Seorang mahasiswa Universitas Kyoto, Jepang, menghadiri upacara wisudanya dengan berpakaian dan bergaya ala Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Dengan memakai kaos lengan panjang hijau tua dan celana khaki berwarna zaitun, ia terlihat mirip Zelenskyy. Apalagi ditambah dengan jenggotnya. Ia butuh waktu tiga bulan untuk menumbuhkan jenggot seperti Zelenskyy. Ini semua dilakukannya untuk mendukung perjuangan Ukraina melawan Rusia.
Biasanya upacara wisuda di Jepang mewajibkan lulusannya memakai pakaian formal atau jas. Tetapi Universitas Kyoto mempunyai tradisi yang mengizinkan mahasiswanya memilih pakaiannya sendiri. Dan pada tahun ini, Zelenskyy yang menjadi bintangnya. "Saya Presiden Zelenskyy," kata siswa itu kepada jaringan tv lokal Jepang, Yomiuri, pada 27 Maret lalu.
Baca juga: T-Rex "Lebih Manis" Dari Citra Konvensionalnya
Mahasiswa yang dikenal dengan nama Amiki di twitter itu memilih menjadi Zelenskyy karena sejak Desember, ketika mulai menumbuhkan jenggot, ia sering diberitahu kalau ia terlihat seperti Zelenskyy. Ia bukan hanya memakai cosplay buat lucu-lucuan. Tetapi ia serius dengan membawa kertas-kertas bertuliskan dukungan untuk Ukraina beserta petikan pidato Zelenskyy pada Desember lalu di Kongres AS.
Baca juga: ”Kucing Kokain” Berhasil Diselamatkan
Dalam rekaman video di tv Osaka, ia mengatakan menghormati Zelenskyy sebagai pria sejati. "Kami mendukung Ukraina! Keadilan akan menang pada akhirnya, saya harap begitu. Kemuliaan bagi Ukraina,” cuitnya.
Baca juga: Sekumpulan Luwak Hentikan Layanan Kereta Api
Mahasiswa itu juga memegang shamoji kayu atau centong nasi seperti yang diberikan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, kepada Zelenskyy sebagai hadiah saat berkunjung ke Kyiv. Centong nasi ini khas dari Hiroshima, tempat tinggal Kishida, dan ia memberikannya ke Zelenskyy sebagai bagian dari doa untuk kemenangan Ukraina karena centong ini diyakini sebagai simbol pembawa keberuntungan.
Akan tetapi Kishida dikritik keras oleh anggota parlemen Jepang dari kubu oposisi. Memberikan centong nasi kepada pemimpin negara yang berperang dianggap mahasiswa Amiki tidak pantas. "Tetapi, tidak apa-apa juga kalau rakyat Ukraina senang dan doa di balik pemberian centong nasi itu tersampaikan," ujarnya. (AP)