Kemarahan China pada Pertemuan Tsai-McCarthy, Sehari Rilis Tiga Pernyataan Pers
Menyikapi pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-een dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy, China menyatakan akan mengambil langkah tegas dan keras untuk menjaga kedaulatan teritorialnya.
Oleh
AGNES THEODORA dari Beijing, China
·6 menit baca
AP/ANDY WONG
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning berbicara antara lain menyinggung soal pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dan Ketua DPR AS Kevin McCarthy dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri China di Beijing, Kamis (6/4/2023).
BEIJING, KOMPAS — Pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Ketua DPR Amerika Serikat Kevin McCarthy di California, AS, memancing amarah China. Beijing kembali memperingatkan AS, yang dinilai telah berjalan di jalur yang salah dan berbahaya, untuk mengerem segala bentuk interaksi resmi dengan Taiwan serta berhenti menggunakan Taiwan sebagai ”alat” untuk mengekang China.
Tsai bertemu McCarthy pada Rabu (5/4/2023) siang waktu AS atau Kamis (6/4/2023) dini hari waktu China. Ia direncanakan segera mengakhiri kunjungan ke luar negeri selama sepuluh hari itu pada Jumat (7/4/2023). Tsai melakukan transit di AS dalam perjalanan menuju atau pulang dari beberapa negara di kawasan Amerika Tengah yang menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Pada hari yang sama dengan perjumpaan Tsai-McCarthy, atau Kamis pagi waktu Beijing, jajaran Pemerintah China mengeluarkan tiga keterangan pers secara bersamaan untuk menyikapi pertemuan tersebut. Pernyataan pers itu dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China, Komite Pusat Partai Komunis China, dan Komite Urusan Luar Negeri Kongres Rakyat Nasional.
Ketiga keterangan pers tersebut memiliki benang merah yang sama, yakni mengecam Washington dan Taipei karena tetap melangsungkan pertemuan di AS untuk membahas independensi Taiwan, dengan mengabaikan peringatan berulang kali yang dikirim Pemerintah China.
Berdasarkan prinsip Satu China yang dianut Beijing, Taiwan merupakan bagian dari China, tetapi otonom dengan sistem pemerintahan sendiri sebagai perwujudan dari status quo. Taiwan memerintah secara mandiri setelah Pemerintah Republik China di bawah Kuomintang melarikan diri ke wilayah pulau itu pada 1949. Mereka dikalahkan Partai Komunis China yang kemudian mendirikan Republik Rakyat China.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan, dengan tetap melangsungkan pertemuan dengan Tsai dan mengacuhkan peringatan China, AS berada di jalur yang salah dan berbahaya. Untuk menyikapi kolusi AS dan Taiwan tersebut, China akan mengambil langkah tegas untuk menjaga kedaulatan teritorialnya.
Ia mengingatkan, isu seputar Taiwan adalah garis batas pertama yang tidak boleh dilangggar dalam relasi China-AS. Namun, AS dinilai telah berulang kali menantang garis batas itu dan memprovokasi situasi melalui interaksi berulang kali dengan Taiwan, penjualan senjata, serta kolusi militer dengan Taiwan.
”Kami sekali lagi mengingatkan AS untuk mematuhi prinsip Satu China, berhenti mendukung independensi Taiwan, menghentikan segala bentuk interaksi resmi dengan Taiwan, berhenti menggunakan Taiwan untuk mengekang China, dan berhenti berjalan lebih jauh di jalur yang salah dan berbahaya ini,” ujar Mao.
AFP/GETTY IMAGES/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/MARIO TAMA
Ketua DPR AS Kevin McCarthy (kedua dari kanan) menyambut kedatangan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen (kedua dari kiri) di Perpustakaan Ronald Reagan di Simi Valley, California, AS, Rabu (5/4/2023).
Pada hari yang sama, seorang juru bicara Kantor Urusan Taiwan di Komite Pusat Partai Komunis China mengatakan, China akan mengambil langkah tegas untuk menghukum kelompok separatis yang menyuarakan independensi Taiwan. Ia menilai, aksi provokasi yang dilakukan Tsai dan Partai Demokrasi Progresif (DPP) itu hanya akan mendorong Taiwan ke ambang peperangan dan membawa penderitaan bagi rakyat Taiwan.
”Mereka (DPP) berilusi bahwa dengan bergantung pada AS, mereka bisa lebih agresif melakukan provokasi untuk kemerdekaan, tetapi Tsai dan DPP hanya dimanfaatkan oleh AS untuk mengekang China. Aksi mereka tidak akan mengubah fakta bahwa Taiwan adalah bagian dari China,” ujarnya.
Dalam sentimen yang sama, keterangan pers itu juga memperingatkan Taiwan untuk menyerah dalam mengejar independensi dan berhenti mengais dukungan dari AS. ”Aktivitas apa pun yang menyuarakan independensi Taiwan akan dihancurkan oleh kekuatan pro-reunifikasi China.”
Sementara itu, di Taipei, Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan bahwa pihaknya mengawal pergerakan kapal induk China, Shandong, di Selat Taiwan. Kapal itu diketahui berada di area itu sejak Rabu. Kapal tersebut berjarak 200 mil laut atau sekitar 370 kilometer dari pantai timur Taiwan.
