AS Pastikan Pasokan Bantuan Pertahanan ke Filipina Selama 5-10 Tahun
AS akan memberi bantuan pertahanan kepada Filipina selama 5-10 tahun. Bantuan itu mencakup persenjataan untuk mempertahankan diri dari ancaman pihak lain, termasuk China di kawasan Laut China Selatan.

Dari kiri ke kanan, Perwira Penanggung Jawab Departemen Pertahanan Nasional Filipina Carlito Galvez, Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, menghadiri konferensi pers bersama di Departemen Luar Negeri AS, Selasa (11/4/2023), di Washington, AS.
WASHINGTON, SELASA —Amerika Serikat dan Filipina sepakat segera menyelesaikan peta jalan kerja sama pertahanan dalam beberapa bulan mendatang. Peta jalan ini mencakup bantuan pertahanan dari AS untuk Filipina selama 5-10 tahun ke depan. Bantuan pertahanan dari AS itu antara lain berupa radar, pesawat tanpa awak, pesawat angkut militer, dan sistem pertahanan pesisir dan udara.
Sebelumnya, Filipina memberikan izin akses kepada AS untuk menggunakan pangkalan militernya di sembilan lokasi di bawah Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA).
Baca Juga: Filipina Disesaki Pangkalan Militer AS
Kesepakatan peta jalan ini merupakan hasil pertemuan 2+2 antara AS dan Filipina di Washington, AS, Selasa (11/4/2023). Dalam pertemuan itu hadir Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menlu Filipina Enrique Manalo.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan, kesepakatan ini untuk mendukung sekutu lama dan berbagi keprihatinan dengan perilaku China yang semakin mengkhawatirkan. Dalam jumpa pers, Manolo mengatakan, kedua belah pihak menegaskan komitmen untuk memodernisasi hubungan Filipina-AS karena keduanya perlu memainkan peran lebih kuat dalam menjaga tatanan internasional berdasarkan hukum internasional.

Wakil Direktur Latihan AS Mayor Jenderal Eric Austin dari Korps Marinir berjabat tangan dengan Direktur Latihan Angkatan Bersenjata Filipina Mayor Jenderal Marvin Licudin saat upacara pembukaan latihan militer bersama bertajuk Balikatan di Camp Aguinaldo, Selasa (11/4/2023).
Para ahli menyebutkan, AS melihat Filipina sebagai lokasi potensial untuk menempatkan roket, rudal, dan sistem artileri untuk melawan invasi amfibi China ke Taiwan yang diklaim China sebagai miliknya. Namun, Austin mengatakan ”terlalu dini” untuk membahas aset apa yang ingin ditempatkan AS di pangkalan militer Filipina.
Manalo mengatakan, lokasi-lokasi EDCA terutama ditujukan untuk meningkatkan interoperabilitas militer, mengatasi potensi bencana kemanusiaan, dan menanggapi tantangan keamanan lainnya. Pentagon belum secara spesifik mengatakan untuk apa lokasi tambahan itu akan digunakan, kecuali bahwa pekerjaan akan mencakup perluasan bandara dan pelatihan yang melibatkan aset angkatan laut AS.
”Kita perlu membahas apa yang mungkin dilakukan AS dengan aksesnya ke lokasi-lokasi EDCA,” kata Manalo. EDCA mengizinkan akses AS ke pangkalan Filipina untuk melakukan pelatihan bersama, pra-penempatan peralatan, dan pembangunan fasilitas, seperti landasan pacu, penyimpanan bahan bakar, dan perumahan militer. Namun, kehadiran AS di pangkalan itu hanya bersifat sementara.
Baca Juga: Implikasi Kesepakatan Filipina-AS
AS berharap meningkatkan pengeluaran yang dialokasikan untuk lokasi EDCA menjadi lebih dari 100 juta dollar AS pada akhir tahun 2023, sebelumnya disebutkan hanya 80 juta dollar AS. Pakar Asia Tenggara, Greg Poling, di Pusat Kajian Strategis dan Internasional Washington, mengatakan, peta jalan semacam itu ditujukan untuk memberikan arahan strategis dan untuk meletakkan tanggung jawab masing-masing pihak.
”AS dan Jepang menegosiasikan pedoman pertahanan pada 1978 untuk Perang Dingin, tahun 1998 fokus pada Korea Utara, dan tahun 2015 fokus pada China, sedangkan AS dan Filipina tidak pernah melakukannya,” ujarnya.

Demonstran berunjuk rasa di depan markas militer Camp Aguinaldo di Quezon City, Filipina, Selasa (11/4/2023). Mereka memprotes upacara pembukaan bendera latihan militer bersama bertajuk Balikatan.
Pertemuan AS-Filipina di Washington dilakukan setelah lebih dari 17.000 tentara Filipina dan AS memulai latihan militer gabungan terbesar mereka pada Selasa. Latihan ini menyoroti keprihatinan bersama mereka tentang China, yang bersengketa dengan Filipina dan sejumlah negara Asia Tenggara lainnya di Laut China Selatan.
Di era Presiden Rodrigo Duterte, hubungan Filipina-China relatif hangat. Namun, setelah Duterte menyelesaikan masa baktinya dan diganti oleh Presiden Ferdinand Marcos Jr, relasi kedua negara cenderung melandai. Sebaliknya, hubungan AS-Filipina menghangat. Pertemuan dalam format 2+2 di AS menggarisbawahi kesepakatan pertama yang dicapai semasa kekuasaan Marcos Jr.
Di sisi lain, kesepakatan dan latihan bersama AS dan Filipina membuat China marah. Marcos meyakinkan China bahwa pangkalan militer yang dapat diakses oleh AS itu tidak akan digunakan dalam tindakan ofensif. Hal itu dilakukan hanya untuk meningkatkan pertahanan Filipina.

Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) M142 AS menembakkan rudal saat latihan militer bersama Filipina dan AS di Laur, Provinsi Nueva Ecija, Filipina, Jumat (31/3/2023).
AS sendiri berjanji membela dan membantu Filipina di Laut China Selatan dan latihan militer bersama itu dilakukan untuk menghadapi meningkatnya potensi ancaman dari China di kawasan itu. Sekitar 17.000 tentara mengambil bagian dalam latihan tahunan yang dijuluki ”Balikatan” atau ”bahu bahu” dalam bahasa Filipina itu.
Latihan selama dua pekan ini untuk pertama kalinya akan mencakup latihan tembakan langsung di Laut China Selatan dan merupakan respons dari latihan militer China selama tiga hari yang mensimulasikan serangan dan blokade terhadap Taiwan. Blinken dan Austin menegaskan komitmen AS untuk mendukung Filipina melawan segala intimidasi atau paksaan, termasuk di Laut China Selatan, tidak tergoyahkan.
Menurut rencana, latihan bersama AS-Filipina ini akan melibatkan negara-negara lain pada akhir tahun ini. Dalam latihan ini AS juga menggunakan rudal Patriot yang dianggap sebagai salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia dan sistem roket presisi HIMARS yang sudah membantu pasukan Ukraina melawan Rusia.
Baca Juga: Suntikan AS Dorong Filipina Bersikap
”Balikatan” ini mencakup pendaratan helikopter militer di sebuah pulau Filipina di ujung utara Pulau Luzon, hampir 300 kilometer dari Taiwan. Dalam skenario misinya, pasukan Filipina dan AS merebut kembali pulau itu dengan pasukan amfibi. Latihan ini untuk meningkatkan taktik, teknik, dan prosedur di berbagai operasi militer. (REUTERS/AFP/AP)