Forum Kerja Sama Indo-Pasifik Banyak, Solusi Nihil
pengembangan ekonomi memang perlu kestabilan. Sebagai negara berpenduduk 1,4 miliar, India memang perlu fokus pada ekonomi. “India tidak bisa punya masalah keamanan.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
DEPOK, KOMPASIndo-Pasifik memiliki banyak pelantar dan forum kerja sama. Meski demikian, berbagai persoalan kawasan tidak kunjung selesai. Bahkan, sebagian pelantar malah menambah masalah bagi kawasan.
Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Makmur Keliat, mengatakan, pelantar di kawasan bukan hanya banyak. Sebagian malah melibatkan kekuatan asing yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan kawasan.
”Ada yang untuk mengepung China,” ujarnya dalam seminar ”India’s Increasing Role on The Global Stage: An Advantage to Indonesia and the Indo-Pacific Region” yang diselenggarakan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) dan Sahabat India, Jumat (31/3/2023), di Depok, Jawa Barat.
Mantan Panglima Komando Operasi India di Kashmir Letnan Jenderal (Purn) Syed Ata Hasnain, pengajar Ilmu Hubungan Internasional UI Haryadi Wirawan, dan peneliti Observer Research Foundation (ORF) Premesha Saha juga hadir sebagai pembicara.
Salah satu tantangan dari berbagai banyak pelantar kerja sama itu adalah membedakan perannya satu sama lain. Tumpang tindih peran itu belum tentu berkontribusi menyelesaikan masalah kawasan. ”Sebenarnya untuk apa dibuat begitu banyak pelantar ini,” kata Makmur.
Selain tumpang tindih peran, sebagian forum itu tidak benar-benar berkapasitas untuk menjalankan ambisinya. Di Asia Tenggara, selalu dikemukakan sentralitas ASEAN. Sayangnya, tidak ada kejelasan kemampuan ASEAN untuk menjadi pemeran utama dalam berbagai dinamika kawasan. ASEAN bergantung pada aneka kekuatan di luar kawasan.
Saha mengatakan, forum perantara yang beragam justru menunjukkan keseriusan kawasan untuk senantiasa terhubung dan bekerja sama. Seperti Indonesia, India memang terlibat di berbagai pelantar kerja sama di kawasan. ”Kerja sama berdasarkan kepentingan dan manfaat bersama. Bukan berlandaskan ideologi,” ujarnya.
Kerja sama berdasarkan kepentingan dan manfaat bersama. Bukan berlandaskan ideologi.
New Delhi punya sejumlah strategi untuk kerja sama di kawasan. Pada semua strategi itu, India menganggap semua mitranya setara dan penting. ”Tidak ada negara yang dianggap pinggiran dan lainnya dianggap inti,” ujarnya.
Hal lain, kecuali dengan China dan Bhutan, India praktis tidak punya sengketa wilayah dengan negara kawasan. Hal itu memudahkan kerja sama dan hubungan New Delhi dengan berbagai pihak di kawasan.
Masih jauh
Sementara Hasnain mengatakan, kerja sama di kawasan tidak hanya dalam aspek-aspek strategis. Dalam konteks India-Indonesia, hubungan terjalin lama justru dari sisi kultural. Ke depan, Indonesia-India perlu lebih serius mengembangkan hubungan ekonomi.
Hubungan ekonomi Indonesia-India dinilai masih sangat jauh di bawah potensinya. India dan Indonesia sama-sama negara terbesar di kawasan masing-masing. Meski demikian, volume perdagangan Indonesia-India masih jauh apabila dibandingkan volume perdagangan dengan mitra lain.
Hasnain mengatakan, pengembangan ekonomi memang perlu kestabilan. Sebagai negara berpenduduk 1,4 miliar jiwa, India memang perlu fokus pada ekonomi. ”India tidak bisa punya masalah keamanan. Harus fokus pada industri, penyediaan lapangan kerja. Bukan perang. Sebagai tentara, saya tidak mau berperang,” tuturnya.
India perlu memastikan penduduknya, hingga 60 persen berusia muda, meningkat kesejahteraannya. Populasi yang didominasi orang muda memang bisa menjadi peluang sekaligus masalah. Kuncinya pada penyediaan pendidikan, lapangan kerja, dan kesejahteraan.
Adapun Haryadi menyoroti fakta sebagian modal kultural hubungan India-Indonesia berkurang. Dulu banyak sekali film India ditayangkan di Indonesia. ”Sekarang, kurang sekali,” ujarnya.
Film salah satu gambaran kedekatan Indonesia-India. Kedekatan kedua negara juga tecermin pada masakan, kesenian, hingga nama orang di negara masing-masing. (RAZ)