Kate Middleton menjadi anggota keluarga kerajaan yang paling disukai rakyat. Kate adalah istri dari Pangeran William, putra sulung Charles dan mendiang Diana Spencer yang kini merupakan Putra Mahkota Inggris. Berbaris di urutan buncit adalah adik William, Pangeran Harry, dan Meghan. Berbagai drama keluarga yang diumbar Harry dan Meghan ke tabloid di Amerika Serikat mengurangi simpati rakyat kepada mereka.
Raja Inggris Charles III menyapa warga di Dunferlime, Skotlandia, pada 3 Oktober 2022.
Istana Buckingham dalam keterangan tertulis di laman resmi mengatakan, upacara penobatan Charles III akan berlangsung megah dan berpegang erat kepada adat istiadat monarki yang telah ada sejak abad ke-10 itu. Pada saat yang sama, upacara itu juga dirancang dengan berbagai simbolisme yang mencerminkan relevansi monarki bagi masa depan Inggris maupun dunia.
Salah satu simbol relevansi ini adalah peluncuran prangko kerajaan terbaru oleh Royal Mail atau Kantor Pos Inggris Raya. Set ini terdiri dari empat prangko, pertama bergambar suasana penobatan Charles III. Prangko kedua bergambar masjid, gereja, vihara, sinagog, dan pura. Terpampang pula orang-orang berbusana khas penganut agama-agama tersebut dan busana modern sedang bercakap-cakap. Tertulis slogan ”kemajemukan dan komunitas”.
Prangko ketiga bertulis slogan ”persemakmuran” yang bergambar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di negara-negara yang masih mengakui Raja Inggris sebagai kepala negara mereka. Adapun prangko keempat bertuliskan ”keberlanjutan dan kelestarian” dengan gambar idustri sekaligus hutan.
”Ini nilai-nilai yang dianut oleh Raja Charles III. Sejak tahun 1980-an, Charles aktif mengampanyekan pelestarian lingkungan yang kemudian menjadi kampanye mitigasi krisis iklim,” kata Direktur Humanist UK Andrew Copson kepada harian The Telegraph.
Nilai-nilai itu, lanjut Copson, yang menjadikan Charles relevan dengan perubahan zaman. Berkaca dari prangko penobatan Ratu Elizabeth II 70 tahun lalu maupun para pendahulunya, gambar yang ditampilkan sarat dengan simbol-simbol agama Kristen Anglikan. Sekarang, prangko kerajaan menjadi lebih sekuler sesuai dengan dinamika masyarakat Inggris.
Berdasarkan sensus nasional tahun 2022, sebanyak 37,2 persen warga Inggris atau setara dengan 22,2 juta orang mengidentifikasi diri sebagai tidak menganut aliran agama apa pun. Ini menjadikan Inggris sebagai negara paling sekuler di dunia. Kerajaan menangkap fenomena ini dengan menonjolkan nilai-nilai kemanusiaan universal dibandingkan retorika keagamaan untuk masa pemerintahan Charles. (Reuters)