Secangkir Teh Panas untuk Macron di Bekas Rumah Dinas Ayah Xi Jinping
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen pulang dari Beijing dengan tangan hampa. Presiden Macron pulang mengantongi kesepakatan miliaran dollar AS ditambah hubungan yang tetap hangat antara Beijing dan Paris.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
AFP/THIBAULT CAMUS
Presiden China Xi Jinping (kanan) menjamu Presiden Perancis Emmanuel Macron di rumah dinas Gubernur Guandong, China, Jumat (7/4/2023). Rumah itu pernah ditinggali ayah Xi Jinping, Xi Zhongxun, kala menjadi Gubernur Guandong pada 1978-1981. Rumah itu menjadi saksi kebangkitan ulang peran Xi Zhongxun di kancah politik China.
Kunjungan ke China, 5-7 April 2023, menghasilkan kemenangan penting bagi Presiden Perancis Emmanuel Macron. Sementara bagi Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen, lawatan itu menambah daftar kegagalan protokoler dan diplomasi Uni Eropa.
”Kalau Anda tinggal lebih lama, Anda akan disambut untuk menetap di sini,” ujar Presiden China Xi Jinping kepada Macron di rumah dinas Gubernur Guandong, Jumat (7/4/2023).
Rumah tersebut penting dalam sejarah keluarga Xi. Rumah itu menjadi penanda kembalinya Xi Zhongxun, ayah Xi Jinping, ke panggung politik China selepas dikucilkan. Xi Zhongxun punya tujuh anak, salah satunya adalah Xi Jinping, yang saat ini memasuki periode ketiga sebagai pemimpin China.
Pada 1978-1981, Xi Zhongxun tinggal di rumah dinas itu sebagai Gubernur dan Sekretaris Partai Komunis China untuk Guandong. Saat Xi Zhongxun sibuk bertugas di Guandong, Xi Jinping menjadi asisten bagi Geng Biao. Waktu itu, Geng menjabat Wakil Perdana Menteri Urusan Luar Negeri, Industri Militer, Penerbangan, dan Pariwisata. Xi Zhongxun dan Geng sudah lama berkawan.
Lebih dari 40 tahun sejak Xi Zhongxun meninggalkan rumah itu, Xi Jinping memilihnya sebagai lokasi menjamu Macron. Mereka minum teh di beranda, berjalan-jalan di taman, sembari berbincang tentang aneka hal. Sebelum minum teh di sana, Xi menjamu Macron dalam makan malam kenegaraan yang mewah.
AP/POOL/JACQUES WITT
Presiden China Xi Jinping berjalan dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di taman rumah dinas Gubernur Guandong di Guangzhou, China, 7 April 2023.
Penyambutan Macron pun dilakukan secara megah. Menteri Luar Negeri China Qin Gang menyambut Macron saat keluar dari pesawat Kepresidenan Perancis. China menunjukkan, Macron diterima sebagai sahabat.
Di tengah rangkaian lawatan itu, Macron mengumumkan rencana pembukaan pabrik kedua untuk perakitan pesawat di Tianjin. Perancis dan China sama-sama diuntungkan jika pabrik perakitan Airbus itu jadi dibuka. Airbus, produsen pesawat Eropa yang berkantor pusat di Perancis, sudah punya pabrik sejenis yang beroperasi di Tianjin sejak 2008.
China menunjukkan, Macron diterima sebagai sahabat.
CEO Airbus Guillaume Faury menyebut, industri dirgantara adalah industri internasional dan Airbus adalah perusahaan internasional. ”ami perlu rantai pasok industri global dan kami bergantung pada bisnis global,” ujarnya kala ditanya soal gagasan memisahkan Amerika Serikat-Eropa dari China.
Bukan hanya membuat pabrik tambahan, Airbus juga menambah pesanan 160 pesawat dari China selama lawatan Macron. Sebelumnya, China telah membeli 353 pesawat Airbus.