AP/JOHN MINCHILLO
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen melambaikan tangan saat ia tiba di sebuah hotel di New York, Kamis (30/3/2023), sehari sebelum terbang ke Guatemala dan Belize, Amerika Tengah.
”Mereka sedang latihan, tetapi pemilihan waktunya cukup sensitif, dan apa yang akan dilakukan kami masih terus pelajari,” ujar Chiu. Ia menambahkan bahwa pihaknya belum melihat jet tempur China lepas landas dari kapal induk tersebut (Kompas, 6/4/2023).
Sebelumnya, Tsai dan McCarthy mengadakan pertemuan tertutup selama dua jam sebelum memberikan pernyataan pers bersama. Keduanya terlihat berhati-hati dalam memilih perkataan agar tidak memancing amarah Beijing. Oleh karena itu, saat memberi pernyataan, Tsai dan McCarthy berusaha menghindari isu pertahanan dan keamanan dan lebih banyak fokus pada hubungan baik antara Taiwan dan AS.
Menyikapi tensi yang menajam antara China-AS-Taiwan, komunitas bisnis Taiwan di Shanghai, China bagian selatan, pun berharap ketegangan di Selat Taiwan bisa dihindari dan stabilitas kembali dicapai.
Dilansir dari pemberitaan China Global Television Network (CGTN), stasiun televisi berbahasa Inggris milik Pemerintah China, pelaku bisnis ikut menyuarakan agar situasi di Selat Taiwan bisa dijaga tetap stabil demi mempertahankan iklim berusaha tetap kondusif. Tercatat, ada sekitar 20.000 perusahaan asal Taiwan yang beroperasi di China.
General Manager Kenlat Food Shih Chia Yi, perusahaan asal Taiwan di Shanghai yang bergerak di sektor pangan dan produk kesehatan, mengatakan, hubungan baik dan perdamaian antara Taiwan dan China merupakan kunci terpenting untuk menjaga kondisi perekonomian, terutama di tengah momentum pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.
AFP/GREG BAKER
Sebuah kapal kargo terlihat berlayar di Selat Taiwan, sementara para turlis menikmati pemandangan di Pulai Pingtan, titik terdekat wilayah China dengan Taiwan, di Provinsi Fujian, China tenggara, Kamis (6/4/2023).
”Kita punya banyak teknologi, pekerja, dan bahan baku yang harus dikirim dari Taiwan ke Shanghai. Itu semua membutuhkan stabilitas sehingga hubungan lintas-selat yang kondusif sangat penting bagi kami,” katanya.
Perang narasi
Perseteruan China-AS-Taiwan juga tergambar melalui perang narasi di pemberitaan media massa. Sepanjang hari, saluran televisi China berulang kali menayangkan suara penolakan dari kelompok lain, seperti warga AS dan komunitas diaspora China di California, yang menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Perpustakaan Ronald Reagan, tempat bertemunya Tsai-McCarthy.
Media China, yang berada di bawah kontrol pemerintah, juga beberapa kali mengangkat isu seputar kondisi politik dan ekonomi yang memburuk di Taiwan. CGTN mewawancarai warga Taiwan dan membingkai arah pemberitaan seputar kepemimpinan Tsai yang lemah dan ketidakpuasan warga Taiwan terhadapnya.
Presiden Partai Buruh Taiwan Wu Jung Yuan menilai, pertemuan Tsai-McCarthy adalah kesalahan besar. Ia mengatakan, sejak awal tahun ini, pihaknya telah menyuarakan pernyataan bersama untuk menolak kunjungan McCarthy ke Taiwan demi menjaga stabilitas dan perdamaian di Selat Taiwan. Namun, ujarnya, dengan ”kedok” kunjungan transit, pertemuan itu tetap dilangsungkan di AS.
”Ini kesalahan besar. Pertemuan itu hanya merusak relasi China-AS dan membuat situasi di Selat Taiwan jauh lebih buruk dan lebih tegang,” katanya kepada CGTN.
AP/JOHNSON LAI
Seorang kru terlihat memeriksa jet tempur Taiwan sebelum lepas landas dari Pangkalan Udara Hsinchu, Taiwan, Kamis (6/4/2023).
Menurut dia, AS hanya menggunakan Taiwan sebagai ”senjata” untuk mengekang pertumbuhan China karena AS melihat China sebagai ancaman terhadap dominasinya di panggung global. Dalam beberapa tahun terakhir, ujarnya, AS telah memancing konflik dengan China di segala bidang, dari perdagangan, diplomasi, dan keuangan, tetapi itu tidak bisa menghentikan pertumbuhan China.
”Sekarang, mereka berusaha menggunakan Taiwan sebagai senjata. Ini hal yang paling menyakitkan karena mereka tahu kedaulatan teritorial adalah kepentingan utama China. Dalam situasi ini, warga Taiwan dan China harus memiliki satu fokus yang sama. Hanya lewat komunikasi damai dan kerja sama kedua sisi, kita bisa membangun tanah air yang sejahtera,” katanya.