AFP/JACQUES WITT
Presiden China Xi Jinping menjamu Presiden Perancis Emmanuel Macron di rumah dinas Gubernur Guandong, China, Jumat (7/4/2023).
Di luar, China juga memesan 292 pesawat dari Airbus pada 2022. Adapun pada 2019, China memesan 300 pesawat dari Airbus. ”Kesepakatan ini menunjukkan keyakinan kami pada iklim investasi China,” kata Faury.
Berbeda
Semua kemegahan penyambutan Macron tidak didapat Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Saat mendarat, ia harus melewati pemeriksaan seperti lazimnya pelawat internasional. Ia juga tidak ikut disambut Xi di gedung Balai Agung Rakyat. Xi sudah berada di ruangan bersama Macron saat Von der Leyen tiba dan berjalan sendirian di tangga gedung itu.
Saat Macron dijamu makan malam, Von der Leyen ada di kantor perwakilan Uni Eropa untuk Beijing. Di sana, ia menyampaikan konferensi pers soal kunjungannya di China. Foto Von der Leyen di kantor itu sempat diedarkan sebagai materi disinformasi. Para penyebar menyebut foto di gedung itu sebagai foto kala Von der Leyen melewati lorong bandara Beijing saat akan meninggalkan China.
Terlepas dari disinformasi itu, China secara terbuka menunjukkan tidak terlalu menyambut Von der Leyen. Pada Oktober 2022, di tengah pengaturan lawatan Kanselir Jerman Olaf Scholz ke China, Beijing menolak Von der Leyen ikut. Media Amerika Serikat, Politico, mengungkap hal itu saat membahas lawatan Von der Leyen ke China.
Adapun saat Macron datang dan mengumumkan Von der Leyen akan ikut, akhirnya disepakati bahwa Von der Leyen datang pada waktu terpisah dari kedatangan Macron. Karena itu, tidak ada sambutan formal dan megah untuk mantan Menteri Pertahanan Jerman tersebut.
AFP/JADE GAO
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen meninggalkan ruang jumpa wartawan di kantor perwakilan Uni Eropa di Beijing, Kamis (6/4/2023). Ia berkunjung ke China bersama Presiden Perancis Emmanuel Macron, tetapi mendapat penyambutan tidak sehangat yang diberikan kepada Macron.
Di forum percakapan yang disediakan Baidu, sebagian warganet China menuliskan ketidaksukaan pada Von der Leyen. Ia dianggap sebagai pejabat Eropa yang lebih mengutamakan Amerika Serikat. Bagi sebagian warganet, Von der Leyen lebih dianggap mewakili AS dibandingkan Uni Eropa. ”Dia bisa ke China hanya karena menempel Macron,” demikian tulis sejumlah warganet China.
Apalagi, di sela lawatan ke China, Von der Leyen mengumumkan hal yang tidak menyenangkan dalam hubungan Beijing-Brussels. Secara tersirat, ia menyebut Kesepakatan Investasi China-UE atau dikenal sebagai CAI sudah tidak ada harapan lagi. ”Posisi kami adalah kami harus memeriksa ulang Kesepakatan Komprehensif untuk Investasi (CAI),” ujarnya.
Disepakati pada 2020 dengan sokongan kuat Perancis dan Jerman, CAI ditentang oleh pemerintahan Joe Biden. Pada 2021, penerapan CAI ditangguhkan setelah China menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah anggota parlemen Eropa. Dengan pengumuman Von der Leyen itu, kesepakatan investasi Beijing-Brussels praktis kehilangan harapan untuk dihidupkan.
Pengumuman Von der Leyen menunjukkan pula, ia pulang dengan tangan hampa. Sementara Macron pulang dengan mengantongi kesepakatan miliaran dollar AS ditambah hubungan yang tetap hangat antara Beijing dan Paris. (AFP/REUTERS)